Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Perkembangan terakhir di Timur Tengah dan meningkatnya ketegangan antara Poros Perlawanan dan kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat, menunjukkan perubahan mendalam dalam persamaan geopolitik. Di satu sisi, Amerika berupaya menghidupkan kembali pengaruhnya di kawasan melalui perang proxy, sanksi ekonomi, dan pemicu perpecahan sektarian; di sisi lain, respons terkoordinasi dari poros perlawanan menghadirkan tantangan serius terhadap struktur kekuasaan tradisional di wilayah tersebut.
Hujjatul Islam Muhammad Hadi Maleki, seorang aktivis dan mubaligh internasional, dalam sebuah catatan tertulis membahas bagaimana perlawanan di Asia Barat menantang dominasi Amerika. Berikut isi catatannya:
Setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika menganggap dirinya sebagai kekuatan dunia yang tak tertandingi, namun kini menghadapi realitas baru. Ketergantungan dunia pada dolar sebagai alat dominasi sedang melemah, dan proyek seperti BRICS yang semakin meluas dengan bergabungnya kekuatan regional seperti Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, telah menghadirkan ancaman fundamental terhadap tatanan finansial dan politik Barat yang dominan.
Konfrontasi baru-baru ini antara Iran dan rezim Zionis – dengan dukungan terselubung maupun terbuka dari Amerika – kembali menunjukkan bahwa kemampuan pertahanan rezim tersebut sangat melemah, sementara kemampuan respons negara-negara merdeka di kawasan meningkat. Serangan-serangan akurat terhadap infrastruktur keamanan dan militer rezim Zionis tidak hanya mengguncang aspek militer tetapi juga legitimasi politik Amerika di kawasan, serta menyampaikan pesan kepada publik bahwa tidak ada aktor asing yang dapat campur tangan tanpa membayar harga.
Yang terpenting saat ini adalah persatuan antara bangsa-bangsa dan aktor independen di kawasan. Respons bersama Iran, Irak, dan Yaman terhadap agresi baru-baru ini menjadi simbol terbentuknya tekad transregional untuk mengakhiri era dominasi dan kekacauan. Persatuan seperti ini tidak hanya mencegah proyek-proyek baru Amerika, tetapi juga membuka jalan bagi pembentukan tatanan baru berdasarkan kepentingan lokal dan perlawanan terhadap kolonialisme modern.
Di tengah situasi ini, media dan jaringan sosial juga menjadi medan baru bagi perang narasi. Penyebaran keputusasaan, penanaman ketergantungan pada kekuatan asing, dan melemahkan rasa percaya diri nasional merupakan taktik perang psikologis Barat yang harus dihadapi dengan kesadaran, edukasi, dan penguatan rasa percaya diri kolektif.
Secara keseluruhan, kawasan Timur Tengah berada di ambang perubahan mendasar; perubahan yang ditandai dengan melemahnya peran Amerika, tumbuhnya posisi kekuatan baru, dan menguatnya tekad bangsa-bangsa untuk merdeka dan mandiri. Masa depan kawasan bukan di tangan asing, melainkan bergantung pada ketahanan dan persatuan rakyat yang tidak akan membiarkan sejarah dominasi masa lalu terulang kembali.
Your Comment