5 Maret 2025 - 11:55
Penelitian Syiah dan Zionisme Bag. I: Tinjauan Historis terhadap Kajian Syiah oleh Israel

Kajian Syiah saat ini mendapat perhatian di berbagai tingkatan di universitas-universitas rezim Zionis atau pusat-pusat yang berafiliasi dengannya di luar Israel. Mulai dari pengajaran bahasa Persia dan budaya Syiah secara terarah kepada berbagai kelompok siswa hingga penyusunan ensiklopedia Syiah oleh pusat-pusat akademik ilmiah Zionis, merupakan sebagian dari upaya rezim ini untuk lebih memahami Iran Islam dan budaya Syiah guna menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi pengaruh serta mencegah perkembangan budaya ini di tingkat global.

Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait -Abna-  Tidak mungkin memberikan jumlah pasti mengenai pusat-pusat penelitian Syiah atau tokoh-tokoh peneliti Syiah di wilayah pendudukan, karena banyak dari pusat atau tokoh-tokoh tersebut memiliki hubungan langsung dengan pusat-pusat keamanan dan intelijen rezim palsu Israel. Namun, berdasarkan informasi yang dipublikasikan di berbagai media, dapat diperoleh informasi yang cukup tentang pusat-pusat penelitian Syiah atau tokoh-tokoh terkemuka dalam kajian Syiah yang berada di wilayah pendudukan atau pusat-pusat terkait di luar Israel.

Kajian Syiah Zionis Sebelum Revolusi Islam

Dengan memperhatikan kehadiran Islam dan Syiah yang telah lama ada di tanah Iran, dapat dikatakan bahwa sejarah kajian Syiah di berbagai pusat akademik dunia bertepatan dengan pendirian pusat-pusat Iranologi di pusat-pusat tersebut. Meskipun sebelum Revolusi Islam pusat-pusat ini sangat sedikit, namun dengan kemenangan Revolusi Islam dan peran tak terbantahkan identitas Syiah dalam revolusi ini, hampir semua pusat Iranologi memperluas aktivitasnya dan berubah menjadi pusat kajian Syiah. Sebagian dari pusat-pusat ini secara terbuka mengumumkan perubahan pendekatan ini, sementara sebagian lainnya melakukan perubahan tanpa pengumuman resmi.

Meskipun tidak ada laporan tentang pendirian pusat-pusat atau aktivitas resmi terkait Iranologi atau kajian Syiah di rezim Zionis sebelum kemenangan Revolusi Islam, dan upaya yang dilakukan oleh beberapa individu pada masa itu harus dianggap sebagai upaya pribadi dan minat individu, namun tidak dapat disangkal bahwa karena berbagai alasan politik, agama, keamanan, dan ekonomi, sejak bertahun-tahun sebelum berdirinya rezim palsu Israel, Iran telah menjadi salah satu perhatian utama orang Yahudi, dan perhatian ini membutuhkan aktivitas penelitian yang tanpa diragukan lagi telah dilakukan pada masa itu.

Keberadaan pengikut agama palsu Baha'i di Akka, yang kemudian menjadi bagian dari Israel, memfasilitasi keberadaan sejumlah besar orang keturunan Iran di negara ini. Orang-orang keturunan Iran yang semuanya merupakan pengikut Baha'i ini mampu menyediakan landasan awal untuk pemahaman yang lebih baik tentang Iran dan Syiah pada saat pembentukan rezim Zionis.

Keberadaan orang-orang Yahudi di berbagai kota Iran dan kebutuhan untuk memanfaatkan kapasitas mereka dalam membantu Israel, disertai dengan pemahaman tentang wilayah dan etnis Iran, pemahaman mendalam tentang mazhab Syiah, dan marja' Syiah untuk melawan perjuangan mereka dalam menentang pembentukan negara Israel, merupakan salah satu fokus utama dalam aktivitas penelitian ini.

