Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Serangan Israel pada Jumat (13/6) secara mendadak ke sejumlah titik strategis di Iran mendapat respon luas warga dunia. Secara umum masyarakat internasional mengecam serangan tersebut, sebab dipercaya dapat memicu ketidakamanan global khususnya di kawasan Timur Tengah. Terlebih lagi serangan Israel tersebut melanggar hukum internasional dan telah melewati garis merah kedaulatan Iran. Berikut wawancara ABNA dengan Ahmad Hidayat, Wakil Ketua DPP Ahlulbait Indonesia terkait fenomen terkini di kawasan.
Apa tanggapan Anda atas serangan Israel ke Iran pada Jumat dini hari kemarin? Apakah menurut Anda Israel memang perlu melakukan serangan itu?
Serangan Israel ke Iran pada Jumat dini hari kemarin adalah tindakan terpaksa yang mereka ambil dalam kondisi sangat terpojok secara global. Dunia internasional, kecuali segelintir negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan—yang memang menjadi sekutu dekat dan pelindung Israel—sudah tidak lagi bisa membenarkan agresi dan genosida yang terus dilakukan oleh rezim Zionis terhadap rakyat Palestina.
Israel mungkin melihat satu-satunya opsi tersisa adalah menyerang Iran, apalagi setelah peringatan keras dari Pemimpin Tertinggi Iran, Imam Ali Khamenei, yang menyebut bahwa negara-negara yang membiarkan atau bahkan tidak mendukung perjuangan Palestina akan menjadi bangsa yang hina. Efek psikologis dari pernyataan ini bisa saja menjadi pemicu keputusan Israel untuk melakukan serangan yang pada dasarnya sangat fatal dan ceroboh.
Selain itu, ada kemungkinan besar bahwa Israel berharap dapat memprovokasi Iran agar masuk ke medan pertempuran terbuka, dengan harapan bisa menyeret Amerika Serikat untuk turun tangan langsung. Ini skenario yang sangat berbahaya, karena dapat memperluas skala perang dan mengalihkan kemarahan dunia dari Israel ke konflik yang lebih besar.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap serangan balasan yang dilakukan oleh Iran? Apakah tindakan itu memang perlu dilakukan?
Setiap bangsa yang diserang secara ilegal tentu memiliki hak untuk membalas. Dalam hal ini, Iran sangat konsisten dengan prinsip Al-Qur’an tentang defa' (pertahanan). Iran tidak pernah memulai serangan, tapi ketika garis merah dilanggar, seperti dalam serangan Israel ini, maka balasan adalah keniscayaan.
Iran tidak hanya membalas demi kehormatan nasional, tetapi juga dengan landasan agama yang sangat kuat. Imam Ali Khamenei, sebagai seorang faqih dan pemimpin spiritual, tentu mempertimbangkan seluruh aspek syar’i sebelum mengeluarkan perintah serangan. Oleh karena itu, hampir tidak ada celah untuk tidak membenarkan keputusan Iran ini.
Komunitas internasional yang memiliki perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Palestina justru menanti-nanti momen seperti ini—di mana Israel benar-benar dihentikan dengan kekuatan nyata. Bisa jadi, ini adalah momen awal menuju kehancuran entitas Zionis yang sejak lama dinyatakan oleh Iran sebagai negara haram dan ilegal.
Operasi balasan Iran kali ini diberi nama "Wa’d al-Sadiq 3". Apa menurut Anda pesan utama yang ingin disampaikan Iran kepada Israel dan dunia internasional?
Operasi Wa’d al-Sadiq 3 ini jelas merupakan level serangan yang lebih besar dibanding dua tahap sebelumnya. Iran ingin menyampaikan tiga pesan utama:
- Pesan kepada Israel: Bahwa Iran tidak main-main dalam memberikan hukuman kepada entitas Zionis. Tidak ada lagi tempat aman di wilayah pendudukan, bahkan kediaman perdana menteri mereka pun menjadi target. Ini pesan bahwa rezim Zionis harus angkat kaki dari kawasan.
- Pesan kepada negara-negara Barat dan sekutu Israel: Seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, dan negara-negara yang selama ini mendukung normalisasi dan memberikan perlindungan kepada Israel. Mereka harus sadar bahwa keberadaan Zionis di Timur Tengah adalah sumber kekacauan, dan jika mereka terus ikut campur, mereka pun akan terkena dampaknya.
- Pesan kepada negara-negara Arab dan umat Islam di kawasan: Bahwa saatnya untuk bangkit, bersatu, dan menghentikan kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina, khususnya di Gaza dan Masjid Al-Aqsa. Iran ingin membangkitkan kembali kesadaran umat bahwa kita punya harga diri, punya kehormatan, dan tidak bisa dibiarkan dijajah dalam diam.
Lebih dari itu, serangan ini juga membuka mata dunia bahwa banyak pemimpin Arab selama ini justru membungkam rakyatnya agar tidak membela Palestina. Operasi ini membongkar konspirasi diam-diam antara negara-negara Arab, Barat, dan bahkan beberapa negara Islam yang menjadi pangkalan bagi kepentingan Amerika dan Zionis.
Menurut Anda, bagaimana seharusnya negara-negara Islam menyikapi perang ini? Apakah mereka harus mendukung salah satu pihak atau tetap netral?
Negara-negara Islam sudah seharusnya bersidang secara darurat melalui Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk menyatakan dukungan terbuka kepada Iran dan perjuangan Palestina. Mereka harus menghentikan segala bentuk normalisasi dengan Israel dan mendorong resolusi PBB untuk menghapus eksistensi rezim Zionis dari tanah Palestina.
Lebih dari itu, negara-negara Islam mesti merasa malu jika masih tinggal diam, apalagi jika sampai membantu Israel—baik secara terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi—dengan memblokir jalur senjata dan drone milik Iran yang menuju ke Palestina. Mereka harus menghentikan peran sebagai pangkalan militer AS dan Israel. Bila tidak, mereka bisa jadi target sah Iran karena telah melampaui batas dan menjadi bagian dari kejahatan.
Apa pesan Anda untuk umat Islam Indonesia?
Umat Islam Indonesia harus bangkit dari tidur panjang. Jangan lagi percaya pada narasi-narasi moderat yang melemahkan sikap kita terhadap penjajahan. Ini saatnya menunjukkan keberpihakan nyata kepada Palestina dan Republik Islam Iran sebagai satu-satunya kekuatan yang betul-betul menantang Israel secara terbuka.
Rakyat Indonesia perlu mendorong pemerintah untuk menghentikan segala bentuk hubungan diam-diam dengan Zionis dan memberikan tekanan pada PBB untuk bertindak tegas. Umat Islam Indonesia harus menjadi bagian dari gelombang dunia yang mendukung pembebasan Palestina.
Dan yang paling penting: jangan biarkan para penguasa Arab yang munafik mengkhianati perjuangan ini. Jika rakyat bangkit, rezim-rezim yang menjual kehormatan Islam kepada Israel pasti bisa digulingkan. Kemenangan hanya akan datang jika kita bersatu.
Terima kasih atas waktu anda.
Sama-sama.
Your Comment