Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : BBC
Jumat

16 September 2016

10.57.12
779401

Berita Olahraga:

Meski Kurang Direspon, Widiasih Tetap Bangga Persembahkan Medali untuk Indonesia

"Kami latihan sama-sama keras. Kami berjuang sama-sama keras.”

 

Menurut Kantor Berita ABNA, meski tidak semeriah Olimpiade, pada pentas olahraga internasional penyandang cacat atau Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro Brasil, kontingen Indonesia tetap berusaha untuk mengukir prestasi.

Melalui Atlet angkat besi Ni Nengah Widiasih, Indonesia berhasil meraih medali pertamanya berupa medali perunggu pada cabang angkat besi kelas 41 Kg.  

Meski prestasi atlet yang akrab disapa Widiasih di Olimpiade untuk kaum difabel itu tidak mendapat respons semeriah perolehan medali atlet Indonesia di Olimpiade Rio 2016, ketika dihubungi BBC Indonesia Widiasih tetap bangga dengan yang telah diraihnya. Lewat sambungan telepon, Kamis (15/09),ia mengatakan bahwa dia tidak begitu memikirkan respon masyarakat

"Saya tidak mikirin, karena sudah dapat medali saja, saya sudah bersyukur,” ungkap Widiasih, yang saat ini masih berada di Brasil.

Tidak begitu ramainya sambutan masyarakat terhadap prestasinya diakui oleh Ni Nengah Widiasih. Widiasih merasa ada warga yang tidak melihat perjuangan atlet Paralimpiade itu sama keras dengan perjuangan atlet Olimpiade. "Kami latihan sama-sama keras. Kami berjuang sama-sama keras.” Curhatnya.

Wartawan olahraga senior Indonesia, Atman Ahdiat, melihat kurangnya perhatian dan apresiasi masyarakat terhadap prestasi atlet paralimpiade, karena pertandingan dan perlombaan paralimpiade bagi sebagian orang tidak menarik. “Kita harus akui itu,” tuturnya.

Padahal prestasi Widiasih adalah capaian yang bisa disebut langka. Pada Paralimpiade 2004 di Athena dan Paralimpiade 2008 di Beijing, Indonesia tidak memboyong satu pun medali, sama dengan dua Paralimpiade sebelumnya. Medali baru diraih pada Paralimpiade 2012 di London, yaitu satu medali perunggu oleh David Jacobs, di cabang olahraga tenis meja.

Terlepas dari minimnya respon, pemerintah lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga menegaskan bahwa bonus yang diterima peraih medali di ajang Paralimpiade, sama dengan bonus atlet di Olimpiade.

"Pemerintah akan penuhi janji beri bonus Rp1 miliar untuk Widiasih, sama dengan atlet Olimpiade, karena tidak ada diskriminasi,” kata Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, kepada BBC Indonesia, Kamis (15/09).

Sebagai peraih medali perunggu, Widiasih juga bakal mendapat jaminan hari tua senilai Rp10 juta per bulan, selama seumur hidup. “Saya sangat bersyukur karena disamakan dan tidak didiskriminasi. Dahulu kan masih ada perbedaan dengan yang Olimpiade. Kalau dulu dapat separuh (bonus Olimpiade). Sekarang disamakan, bersyukur banget,” kata Widiasih yang ikut dalam Paralimpiade 2012 di London, tetapi saat itu tidak mendapat medali.

Tidak peduli dengan kurangnya sambutan atas kemenangannya, Widiasih saat ini mengaku rindu sekali pulang kampung.“Langsung ingin makan soto ayam yang pedas dan berkuah kalau pulang ke Indonesia,” tuturnya sambil tergelak.

“Sudah dua minggu di sini, bosan, makanannya gitu-gitu aja,” pungkasnya sambil tertawa.

 

Terimakasih Mbak Widiasih.