Kajian Syiah Zionis Setelah Revolusi Islam

Pembentukan pemerintahan Syiah di Iran Islam yang salah satu tujuannya adalah menghancurkan rezim Zionis, menjadikan pemahaman tentang Iran Revolusioner dan mazhab Syiah sebagai isu fundamental yang menjadi agenda berbagai kelompok di Israel.

Meskipun sejak bertahun-tahun sebelumnya, pengajaran bahasa Persia, pengenalan Iran, dan mazhab Syiah telah dimulai di sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan pusat militer dan intelijen Israel, namun dalam beberapa tahun terakhir, mata pelajaran ini secara resmi masuk dalam sistem pendidikan negara tersebut dan secara eksperimental menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah Beersheba. Jika program ini berhasil, mata pelajaran ini akan menjadi mata pelajaran resmi di semua sekolah Israel. Tanpa diragukan lagi, lulusan sekolah-sekolah ini, selain bergabung dalam jaringan intelijen dan spionase, secara terbuka maupun tersembunyi akan melanjutkan aktivitas mereka sebagai Iranolog dan peneliti Syiah di universitas-universitas negara ini.

Mengenai status kajian Syiah di pusat-pusat akademik rezim Zionis, meskipun beberapa peneliti menyangkal keberadaan kursi kajian Syiah di universitas-universitas Zionis dan yang lainnya menyebutkan keberadaan kursi Iranologi dan kajian Syiah di setidaknya dua universitas Israel, namun penyelenggaraan beberapa mata kuliah dengan fokus kajian Syiah di berbagai universitas adalah isu yang telah diumumkan secara resmi di situs web universitas-universitas negara tersebut.

Sebagai contoh, saat ini di universitas-universitas Tel Aviv, Yerusalem, Haifa, Hebrew, Negev, dan Bar-Ilan diadakan kelas-kelas dalam bidang kajian Syiah, dan penyelenggaraan beberapa kelas ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Pentingnya pusat-pusat ini bagi rezim Zionis sedemikian rupa sehingga situs web Kementerian Luar Negeri Israel secara eksplisit menyatakan tujuan pendirian pusat studi Iranologi di universitas-universitas Israel sebagai berikut: "Dengan berkuasanya pemerintahan agama di Iran, yang para pemimpinnya secara terbuka mengancam akan menghancurkan Israel, kebutuhan untuk memahami tetangga Israel ini menjadi dua kali lipat penting bagi mahasiswa dan peneliti di negara ini."

Program pendidikan di universitas-universitas ini berlangsung pada berbagai jenjang sarjana, magister, dan doktor. Beberapa laporan juga menyebutkan sekitar 250 mahasiswa doktoral dalam bidang kajian Syiah di universitas-universitas Israel setiap tahunnya, yang perlu diteliti lebih lanjut.

Penelitian yang dilakukan di pusat-pusat ini mencakup beragam topik terkait Syiah, mulai dari kajian Syiah Mu'tazili pada abad ke-9 hingga ke-13, filsafat Syiah dan hubungannya dengan pemikiran mazhab Islam lainnya, sejarah hubungan antara hauzah ilmiah Syiah selama berabad-abad dengan fokus pada Qom dan Najaf, hingga topik-topik yang lebih rinci seperti metode pembayaran khumus, jaringan perwakilan marja' di berbagai negara, serta perbedaan pandangan para marja' selama dua abad terakhir, bahkan topik seperti Muharram dan Arba'in.

Meskipun tidak mungkin membuat daftar lengkap para pengajar kajian Syiah yang aktif di universitas-universitas Israel atau yang bekerja sama secara ilmiah dengan pusat-pusat ini, namun sebagai contoh dapat disebutkan nama-nama seperti Abbas Amanat, seorang Baha'i yang dikenal, dan murid terkemukanya Mir Litvak, Etan Kolberg, Levant Holtzman, Robin Uri, David Menashri, Uzi Rabi, Miri Shafer, Lee Kinberg, Israel Gershoni, dan Leon Shelf.

Pada bagian lain tulisan ini, akan diperkenalkan beberapa tokoh ini dan penelitian yang telah dipublikasikan oleh mereka.

Your Comment

You are replying to: .
captcha