Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Ayatullah al-Uzma Sistani dalam pesan yang dikeluarkan terkait pengumuman kesyahidan Sayyid Hasan Nasrallah telah menyoroti beberapa poin penting. Peninjauan terhadap poin-poin ini, bersamaan dengan hari-hari pemakaman Sayyid Hasan Nasrallah, dapat memberikan wawasan lebih jelas tentang posisi ilmiah, jihad, dan internasional dari seorang syuhada terhormat ini.
Pernyataan ini, yang diterbitkan dalam bahasa Arab pada tanggal 24 Rabī‘ul Awwal 1446 H / 7 Muharram 1403 SH, mencakup beberapa poin penting. Bagi mereka yang mengetahui adab-adab dan kebiasaan pengiriman pesan belasungkawa oleh Ayatullah al-Uzma Sistani serta tata kelola kepemimpinan dan urusan akademik di Najaf Ashraf, pernyataan ini sangat layak untuk dicermati.
Kealiman Sayid Hasan Nashrallah
Dalam bagian dari pernyataan tersebut tertulis: "Syaheed al-‘Allāmah Ḥujjatul Islām wal-Muslimīn Sayyid Hasan Nasrallah," yang berarti "Syahid Alim Ḥujjatul Islām Sayyid Hasan Nasrallah." Dalam konteks ilmiah Hawzah Ilmiyah Najaf, kata "alim" merujuk kepada seseorang yang menjadi sumber ilmu dan pengetahuan. Oleh karena itu, menurut pandangan Ayatullah al-Uzma Sistani, karya, pidato, dan tujuan hidup Sayyid Hasan Nasrallah merupakan sumber ilmu dan pengetahuan yang perlu dipahami dari berbagai aspeknya. Untuk memahami istilah ini dengan lebih baik, kita dapat merujuk pada kata "mazhab" yang digunakan oleh Ayatullah al-Uzma Khamenei dalam konteks Syahid Qasem Soleimani.
Dengan demikian, pengenalan tentang "mazhab Hajj Qasem" dan pemahaman tentang "mazhab Nasrallah" dapat dipelajari dalam kerangka yang sama, yaitu untuk memahami "mazhab perlawanan dalam perspektif Syi'ah." Ini adalah dua topik yang belum sepenuhnya dipahami secara menyeluruh.
Aspek-aspek Mazhab Nasrallah
Dalam bagian lain dari pernyataan ini, Ayatullah Sistani juga memberikan penghormatan dan penghargaan kepada Sayyid Hasan Nasrallah melalui ungkapan-ungkapan lain. Ia menyebut: "Syaheed al-kabīr kan uswatan qiyadian qaleelan nadhīrihi fī al-'uqūd al-akhīrah," yang berarti "Syuhada besar ini adalah teladan pemimpin yang sangat langka selama dekade-dekade terakhir." Dari pernyataan ini jelas terlihat bahwa aktivitas puluhan tahun Sayyid Hasan Nasrallah telah diamati dan dievaluasi oleh ulama besar ini, dengan kesimpulan bahwa manajemen dan kepemimpinannya adalah unik dan harus dijadikan sebagai panutan.
Beberapa contoh kepemimpinan Sayyid Nasrallah disoroti dalam pernyataan ini:
1. "Wa qad qāma bidawr mamyiz fī al-intisār ‘alā al-iḥtilāl al-isra'īlī bi-tahrīr al-ardhi l-libnāniyyah," yaitu perannya yang signifikan dalam kemenangan atas penjajah Israel dalam pembebasan tanah Lebanon.
2. "Wa sanad al-‘Irāqiyyīna bi-kulli mā tayassara lahu fī tahrīr bilādihim min al-irhābiyyīn al-dawāshiyy," yaitu dukungan penuhnya kepada rakyat Irak dalam membebaskan negara mereka dari teroris ISIS.
3. "Kamā ittakhadha maqāwif ‘aẓīmah fī naṣrat al-sha‘b al-filisṭīnī al-maẓlūm ḥattā dafa‘a ḥayātahu al-ghāliyah thamanan li-dhalik," yaitu sikap heroiknya dalam mendukung rakyat Palestina yang tertindas hingga mengorbankan nyawanya yang berharga.
