Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Konferensi internasional dengan tema "Seruan Al-Aqsa" diadakan di Karbala Irak pada 12-15 Agustus 2024, yang dihadiri delegasi dari 65 negara, termasuk delegasi dari Indonesia. Disebutkan konferensi tersebut bertujuan untuk memberikan dukungan dan solidaritas internasional terhadap masalah Palestina dengan mengambil semangat perlawanan dari kebangkitan Imam Husain.
Dr. H. M. Najih Arromadloni, M.A. (akrab disapa Gus Najih) perwakilan dari NU dan Dr. Wahid Ridwan perwakilan dari Muhammadiyah adalah dua tokoh muslim Indonesia yang hadir dalam konferensi ini. Redaksi ABNA berhasil mewancarai di sela-sela kesibukan keduanya. Berikut adalah wawancara ABNA dengan Gus Najih, alumni Universitas Ahmad Kuftaro di Damaskus, Suriah terkait dengan konferensi “Seruan Al-Aqsa” yang digelar di kota Karbala Irak ini:
Bisa Gus Najih jelaskan ke pembaca, dalam rangka apa Gus Najih ke Irak?
Saya datang ke Irak, tanggal 12-15 Agustus untuk mengikuti konferensi internasional terkait Palestina, resminya dalam bahasa Arab namanya, Muktamar Nida al-Aqsa. Konferensi ini yang ketiga kalinya digelar dan diikuti para aktivis perjuangan kemerdekaan Palestina secara global. Yang pertama dilaksanakan di Lebanon, kemudian yang kedua digelar di Afrika Selatan, kemudian tahun ini dilaksanakan di Irak. Dimana saya dan rekan saya, yaitu Dr. Wahid Ridwan mengikuti pertemuan ini sebagai perwakilan dari Indonesia.
Kegiatannya berlangsung dari kapan smpai kapan dan di kota mana?
Kegiatan ini berlangsung dari 12-15 Agustus 2024, di kota Karbala Irak, meskipun juga ada beberapa kegiatan yang dilakukan di luar Karbala, seperti di Bagdad, bertemu dengan Majelis Fatwa atau Darul Ifta di Bagdad, kemudian di Najaf, karena memang konferensi ini diikuti berbagai negara, dari berbagai latar belakang, ada dari Sunni dan Syiah, bahkan dari non Islam, ada dari Kristen dan agama-agama yang lain.
Menurut Gus Najih, apa memang pertemuan seperti ini diperlukan dan apa dampaknya bagi dunia Islam?
Pertemuan ini tentu saja sangat penting ya, untuk suara-suara yang masih waras, masih punya hati, bagaimana melihat penderitaan yang sedemikian besar dari orang-orang Palestina dalam kurun waktu hampir 80 tahun. Di mana mereka dalam kurun waktu 80 tahun ini terus dijajah, dibunuh, diperangi, disiksa, diusir, ditindas, oleh kebiadaban Zionis Israel. Jadi suara-suara dari orang-orang yang masih waras, masih punya hati ini sangat penting sebetulnya, untuk tidak lelah bagaimana berjuang untuk kemerdekaan Palestina.
Jadi pertemuan ini sudah yang ketiga kalinya, pertemuan ini selalu mengambil semangat dari tokoh-tokoh pembebasan, tokoh-tokoh perlawanan, dari sejarah kita. Pertemuan yang kedua kemarin misalnya, di Afrika Selatan, mengambil semangat pembebasan dari rezim Apartheid yang dilakukan oleh Nelson Mandela.
Situasi di Palestinia ini kan, situasi yang sama seperti Afrika Selatan, bahkan jauh lebih buruk, karena bukan hanya aprtheid, rakyat Palestina menghadapi rezim yang sangat rasis. Zionis juga lebih sadir, karena memiliki pandangan, orang diluar kelompok mereka adalah binatang. Karena itu, semangat dari tokoh-tokoh sejarah ini diambil oleh pertemuan-pertemuan ini.
Pertemuan kedua mengambil semangat dari Nelson Mandela sebagai tokoh pembebasan di Afrika Selatan. Kemudian pertemuan yang ketiga ini mengambil semangat dari cucu Rasulullah, yaitu Sayidina Husain. Bagaimana ia berjuang melawan kezaliman. Jadi semangat-semangat itu yang diambil, bahkan kemarin, dari beberapa peserta menginginkan, agar pertemuan berikutnya digelar di Indonesia, dengan mengambil semangat perjuangan dan gerakan kemerdekaan di Indonesia, melalui tokohnya terutama Soekarno.
