Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Sabtu

3 Juni 2023

13.57.40
1370888

Pesan Ibu Negara Iran di Hadapan Mahasiswa Indonesia di Iran:

Misi Barat adalah Menghancurkan Peradaban Manusia Melalui Rusaknya Ikatan Keluarga

“Barat saat ini tengah menggalakkan misi menghancurkan peradaban manusia. Mereka memulainya dari merusak nilai-nilai sakral keluarga. Ikatan keluarga hendak dihancurkan oleh mereka. Melalui banyak media kampanye, mereka membuat seorang ayah tidak lagi menjalankan perannya sebagai ayah, ibu tidak lagi menjalankan perannya, bahkan posisi paman dan bibi sudah tidak memiliki arti apa-apa di Barat."

Menurut Kantor Berita ABNA, bertempat di aula pertemuan kompleks gedung Farmandari Qom, Republik Islam Iran, istri Presiden Iran Ny. Prof. Dr. Jamileh Alamolhoda mengadakan pertemuan dengan kurang lebih seratus mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang menuntut ilmu di kota Qom, pada Kamis (1/6).

Di awal pembicaraannya, istri Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi tersebut mengungkapkan rasa bahagianya telah melakukan perjalanan ke Indonesia. Ia mengungkap perjalanannya ke Indonesia bersamaan dengan lawatan resmi Presiden Iran tersebut adalah kunjungan keduanya ke Indonesia. “Empat tahun sebelumnya, saya sudah pernah ke Indonesia, dan saat itu saya datang sebagai akademisi, penulis dan peneliti dan diundang sebagai pembicara seminar internasional. Saya sangat bahagia berada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Saya melihat masyarakat Indonesia sangat mencintai ilmu. Karya-karya saya yang dibaca sangat terbatas, tapi di Indonesia populer dan diminati. Ini menunjukkan tingkat keilmuan masyarakat Indonesia yang tinggi dan menunjukkan kecintaan mereka pada pendidikan.” Ungkap guru besar fisafat pendidikan di Universitas Shahid Beheshti Teheran ini.

Lebih lanjut, ibu negara Iran ini mengungkapkan dalam perjalanannya ke sejumlah negara mendampingi Presiden Iran dalam setiap lawatan resminya, masih banyak yang memiliki pandangan dan gambaran yang tidak benar mengenai Iran. “Sedemikian massifnya media-media Barat dalam memberikan penggambaran negatif mengenai Iran, masih ada yang malah menganggap Iran itu negara yang miskin dan terbelakang, yang bahkan pembangkit listrikpun belum punya. Melalui kasus insiden baru-baru ini, yang membuat Iran berada dalam tekanan berat dunia Barat, digambarkan perempuan di Iran sangat tidak berdaya, tertindas dan direnggut kebebasan dan hak asasinya. Melalui konferensi internasional perempuan berpengaruh, kami mengundang ibu-ibu negara dan aktivis-aktivis perempuan dari 96 negara termasuk dari Indonesia, mereka jadi mengenal Iran lebih dekat yang terbebas dari bias informasi media-media Barat. Mereka mellihat langsung aktivitas dan kebebasan bergerak perempuan-perempuan Iran di semua bidang.” Paparnya. 

“Iran tidak hanya puluhan tahun diembargo, dihalang-halangi kemajuannya, namun juga fakta dan kenyataan yang ada di Iran dicegah untuk diketahui dunia. Kalian tahu sendiri, media-media Iran baik televisi, radio maupun media internetnya diboikot dan diblokir sehingga sulit untuk diakses. Tujuan mereka sebenarnya adalah ingin menghapus kenangan masyarakat dunia atas revolusi Islam Iran yang spektakuler. Mereka tidak ingin, suara rakyat tertindas yang memenangkan revolusi Islam di Iran terdengar ke publik internasional. Iran adalah diantara negara yang sampai sekarang masih konsisten menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan. Revolusi Islam Iran tidak memiliki dan tidak mengenal batasan geografis, dan terus menggaungkan perlawanan pada upaya-upaya penindasan. Inilah yang membuat Barat tidak menyukai Iran dalam bentuknya sebagai Republik Islam yang masih mengusung cita-cita Imam Khomeini.” Tambahnya lagi. 

