Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Serangan Israel pada Jumat (13/6) secara mendadak ke sejumlah titik strategis di Iran mendapat respon luas warga dunia. Secara umum masyarakat internasional mengecam serangan tersebut, sebab dipercaya dapat memicu ketidakamanan global khususnya di kawasan Timur Tengah. Terlebih lagi serangan Israel tersebut melanggar hukum internasional dan telah melewati garis merah kedaulatan Iran. Berikut wawancara ABNA dengan Dr. Dina Yulianti, pakar geopolitik Timur Tengan dan dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Bandung terkait fenomen terkini di kawasan.
Apa tanggapan Anda atas serangan Israel ke Iran pada Jumat dini hari kemarin? Apakah menurut Anda Israel memang perlu melakukan serangan itu?
Israel menggunakan alasan “serangan pre-emptive”, dalam arti, Israel menyerang Iran lebih dulu karena merasa terancam serangan bom nuklir dari Iran. Ini alasan yang tidak bisa diterima karena pertama, IAEA tidak pernah melaporkan bahwa Iran sedang membuat senjata nuklir. Kedua, hukum internasional tidak pernah membenarkan “serangan pre-emptive.” Pasal 51 Piagam PBB hanya mengizinkan negara menggunakan kekerasan bila sudah diserang negara lain. Artinya, kalau belum ada serangan, tidak boleh menyerang duluan.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap serangan balasan yang dilakukan oleh Iran? Apakah tindakan itu memang perlu dilakukan?
Iran sangat berhak untuk membalas, berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, karena Iran diserang lebih dulu oleh Israel. Iran harus membalas Israel dengan dua alasan utama. Pertama, untuk menghentikan kejahatan Israel terhadap bangsa Palestina. Dua tahun terakhir ini dunia sudah menyaksikan kejahatan paling keji, genosida yang dilakukan dengan pongah dan terang-terangan di layar media, oleh rezim Zionis. Israel juga mengebom Lebanon, Suriah, dan Yaman.
Rezim Zionis adalah penjahat yang harus segera dilumpuhkan agar tidak lagi bisa melakukan kejahatannya.
Kedua, Iran harus membalas demi menjaga kehormatan, kedaulatan, dan kepentingan nasionalnya.
Operasi balasan Iran kali ini diberi nama "Wa’d al-Sadiq 3". Apa menurut Anda pesan utama yang ingin disampaikan Iran kepada Israel dan dunia internasional?
Pesan utamanya tentu saja bahwa Iran tidak akan membiarkan ada kekuatan arogan yang menindasnya. Dengan meluncurkan ratusan rudal dan drone ke pusat-pusat militer dan ekonomi Israel, Iran menyampaikan bahwa mereka memiliki deterrent capability yang kredibel dan berskala strategis.
Selain itu, karena serangan Israel ke Iran dilakukan dengan bantuan AS, serangan balasan Iran juga merupakan pesan kepada AS bahwa masa kesombongan ala era unipolar sudah berakhir. “Wa’da al-Sadiq” menunjukkan bahwa Iran tidak hanya membalas Israel, tetapi juga menantang arsitektur geopolitik global yang selama ini membiarkan dan melindungi Zionisme bertindak di luar batas hukum internasional.
Kalau kita melihat nama operasi “Wa’da al-Sadiq” sendiri berarti “Janji yang Benar”, serangan Iran ke Israel merupakan upaya pemenuhan janji Republik Islam Iran kepada bangsa Muslim yang sedang terzalimi, Palestina. Iran ingin menunjukkan kepada Dunia Muslim bahwa mereka tidak hanya berbicara di forum-forum diplomatik, tetapi benar-benar memenuhi janjinya untuk membela kedaulatan, harga diri nasional, dan martabat umat Islam.
Menurut Anda, bagaimana seharusnya negara-negara Islam menyikapi perang ini? Apakah mereka harus mendukung salah satu pihak atau tetap netral?
Seharusnya Dunia Islam, termasuk negara-negara Arab, bersatu mendukung Iran. Bila tidak mampu mendukung secara militer, berikan dukungan ekonomi. Jika semua negara Muslim menghentikan kerja sama ekonomi dengan perusahaan-perusahaan pro Zionis, dalam waktu singkat rezim Zionis bisa dikalahkan.
Terimakasih atas waktunya.
Sama-sama.
Your Comment