2 November 2024 - 15:29
Syahid Sayyid Hashim Safiuddin, Dididik oleh Imam Revolusi/ Perlawanan Membawa Kehormatan bagi Islam

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait a.s. mengatakan: "Syahid Sayyid Hashim Safiuddin, dianggap sebagai didikan dari Imam Revolusi. Syahid ini percaya pada Wilayah Faqih dalam arti yang tepat. Dia menganggap dirinya sebagai prajurit dari sekolah Wilayah dan dipengaruhi oleh pemimpin revolusi."

Menurut Kantor Berita Internasional Ahlulbait - ABNA - Untuk memperingati posisi Syahid Hujjatul Islam wal Muslimin Sayyid Hashim Safiuddin, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon dan menghormati posisi para syahid di jalur perlawanan, sebuah acara diadakan pada  Jumat malam (1/11), oleh Lembaga Internasional Ahlulbait dan dengan partisipasi lembaga-lembaga yang sejalan di Haram Sayyidah Maksumah di kota Qom Republik Islam Iran.

Ayatullah Reza Ramazani, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait a.s. sebagai pembicara utama acara ini, mengungkapkan bahwa Syahid Sayyid Hashim Safiuddin menyelesaikan pendidikan religiusnya di hauzah-hauzah ilmiah di Qom dan Najaf Ashraf, dan pada usia tiga puluh tahun, atas undangan Syahid Sayyid Hassan Nasrallah, dia bergabung dengan kelompok pengaruh Hizbullah Lebanon. Syahid Sayyid Hashim Safiuddin menjadi anggota Dewan Konsultatif Hizbullah Lebanon pada usia tiga puluh satu tahun. Syahid ini memegang berbagai posisi di Hizbullah Lebanon dan selama bertahun-tahun, dia menjabat sebagai Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon."

Syahid Sayyid Hashim Safiuddin, dididik oleh Imam Revolusi

Ia melanjutkan: "Syahid Sayyid Hashim Safiuddin percaya pada jihad dan persatuan antara kelompok-kelompok perlawanan, syahid ini adalah sosok yang benar-benar dianggap sebagai mujahid. Salah satu ciri lain dari Syahid Hashim Safiuddin adalah sopan terhadap adab ilahi. Syahid ini dalam pendidikan dirinya dan dalam interaksinya dengan orang lain berusaha untuk mematuhi adab tersebut. Syahid Sayyid Hashim Safiuddin dianggap sebagai didikan Imam Revolusi. Syahid ini percaya pada wilayah faqih dalam arti yang tepat. Ia menganggap dirinya sebagai prajurit dari sekolah wilayah dan terpengaruh oleh pemimpin revolusi."

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlul Bait  menambahkan: "Islam berperan di tempat di mana ada komitmen terhadap syariat. Syariat menunjukkan jalan kepada orang-orang beriman. Jika kita menerima syariat dalam semua aspek individu dan sosialnya, maka Islam dapat berperan. Dalam sejarah umat Islam setelah wafatnya Rasulullah saw., pandangan dan pendekatan terhadap Islam bervariasi. Islam Ali berbeda dengan Islam Umayyah dan Islam Abbasiyah. Dalam Islam Umayyah dan Islam Abbasiyah hanya terdapat beberapa aspek lahiriah dari Islam."

Perlawanan untuk Islam membawa kehormatan

Ia melanjutkan: "Salah satu distorsi berbahaya dalam agama adalah pengenalan Islam yang penuh kasih sayang yang didasarkan pada kasih sayang mutlak. Hasil dari Islam yang penuh kasih sayang adalah perdamaian mutlak dan tanpa aturan. Para intelektual dalam Islam yang penuh kasih sayang mengabaikan ayat-ayat jihad yang jumlahnya sekitar 400 ayat. Rasulullah saw. diutus untuk kasih sayang dan manajemen Nabi saw. juga diatur berdasarkan kasih sayang. Karena kasih sayang ilahi inilah, sikap Nabi adalah sikap yang etis dan Rasulullah saw. selama 13 tahun masa dakwah di Mekkah tidak mau berperang meskipun ada desakan dari para sahabat. Nabi Muhammad saw. melalui akhlaknya mampu menciptakan daya tarik dan menjadi berpengaruh, dan Allah juga memuji akhlak Nabi saw.. Kita semua menerima hal-hal ini, tetapi juga jangan dengan alasan kasih sayang kita menolak menghadapi para tiran dan penindas berdasarkan hukum akal dan fitrah."

