31 Desember 2025 - 22:22
TV Ibrani: Netanyahu dan Trump meninjau kemungkinan melancarkan serangan terhadap Iran

Sumber-sumber Amerika kepada Saluran TV 12 Ibrani mengatakan bahwa Benjamin Netanyahu, dalam pertemuan terbarunya dengan Donald Trump, telah mengemukakan kemungkinan melancarkan serangan militer baru terhadap Iran.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait - ABNA - Berdasarkan laporan Saluran 12 Ibrani dan mengutip seorang pejabat tinggi Amerika serta dua sumber yang mengetahui detail pertemuan tersebut, Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Israel, dalam pertemuannya dengan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, pada hari Senin, membahas kemungkinan melancarkan serangan baru terhadap Iran pada tahun 2026. Menurut saluran tersebut, Netanyahu dalam pertemuan itu menyatakan bahwa serangan tambahan mungkin diperlukan untuk mencegah Iran membangun kembali kemampuan-kemampuannya.

Trump setelah pertemuan itu menyatakan bahwa jika Iran berupaya membangun kembali program nuklirnya, Amerika Serikat akan kembali menghancurkannya; namun pada saat yang sama ia menegaskan bahwa lebih memilih mencapai kesepakatan nuklir dengan Teheran. Di sisi lain, sumber-sumber Amerika yang berbicara dengan saluran tersebut memperingatkan bahwa setiap konfrontasi baru dengan Iran dapat memicu ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan—kawasan yang masih berupaya pulih setelah dua tahun krisis berturut-turut. Sumber-sumber itu menambahkan bahwa Trump dan Netanyahu sama-sama menggambarkan perang dua belas hari dengan Iran sebagai sebuah keberhasilan besar.

Berdasarkan pernyataan seorang pejabat Amerika yang dikutip oleh saluran Ibrani tersebut, Trump mungkin akan mendukung gelombang serangan kedua jika ia melihat langkah-langkah nyata dan dapat diverifikasi dari Iran untuk membangun kembali program nuklirnya. Namun pejabat itu menekankan bahwa tantangan utama adalah mencapai kesepahaman antara Washington dan Tel Aviv mengenai apa yang dapat dianggap sebagai upaya nyata rekonstruksi program nuklir Iran.

Dalam konteks ini, saluran Ibrani tersebut mencatat bahwa penegasan berulang Trump mengenai penghancuran total program nuklir Iran dapat menyulitkannya untuk membenarkan serangan baru atau memberikan lampu hijau kepada Netanyahu untuk melakukan aksi militer. Disebutkan pula bahwa Amerika Serikat dalam serangan-serangan sebelumnya hanya memusatkan perhatian pada fasilitas nuklir, sementara Israel memperluas cakupan targetnya ke aset-aset militer konvensional—terutama rudal balistik. Hal ini menyebabkan sebagian pejabat Israel dalam beberapa pekan terakhir memperingatkan tentang upaya Iran membangun kembali program misilnya.

Menurut laporan tersebut, Netanyahu dalam pertemuan itu menyampaikan kepada Trump penilaian intelijen Israel mengenai kondisi program nuklir Iran enam bulan setelah perang, serta mengemukakan kekhawatiran terkait program misil Iran dan apa yang ia sebut sebagai upaya Hizbullah membangun kembali persenjataan rudal jarak jauhnya di Lebanon. Namun demikian, sumber-sumber Amerika mengatakan bahwa Trump dan Netanyahu belum mencapai kesepakatan mengenai jadwal waktu yang jelas, garis merah, atau pemahaman rinci terkait langkah militer apa pun di masa depan.

Menurut sumber-sumber yang dikutip, sebagian pejabat Amerika dan Israel meyakini bahwa skenario paling mungkin terjadinya konflik langsung antara Iran dan Israel dalam waktu dekat adalah terjadinya salah perhitungan—terutama jika salah satu pihak berupaya melancarkan serangan pendahuluan terhadap pihak lain. Dalam konteks ini, pejabat Israel sekitar satu minggu lalu telah memperingatkan pemerintahan Trump bahwa latihan rudal Korps Garda Revolusi Islam Iran mungkin menjadi kedok bagi pelaksanaan serangan potensial.

Kantor Perdana Menteri rezim Zionis menolak memberikan komentar atas laporan ini, sementara Gedung Putih hanya merujuk pada pernyataan terbuka Trump setelah pertemuan tersebut.

Your Comment

You are replying to: .
captcha