Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Sabtu

21 Januari 2023

18.56.42
1340077

Upaya AS Tingkatkan Tensi Turki dengan Suriah

Jeff Flake, dubes AS di Ankara merilis statemen penentangan Amerika terhadap normalisasi hubungan Turki dengan Suriah.

Dalam statemen Flake disinggung pertemuan menteri luar negeri Turki dan Amerika di Washington; terkait normalisasi hubungan Turki dan Suriah, Amerika menentang kontak dengan Damaskus dan normalisasi hubungan Turki-Suriah.

Terlepas dari kenyataan bahwa pejabat Gedung Putih telah berulang kali menyatakan bahwa mereka telah mengorganisir dan mengaktifkan gerakan teroris-takfiri Daesh (ISIS), duta besar Amerika untuk Turki telah menyatakan dalam pernyataannya: Turki adalah mitra penting bagi Amerika Serikat dalam perang melawan Daesh. Studi tentang komentar diplomat Amerika sangat penting. Misalnya, dalam pernyataan duta besar Amerika untuk Turki, ketika dikatakan bahwa Amerika Serikat dan Turki bersama-sama memerangi Daesh, berarti kedua belah pihak harus bekerja sama untuk mengaktifkan kembali gerakan teroris takfiri ini.

Mempertimbangkan aktivasi tren teroris-takfiri oleh pemerintah Barat, dapatkah kita memprediksi mengapa otoritas negara ini berusaha untuk menjaga agar Daesh tetap hidup? Jelas bahwa Amerika Serikat bermaksud untuk menempatkan negara-negara independen yang menentang kebijakan Amerika Serikat dan rezim Zionis ke dalam masalah dengan bantuan teroris Daesh.

Yang jelas dalam pernyataan duta besar AS untuk Turki adalah nampaknya petinggi Gedung Putih berencana untuk bekerja sama dengan negara ini di bidang jet tempur F-16 dengan imbalan Swedia dan Finlandia bergabung dalam organisasi militer NATO masalah Suriah untuk meyakinkan pejabat pemerintah Erdogan. Sementara itu, pemerintah Amerika memiliki sejarah yang tidak menguntungkan dalam mengadopsi kebijakan ganda terhadap sekutunya dan mencampuri urusan negara-negara tersebut dalam catatan hitamnya. Nyatanya, yang disebut negara sekutu Amerika Serikat seharusnya tidak mempercayai janji pejabat pemerintah Washington. Misalnya, Amerika Serikat menduduki sebagian negara independen dari jarak ribuan kilometer dan merampok sumber daya negara itu.

Untuk memastikan penghancuran sumber daya rakyat Suriah dan pengaktifan kembali gerakan teroris Daesh untuk menghadapi pemerintah independen yang menentang kebijakan Amerika, bantuan pemerintah Turki sangat dibutuhkan. Pada saat yang sama, mantan presiden AS secara resmi menekankan kehancuran ekonomi Turki. Selama pemerintahan Presiden AS Joe Biden saat ini, kebijakan penghancuran ekonomi Turki oleh AS masih tetap aktif. Namun, pejabat Turki telah melakukan pertemuan konstruktif dengan partai-partai Suriah di berbagai tingkatan dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu mengatakan dalam pidatonya di parlemen negara ini bulan lalu, "Badan intelijen Turki dan Suriah sedang melakukan negosiasi dan Ankara siap bekerja sama dengan Damaskus di bidang pemberantasan terorisme dan membantu memajukan proses politik di negara ini seiring dengan kembalinya para pengungsi."

Permintaan kepala diplomatik Turki untuk pertemuan antara para pemimpin Ankara dan Damaskus itu dibarengi dengan tanggapan negatif dari pihak Suriah. "Bashar Assad", presiden Suriah, sementara menolak setiap permintaan dari otoritas Turki untuk pertemuan antara para pemimpin Ankara dan Damaskus, telah membuat pertemuan para pemimpin kedua negara tergantung pada penarikan lengkap pasukan militer Turki dari Suriah.

Nampaknya otoritas kedua belah pihak telah membuat kesepakatan konstruktif di bidang ini untuk menuntaskan proses rekonsiliasi kedua belah pihak. Dalam konteks ini, bahkan otoritas Iran dan Rusia telah mulai bekerja dan bertemu dengan kedua belah pihak untuk rekonsiliasi kedua negara tetangga dan Muslim tersebut. Dalam situasi ini, desakan Amerika Serikat untuk mengintensifkan ketegangan antara Turki dan Suriah sangat berarti.

Pertanyaan mendasar adalah, mengapa pejabat Gedung Putih menekankan peningkatan tensi kedua negara bertetangga ini ? Mengapa perang dan pembantaian sesama saudara kedua negara muslim di satu kawasan sensitif di pantai Laut Mediterania begitu sensitif dan urgen bagi Amerika, di manabahkan negara ini rela memberi konsesi kepada Turki untuk melanjutkan perang saudara ini (sesama muslim) ? Meski jawaban pertanyaan ini sangat jelas bagi negara-negara cerdas di kawasan, tapi tak diragukan lagi bahwa petinggi Turki harus berhati-hati jangan samapai terjebak dalam tipu daya berulang dan trik elit politik Amerika. (MF)