Pada bagian lain dari penyampaiannya, penulis buku, “Teori Pendidikan Islam: Tinjauan Qur’ani dan Filosofis” ini kemudian menekankan pentingnya menjaga eksistensi keluarga dan membangun rumah tangga yang islami. Ia berkata, “Barat saat ini tengah menggalakkan misi menghancurkan peradaban manusia. Mereka memulainya dari merusak nilai-nilai sakral keluarga. Ikatan keluarga hendak dihancurkan oleh mereka. Melalui banyak media kampanye, mereka membuat seorang ayah tidak lagi menjalankan perannya sebagai ayah, ibu tidak lagi menjalankan perannya, bahkan posisi paman dan bibi sudah tidak memiliki arti apa-apa di Barat. Lembaga keluarga hendak dirusak dan dihancurkan melalui kampanye pernikahan sejenis. Amerika dan Barat bahkan memusuhi negara yang melarang pernikahan sejenis dengan alasan pelanggaran HAM.”




“Alhamdulillah, saya melihat di Indonesia, ikatan keluarga masih begitu sangat erat. Paman dan bibipun saya liat masih menjalankan perannya dan masih memiliki ikatan yang kuat dalam keluarga besar. Ikatan keluarga ini harus terus dijaga, sebab dari melepas dan mengurai ikatan itu, Barat menjalankan misinya menghancurkan peradaban manusia. Kita lihat di Jepang, mereka mengalami krisis populasi. Jutaan dari mereka menolak menikah dan memiliki anak, sementara kasus bunuh diri makin meningkat. Jumlah single mother meningkat tajam di Eropa dan Amerika. Ini semua adalah bencana kemanusiaan, dan Iran mengambil posisi untuk melakukan penyelamatan umat manusia, dengan melakukan upaya-upaya penguatan lembaga keluarga.” Ungkap ibu dua anak ini. 

Kembali menyampaikan kesannya selama di Indonesia, Dr. Jamileh AlamolHoda mengatakan, “Meski memiliki amalan fikih yang berbeda, saya selama di Indonesia betul-betul merasakan persaudaraan Islam yang kuat. Masyarakat Indonesia memiliki kecintaan yang tinggi pada Ahlulbait. Mereka juga sangat menghormati keturunan Nabi. Kecintaan pada Ahlulbait harus menjadi poros persatuan muslim. Jadi saya tekankan, sesama muslim tidak harus memiliki ushul fikih yang sama, selagi memiliki kecintaan pada Ahlulbait dan saling menghormati sesama muslim meskipun berbeda, itu sudah cukup. Yang kita lawan bukan agama yang berbeda, apalagi kalau hanya berbeda mazhab. Yang kita lawan adalah pelaku kerusakan di muka bumi.”

Pertemuan yang berlangsung kurang lebih satu setengah jam tersebut ditutup dengan foto bersama. Disebutkan, Prof. Dr. Jamileh Alamolhoda datang ke Indonesia melalui kunjungan resmi Presiden Ebrahim Raisi selama dua hari, pada 23-24 Mei 2023 di Jakarta.

Dalam dua hari, setelah disambut dan mendapatkan jamuan teh dari Ibu Iriana Jokowi di Istana Bogor, istri Presiden Raisi ini harus menghadiri rangkaian agenda padat; diantaranya memberi kuliah umum di Universitas Paramadina, STAI Sadra Jakarta dan UNJ Jakarta, termasuk menghadiri launching buku yang ditulisnya, "Teori Pendidikan Islam: Tinjauan Qur’ani dan Filosofis”. Buku yang sebelumnya telah diterjemahkan dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris tersebut, diterjemahkan ke bahasa Indonesia salah satunya oleh Lisyati Fatimah, pengurus Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Iran 2023-2025 yang juga mahasiswa Doktor Pemikiran Islam Kontemporer di Mustafa International University, Teheran, Iran.