Kantor Berita Internasional Indonesia -ABNA– Tradisi peringatan Asyura di Indonesia, khususnya ritual “Tabut” di wilayah Perimen dan Bengkulu yang sudah berusia 300 tahun, merupakan upacara adat yang sangat megah. Acara ini dihadiri oleh gubernur, wali kota, pejabat militer, tokoh ilmiah, keluarga tabut, serta sekitar seratus ribu warga yang bersama-sama mengarak tabut berukuran beragam.
Indonesia dengan lebih dari 280 juta penduduk, mayoritas Muslim Sunni Syafi’i sekitar 87%, juga memiliki sedikit warga muslim Syiah yang tumbuh berkat Revolusi Islam Iran dan ulama Syiah lokal. Tradisi Asyura dan Muharram kini dirayakan secara luas di seluruh Nusantara, dari Jakarta hingga Aceh dan Makassar, baik di husainiyah maupun rumah-rumah.
Meskipun banyak peserta ritual tabut tidak mengetahui detail sejarah Imam Husain, tradisi ini tetap hidup turun-temurun, terutama di Bengkulu dengan makam Syekh Burhanuddin, seorang tokoh Syiah Punjabi yang membawa ajaran Asyura dari India sekitar 300 tahun lalu. Dalam ritual tabut, simbol tangan “Panja” merepresentasikan tangan terputus Abul-Fadl dan kelima anggota Ahlulbait.
Saat ini, upacara tabut telah menjadi acara nasional dan destinasi wisata di Bengkulu. Di sana terdapat jalan bernama “Karbala” yang dulunya padang luas tempat ritual Asyura dilakukan. Di daerah lain, juga sangat populer memperingati hari Asyura dengan membagikan bubur Asyura ke warga secara sukarela.
Diharapkan melalui pemahaman yang lebih baik, cahaya ajaran Ali ibn Abi Talib dan Imam Husain dapat semakin menyinari masyarakat di kawasan Asia Tenggara ini.
Your Comment