Tanda-tanda Kesedihan yang Mendalam
Pengulangan kata-kata yang menunjukkan kesedihan mendalam oleh tokoh besar ini adalah indikasi kuat dari betapa besar duka cita yang dirasakan atas kesyahidan Sayyid Hasan Nasrallah. Kata-kata seperti "bil-ghalīgh al-asyi wal-asaf" (dengan kesedihan yang sangat mendalam), meskipun bisa diterjemahkan sederhana sebagai "sangat sedih dan bersedih," tetapi penggunaan kata "al-asyi" yang berarti tingkat tertinggi dari kesedihan dan dukacita, menunjukkan intensitas emosi ini. Kata "al-asyi" dalam bahasa Arab memiliki akar yang sama dengan kata "māsāt" (tragedi), yang dalam bahasa Inggris setara dengan "tragedy," mengacu pada kejadian yang sangat pahit dan sulit.
Kata-kata lain seperti "al-majzarah al-mufji‘ah" (massaker yang mengerikan), "hadza al-musibah al-jall" (musibah besar), dan "al-khusrāh al-kubrā" (kehilangan besar) juga menunjukkan kedalaman duka dan beratnya musibah ini.
Zionisme Musuh dan Budaya Perlawanan
Kata-kata dan frasa dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh seorang tokoh seperti Ayatullah al-Uzma Sistani memiliki bobot fiqih yang jelas, yang mungkin memiliki dampak historis pada perkembangan fiqih dan hukum Islam. Dalam pernyataannya yang berkaitan dengan penghormatan atas syahadat Sayyid Hasan Nasrallah, beliau menyebut rezim ilegal Israel sebagai "al-‘adu al-isra'īlī" (musuh Israel).
Dari sudut pandang fiqih, penggunaan kata "musuh" untuk menggambarkan pasukan Israel berarti kewajiban jihad, kesiapan, dan pertahanan Islam serta umat Muslim terhadap rezim ini. Seperti yang disebutkan dalam pernyataan sebelumnya, tepat lima hari sebelum pengumuman resmi syahadat Sayyid Hasan Nasrallah pada tanggal 2 Muharram 1403, beliau meminta semua orang beriman untuk melakukan segala upaya memungkinkan guna mengurangi penderitaan rakyat Lebanon serta menghentikan serangan rezim Zionis. Hal ini menghasilkan ajakan jihad umum untuk membantu rakyat Lebanon.
Beliau juga menggunakan frasa "al-muqāwamah al-lubnāniyyah al-sharīfah" (perlawanan mulia Lebanon) untuk menegaskan status fiqih pejuang-pejuang Lebanon sebagai "perlawanan suci." Jelas bahwa dalam pandangan fiqih, jika kelompok tertentu melawan "musuh terang-terangan" dengan cara "perlawanan suci dan mulia," maka ada kewajiban bagi orang lain untuk mendukung mereka.
Selain itu, dengan frasa-frasa seperti "ḍāḥiyat bayrūt al-‘azīzah" (distrik Beirut yang terhormat) dan "li-sha‘b al-lubnānī al-karīm" (rakyat mulia Lebanon), beliau memberikan penghormatan kepada perlawanan dan rakyat terhormat Lebanon, serta menjelaskan metode dan jenis bantuan yang dapat diberikan oleh Muslim dan Syi'ah kepada mereka.
Reaksi Musuh Zionis
Maka tidak heran jika media Israel seperti Haaretz menyebut sikap dan pernyataan Ayatullah al-Uzma Sistani sebagai "roket antarbenua dari Najaf," yang memiliki dampak yang melampaui batas-batas geografis dan benua. Keterkejutan musuh Zionis begitu besar sehingga televisi resmi Israel bahkan mengancam akan membunuh tokoh besar ini. Tingkat kebodohan ini mencapai titik di mana Kedutaan Besar Amerika di Baghdad mengeluarkan pernyataan yang menekankan bahwa kepemimpinan Ayatullah Sistani adalah pusat keseimbangan penting di wilayah tersebut. Sebagai tanggapan, mereka menolak segala bentuk tindakan terhadap kepemimpinan ini untuk sementara menghindari kemarahan Muslim di Irak.
