4 Januari 2023 - 18:35
Pandangan Kapitalisme Barat terhadap Pria dan Wanita Menurut Rahbar

Kapitalisme Barat dan demokrasi liberal, yang setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, menurut beberapa pemikir Barat seperti Francis Fukuyama, menang atas sistem komunis sebagai sistem politik dan ekonomi yang unggul, dan ia menganggapnya sebagai akhir sejarah, kini dihadapkan pada masalah serius dan esensial.

Salah satu masalah tersebut adalah pandangan patriarkal sistem kapitalis Barat terhadap masyarakat dan manusia. Dari sudut pandang sistem ini, laki-laki adalah penghasil kekayaan dan kegiatan ekonomi dan perdagangan, oleh karena itu, mereka telah mengambil peran superior, dan untuk alasan ini, terlepas dari klaim berulang kali dari Barat terkait kesetaraan laki-laki dan perempuan, tetapi mencermati status perempuan dalam masyarakat Barat menunjukkan adanya diskriminasi terbuka dan tersembunyi dan konflik gender di bidang ini.

Tentu saja, di negara-negara Barat, terutama beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Amerika, gerakan hak dan kebebasan perempuan telah diluncurkan sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan secara bertahap beberapa hak mereka, seperti hak untuk memilih, diakui di negara-negara ini. Namun, pandangan ekonomi dan instrumental perempuan menyebabkan mereka dieksploitasi di berbagai bidang saat mereka masuk di siklus ekonomi negara-negara Barat. Melihat situasi perempuan di negara-negara Barat yang mengklaim membela hak-hak perempuan menunjukkan bahwa mereka menghadapi situasi yang buruk di negara-negara tersebut dan pelanggaran hak asasi mereka diabaikan.

Image Caption

Di negara-negara tersebut, diskriminasi terhadap perempuan, terutama dalam hal pekerjaan dan hak-hak sosial, jelas ada, dan ada ketidaksetaraan yang jelas antara perempuan dan laki-laki dalam hal gaji dan pekerjaan di negara-negara seperti Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, dan Kanada. Selain itu, perempuan dianggap sebagai korban utama kekerasan seksual dan fisik di Barat, dan melihat statistik di bidang ini dengan jelas menunjukkan masalah ini. Faktanya, wanita dianggap sebagai manusia kelas dua di Barat yang tidak memiliki keamanan yang diperlukan untuk melanjutkan hidup dan tidak didukung secara serius oleh pemerintah Barat, dan hanya dianggap sebagai alat untuk digunakan pria.

Selain itu, menurut statistik, status sosial perempuan di Barat juga sangat tidak pantas. Dalam hal ini, harus dikatakan bahwa Amerika termasuk di antara 10 negara teratas yang tidak aman bagi wanita; Peringkat yang tetap tidak berubah selama setidaknya satu dekade. Berdasarkan data yang ada, dapat dikatakan bahwa penghormatan terhadap hak-hak perempuan di Barat seringkali munafik dan menipu. Padahal, salah satu contoh terpenting dari keruntuhan moral sistem peradaban Barat, khususnya Amerika Serikat, adalah persoalan penindasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Setiap tahun, jutaan wanita di negara-negara barat menderita kekerasan dalam rumah tangga.

Pemanfaatan perempuan sebagai alat dalam urusan periklanan, ancaman terhadap institusi keluarga, maraknya segala macam anomali dan penindasan serta eksploitasi seksual terhadap perempuan dalam bentuk kebebasan, upah yang tidak setara dalam kondisi kerja yang setara tanpa memandang fisik dan mental, lingkungan pekerjaan dan pendidikan yang tidak aman, tingginya statistik pelecehan dan pemerkosaan perempuan dan pelecehan seksual di tempat kerja dan sekolah, diskriminasi rasial, statistik tinggi tahanan perempuan dan bahkan wanita hamil dengan bayi, persentase aborsi yang tinggi, kemiskinan, prevalensi pelacuran dan perdagangan perempuan, pemerkosaan perempuan di penjara adalah salah satu manifestasi pengabaian hak-hak perempuan di Barat.

Isu pandangan instrumental dan eksploitatif kapitalisme Barat terhadap perempuan diangkat dalam pertemuan Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam dengan ratusan perempuan intelektual, dan aktivis di berbagai bidang kebudayaan, sosial, ilmu pengetahuan pada malam kelahiran Sayidah Zahra as dan Hari Perempuan, Rabu (4/1/2023). Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa dalam pandangan kapitalisme Barat, laki-laki memiliki prioritas di atas perempuan karena modal menentukan posisi manusia dan laki-laki memiliki manajemen ekonomi dan komersial.

Isu kebebasan perempuan di Barat diangkat untuk digunakan di pabrik-pabrik dengan upah lebih rendah. Dalam sistem kapitalis, modal dan kekayaan lebih tinggi dari kemanusiaan, kemanusiaan manusia ditempatkan untuk melayani modal, dan setiap manusia yang dapat mengumpulkan dan menghasilkan kekayaan lebih besar maka nilainya lebih tinggi.

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam juga mengatakan, menurut menurut pandangan kapitalisme ini, jenis kelamin laki-laki secara alami lebih tinggi daripada perempuan, upah perempuan saat ini lebih rendah daripada laki-laki di banyak negara barat untuk pekerjaan yang sama dengan laki-laki. (MF)

342/