Apa yang dibicarakan dalam pertemuan ini Gus?
Dibicarakan dalam konferensi ini, bagaimana masyarakat global kemudian juga para aktivis kemanusiaan bekerjasama dan terus bersuara kemudian menyusun strategi bagaimana mencapai kemerdekaan Palestina. Karena kemerdekaan itu hak segala bangsa. Dimana kita melihat di era modern ini, mayoritas negara di dunia sudah merdeka tetapi masih ada yang terjajah yaitu Palestina yang dijajah oleh rezim biadab Israel, yang sangat tidak berprikemanusiaan.
Pertemuan ini kan bersamaan dengan momen peringatan Arbain Imam Husain, apa pandangan Gus terkait ini?
Istilah Arbain sudah pernah saya dengar tentu saja. istilah Arbain ini ada, baik dikalangan Sunni maupun Syiah. Istilah Arbain di kalangan Sunni sudah pernah saya alami beberapa kali. Ketiia kita umrah, kita dianjurkan untuk salat jamaah selama 40 kali dan itu disebut Arbain. Di kalangan Syiah sendiri punya istilah Arbain, yaitu menapaktilas perjalanan salah satu bingkai sejarah pada saat peristiwa Karbala terjadi. Kemudian diperingati setiap tahun. Saudara-saudara kaum Syiah ini berjalan, dari Najaf sampai ke Karbala. Ini adalah pengalaman yang sangat penting bagi saya, sebab sebelumnya saya hanya mendengar istilah tersebut dari literatur sejarah. Sekarang saya melihat langsung prosesi Arbain itu dilakukan oleh orang dari berbagai negara. Tentu semangat ini sangat baik, dan sangat tepat, militansi dan semangat juang ini diarahkan untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Pesan Gus Najih terhadap masyarakat muslim Indonesia terkait persatuan Islam dan pembelaaan Palestina?
Jadi saya kira, kita perlu bersatu dan mempererat kerjasama. Bukan hanya Sunni-Syiah. Bukan hanya dengan mazhab apapun, tetapi semua agama saya kira. Guru saya juga dulu, namanya Syaikh Muhammad Ramadhan al-Bouthi, beliau juga adalah aktifis forum at-Taqrib bainal Mazahib (pendekatan mazhab-mazhab Islam) bagaimana mendekatkan antar mazhab dalam Islam guna untuk mewujudkan persatuan.
Jadi persatuan ini sangat penting dan menjadi kekuatan utama kita, karena ketika kita terpecah belah itu adalah sumber kelemahan dan musuh dengan sangat mudah mengadudomba dunia Islam dengan berbagai isu seperti ini. Jadi saya kira, kita jangan mau lagi terus-terusan di adu domba selama ribuan tahun, antara sekte dan mazhab dalam Islam ini. Sudah waktunya bersatu dan mengesampingkan perbedaan-perbedaan terutama ada isu yang sangat krusial saat ini, yaitu bagaimana kita berjuang bersama-sama memerdekakan Palestina.
Bukan hanya sesama muslim, kita juga harus bisa merangkul semua elemen dan simpul-simpul penting di dunia ini. Untuk kita bersama memperjuangankan Palestina. Karena isu Palestina bukan hanya isu agama, tapi adalah isu kemanusiaan global, karena itu, benar yang dikatan, bahwa tidak harus menjadi muslim untuk membela Palestina, cukup menjadi manusia. Tentu manusia yang punya hati.
Ini yang saya kira penting ya bagaimana untuk kita bersatu. Dimanapun di seluruh belahan dunia ini, dan dalam kepentingan apapun. Saya kira sudah waktunya kita untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan, kita harus menjauhi perpecahan-perbecahan yang tidak produktif yang hanya akan melemahkan kita sendiri. Kita tentu punya agenda besar memperjuangkan Palestina yang sudah hampir satu abad ini dijajah oleh kebiadaban dan kebrutalan serta kejahatan yang tidak terbayangkan oleh manusia sepanjang sejarah. Menurut saya, yang terjadi di Palestina sampai hari ini, adalah kebiadaban yang paling parah dalam sejarah manusia modern. Ini harus kita lawan bersama-sama, sampai Palestina mencapai kemerdekaan, dan penjajahan terhapus di muka bumi ini.
Terimasih Gus atas waktunya.
Sama-sama.