20 Mei 2025 - 22:38
Source: Parstoday
Mengapa Amerika Lari dari Perang dengan Ansarullah?

Analis terkenal dunia Arab menanggapi serangan rudal harian oleh pasukan Yaman jauh ke wilayah pendudukan akan memicu ketakutan luas rezim Zionis dalam beberapa hari mendatang.

 Abdel Bari Atwan, analis terkenal dunia Arab dalam sebuah artikel di Rai al-Youm hari Rabu (19/5/2025) menyinggung serangan rudal Yaman di wilayah pendudukan dengan mengatakan, "Serangan rudal Yaman ke dalam wilayah rezim Zionis dengan rudal hipersonik yang berlangsung hampir setiap hari di kota Jaffa, dan Bandara Ben Gurion ditutup selama berjam-jam dan sebagian besar penerbangan internasional ke sana telah ditangguhkan dalam beberapa pekan dan bulan mendatang, memicu tanggapan Israel dengan serangan udara di pelabuhan Yaman."

Menurut Atwan, hal ini bukti dari dua masalah. Pertama, gencatan senjata sementara antara AS dan Ansarullah atas permintaan AS tidak berlaku untuk rezim pendudukan, dan serangan rudal dan pesawat tak berawak Yaman terhadap pelabuhan dan bandara rezim akan terus berlanjut dan meningkat.

Kedua, perjanjian ini menggambarkan puncak kecerdikan pihak Yaman dalam menyingkirkan Amerika dari panggung pertempuran untuk sementara waktu guna fokus menghadapi Israel. Pertempuran ini akan semakin intensif, karena pasukan pendudukan mengintensifkan invasi darat di Gaza.

Atwan menulis,"Pertanyaan penting yang tengah mengemuka adalah: Alasan Trump menghindari konfrontasi dengan pasukan Yaman melalui mediasi Oman, karena masalah ini akan mendatangkan teror terhadap rezim pendudukan dan akan menyeretnya ke dalam perang dengan rudal, yang akan disertai dengan biaya besar dan mungkin kekalahan besar."

Menanggapi pertanyaan mengapa Trump melarikan diri dari pertempuran dengan Ansarullah, Atwan menjelaskan sejumlah poin penting antara lain:

Pertama, bagian pertama dari tanggapan keras terhadap alasan penarikan Amerika dari garis depan Yaman datang dari pakar militer Harrison Kass, dalam sebuah artikel di majalah terkenal Amerika, The National Interest, bahwa rudal pertahanan Yaman ditembakkan ke jet tempur F-35 dan hampir menembak jatuh pesawat itu. Padahal, itu jet tempur yang sangat canggih di Angkatan Udara AS, dan jika bukan karena keterampilan pilot dalam menangkis rudal, kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan dicapai untuk Yaman, yang akan merusak superioritas udara global Amerika, terutama menghadapi Ansarullah, yang dianggap kecil oleh Amerika.

Kedua, analisa lain yang disampaikan pakar militer Gregory Barrow yang merujuk pada penembakan jatuh tujuh pesawat tanpa awak (drone) MQ9 milik Amerika yang canggih dan modern, yang masing-masing harganya mencapai tiga puluh juta dolar, mengungkap bencana yang akan segera terjadi, yaitu penembakan jatuh sebuah pesawat F-16 milik Amerika. Menurutnya, militer AS akan segera menderita korban jiwa dengan terbunuhnya pilot pesawat tempur tersebut.

Dalam artikelnya, Gregory juga melaporkan kemampuan rudal dan pertahanan angkatan bersenjata Yaman, termasuk rudal SAM yang telah diperbarui dan jangkauannya telah ditingkatkan dan menjadi lebih efisien.

Ketiga, penarikan USS Truman dari Laut Merah tanpa mengirimkan kapal pengganti bukan karena gencatan senjata, melainkan karena serangan rudal oleh pasukan Yaman terhadap kapal tersebut dan hancurnya dua jet tempur F-18, yang satu berada di dek dan yang lainnya terbang di langit.

Analis tersebut lebih lanjut menekankan bahwa rudal balistik yang menghantam bandara ben Gurion dan dek kapal induk Amerika dapat menghantam jantung pelabuhan Haifa dan Ashdod, terutama karena para pemimpin Yaman telah mengumumkan kejutan militer yang meluas dalam beberapa hari mendatang.(PH)

Your Comment

You are replying to: .
captcha