Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait as, majelis
duka memperingati syahadah Sayidah Fatimah az-Zahra sa pada Senin (27/11) digelar
di Aula Pertemuan Universitas Internasional Ahlulbait as di Teheran, ibukota
Republik Islam Iran atas kehadiran Ayatullah Ramezani sebagai penceramah.
Ayatullah Reza Ramezani, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as dalam salah satu bagian dari ceramahnya menyampaikan bahwa kedudukan Sayidah Fatimah az-Zahra sa sangat tinggi. Menurutnya dengan mengupas dimensi kepribadian Sayidah Zahra maka banyak kesamaan yang ditemukan dengan Al-Qur’an.
“Banyak dimensi dari kepribadian Sayidah Fatimah sa yang kita bisa menyatarakannya dengan Al-Qur’an, tapi di sini kami hanya menyampaikan setidaknya ada delapan. Pertama, Sayidah Fatimah sa adalah pribadi yang maksum dan terlindungi dari kesalahan. Ini sama halnya dengan Al-Qur’an yang terbebas dari distorsi dalam bentuk apapun. Ketika Nabi Muhammad saw berbicara tentang keutamaan Sayidah Zahra sa, ia menyampaikan bahwa Allah Swt telah menugaskan sekelompok malaikat untuk melindungi Sayidah Zahra sa dan selalu bersamanya. Sebagaimana Al-Qur’an yang juga dijaga dari kesalahan, maka dalam hal ini serupa dengan penafsiran yang Allah gunakan terhadap Al-Qur'an sebagai manifestasi kebenaran mutlak.” Jelas Ayatullah Ramezani.
“Poin kedua, bahwa Al-Qur'an dan Sayidah Zahra sa serupa dalam hal cahaya. Ketika Allah Swt menjelaskan mengenai Al-Qur’an, Dia menyamakannya dengan cahaya. Yaitu cahaya yang diturunkannya untuk umat manusia. Penyimbolan yang sama juga digunakan dalam kasus Sayidah Zahra sa. Ia adalah cahaya yang hidup di sisi Rasulullah dan sesuai dengan cahaya keberadaan Nabi, dan dia diartikan sebagai cahaya di pakaian manusia.
“Poin ketiga, sama sebagai tali Allah Swt. Al-Qur'an adalah tali Allah dan tali yang menghubungkan manusia dengan Allah Swt. Dinyatakan dalam Al-Qur'an, “Dan berpegang teguh pada tali Allah, dan jangan bercerai berai.” (QS. Ali Imran : 103). Fatimah adalah tali Tuhan yang menghubungkan manusia dengan kebenaran. Sehubungan dengan imam juga diartikan Habalullah. Nabi menghubungkan ciptaan dengan Sang Pencipta. Disebutkan dalam narasi bahwa peran Nabi Muhammad saw dan Sayidah Zahra sa adalah menjadi utusan Allah dan keduanya menghubungkan antara manusia dengan Allah Swt.”
“Poin keempat adalah Sayidah Fatimah sa dengan Al-Qur’an tidak terpisah satu sama lain. Jika seseorang merasa memiliki Al-Qur'an namun menganggap kehadiran Sayidah Fatimah sa tidak penting dan mengabaikannya, maka dia tidak akan menemukan jalan menuju kebenaran.”
“Dimensi kelima dari padanannya adalah Al-Qur'an dianggap sebagai kitab tadwin. Dan kitab tadwin ini harus ditempatkan di sebelah kitab takwin, dan Sayidah Fatimah sa adalah takwini Al-Qur'an. Artinya untuk mencapai kebahagiaan, kita harus menjadikan Al-Qur’an sebagai kita petunjuk tadwini kehidupan manusia. Dan Sayidah Fatimah sa adalah kitab pertunjuk takwini Al-Qur’an.”
“Poin keenam adalah bahwa Al-Qur'an dan Fatimah sa adalah tanda-tanda manifestasi Allah Swt. Amirul Mukminin as mengatakan bahwa ketika Nabi Muhammad saw meninggal dunia, manifestasi terbesar Allah Swt juga menghilang dan tidak ada yang menggantikannya. Ketika Sayidah Zahra sa yang meninggal, sebagian dari manifestasi Allah juga pergi, karena dialah yang berbicara kepada para malaikat.”
“Poin ketujuh adalah bahwa Al-Qur'an dan Sayidah Zahra sa adalah bukti atas kebenaran Islam dan mazhab Ahlulbait. Kita tidak memiliki bukti yang lebih tinggi dari Al-Qur'an dan Sayidah Zahra sa adalah bukti bagi kami.”
“Poin terakhir adalah keduanya adalah pemberi syafaat dan syafaatnya diterima. Oleh karena itu, salah satu gelar Sayidah Zahra sa adalah Syafaat di Hari Pembalasan.” Ungkapnya.
Disebutkan, disalah satu versi riwayat menyebutkan, Sayidah Fatimah az-Zahra sa syahid pada 13 Jumadil Ula tahun 11 H. Sehingga pada tanggal itupun, setidaknya oleh warga muslim Syiah di Iran menggelar berbagai acara pertemuan mengenang duka dan kesedihan Sayidah Fatimah az-Zahra sa.