"Diskusi perlawanan untuk Islam membawa kehormatan. Jihad dan perlawanan yang disebutkan dalam Islam adalah untuk menjaga agama dan kehormatan umat Islam. Allah mewajibkan jihad agar agama dapat ditegakkan. Agama dan dunia hanya dapat dibangun melalui jihad yang merupakan perlawanan terhadap para penindas. Perlawanan terhadap penindasan dan dominasi adalah suatu kewajiban. Perlawanan hanya harus dilakukan di jalan Allah dan untuk mewujudkan agama dan syariat, jika tidak, agama akan memudar. Islam inilah yang ditakuti oleh musuh. Islam semacam ini berdiri tegak melawan para penindas dan tidak akan pernah mengakui Tel Aviv." Tambahnya.

Ayatullah Ramezani, dengan merujuk pada perubahan keseimbangan kekuatan di dunia, menyatakan: "Suatu ketika, keseimbangan kekuatan di dunia berada antara Timur dan Barat, tetapi sekarang keseimbangan kekuatan ada antara Islam dan sistem imperialisme. Geografi perlawanan telah berkembang dan menjangkau berbagai negara termasuk Lebanon, Irak, dan Yaman, bahkan Amerika Utara, bahkan sastra perlawanan pun telah melampaui umat Islam. Anda melihat bahwa mahasiswa Barat bangkit melawan penindasan terhadap rakyat Palestina."

Ia melanjutkan: "Satu-satunya solusi yang efektif menghadapi musuh adalah perlawanan, dan negosiasi terhadap para penindas ini tidak akan membawa hasil. Yasser Arafat mengakui Israel, tetapi lihatlah apa yang dilakukan oleh Zionis terhadapnya. Bangsa Zionis adalah bangsa yang terburuk dan paling rasis, dan mereka tidak mematuhi resolusi-resolusi PBB."

Perlawanan adalah teori yang disetujui oleh Al-Qur'an

Sekretaris Jenderal  Lembaga Internasional Ahlulbait a.s. menganggap perlawanan sebagai teori yang disetujui oleh Al-Qur'an dan menegaskan: "Perlawanan berada di bawah rahmat Ilahi. Perlawanan adalah manifestasi dari rahmat, dan jika ada perlawanan, orang-orang dapat mendapatkan rahmat Ilahi. Jangan sampai dengan alasan Islam yang penuh kasih, ayat-ayat jihad diabaikan, karena tindakan ini berarti menanggalkan syariat. Bahasa untuk melawan kekuatan, penindasan, dan pelanggaran hanya bisa berupa bahasa perlawanan. Musuh tidak memahami bahasa selain perlawanan dan perjuangan, dan jika kita mundur sedikit, mereka akan maju sepuluh langkah. Imam Khomeini r.a. memimpin perlawanan, dan setelah beliau, Ayatullah Khamenei mengambil alih kepemimpinan ini, dan syahid Sayyid Hasan Nasrallah menganggap dirinya sebagai prajurit beliau."

Dia pada akhirnya menegaskan: Syahid Sayyid Hashim Safiuddin mengenal perlawanan sejak remaja. Syahid ini adalah salah satu tokoh perlawanan, tetapi juga dianggap sebagai sosok yang bermoral. Syahid Sayyid Hashim Safiuddin adalah seorang mujahid besar dan tidak takut pada musuh. Zionis menggunakan puluhan ton bom untuk membunuh Syahid Sayyid Hassan Nasrallah dan Syahid Sayyid Hashim Safiuddin. Namun yang penting adalah bahwa ajaran Sayyid Hassan Nasrallah tetap hidup dan berkembang setiap hari."