Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Selasa

23 Juli 2019

06.55.09
963683

Perang Dagang Trump, Bakal Bumerang Baru AS

Presiden AS, Donald Trump memulai perang dagang dengan banyak kekuatan ekonomi utama dunia melalui kebijakan kenaikan tarif impor barang ke Amerika Serikat, bahkan dengan Eropa. Kelanjutan pendekatan pemerintah Trump telah memicu penentangan dari mitra bisnis Washington seperti Jerman.

(ABNA24.com) Presiden AS, Donald Trump memulai perang dagang dengan banyak kekuatan ekonomi utama dunia melalui kebijakan kenaikan tarif impor barang ke Amerika Serikat, bahkan dengan Eropa. Kelanjutan pendekatan pemerintah Trump telah memicu penentangan dari mitra bisnis Washington seperti Jerman.

Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier menyinggung upaya negaranya untuk menyelesaikan sengketa perdagangan dengan Amerika Serikat, dan mengungkapkan kemungkinan sistem perdagangan global tanpa Amerika Serikat.

"Saya ingin mencegah terjadinya hal ini, karena Amerika adalah teman dan mitra kami. Tetapi kami harus mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi demikian jika AS menolaknya," kata Altmaier menjawab pertanyaan mengenai kemungkinan penerapan sistem perdagangan global tanpa AS.

Menteri Urusan Ekonomi Jerman dalam statemennya mengungkapkan masalah perjanjian perdagangan bebas antara Uni Eropa dan Jepang, Vietnam dan Singapura, serta negara-negara kawasan Amerika Selatan, Mercosur. Selain itu, Uni Eropa juga sedang bernegosiasi dengan Australia dan Selandia Baru.

Tampaknya, Eropa sedang berupaya menciptakan hubungan bisnis baru sebagai alternatif di tengah gencarnya proteksionisme AS yang diusung Trump dengan memberlakukan kenaikan tarif ekspor untuk produk dari Eropa ke Amerika Serikat.

Masalah ini menjadi isu penting mengingat fakta bahwa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam praktiknya mulai kehilangan peran dalam melawan unilateralisme AS. Menurut Altmaier, semua ini mengindikasikan  begitu banyak masalah muncul karena Organisasi Perdagangan Dunia sudah lumpuh dan tidak efektif yang membutuhkan reformasi institusi ini.

Uni Eropa memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Amerika Serikat sebelum Trump menjabat sebagai presiden AS. Bahkan di era Obama terjadi beberapa putaran pembicaraan antara Washington dengan Uni Eropa mengenai Perjanjian Perdagangan Bebas Trans Atlantik. 

Kecenderungan pemerintah Trump, terutama dalam masalah kenaikan tarif impor mobil dan suku cadang dari Eropa telah mengancam kepentingan ekonomi negara-negara Eropa. Oleh karena itu, Jerman sebagai produsen otomotif terbesar Eropa menentang langkah Trump tersebut. Kini, masalahnya tidak hanya di ranah industri otomotif, tapi juga  produk lainnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Prancis, Bruno Le Maire pada April 2019 mengatakan, "Di tengah penurunan pertumbuhan ekonomi global, dimulainya perang dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa akan menjadi kesalahan fatal, baik secara ekonomi maupun politik,". 

Eropa percaya bahwa perang dagang akan menekan pertumbuhan ekonomi global dan menciptakan ketidakpastian baru. Secara khusus, konsumen akan menjadi pihak yang paling terpengaruh oleh perang dagang ini, dan harga barang pada akhirnya akan menjadi lebih mahal. Altmaier mengatakan perang dagang dengan tarif komoditas yang lebih tinggi akan merugikan kedua belah pihak, termasuk memukul perekonomian AS sendiri.

Tapi masalahnya, pemerintah Trump bersikeras untuk melanjutkan pendekatan tersebut, yang hanya akan memperburuk perang dagang di tingkat global. Masalah ini akan mengarah pada perselisihan yang lebih tajam antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya, termasuk Uni Eropa. Di sisi lain, masalah ini akan meningkatkan ikatan ekonomi baru, termasuk antara Cina dan Uni Eropa, dengan negara-negara lain. Pada akhirnya semua akan menjauh dari Trump, dan ini bakal menjadi bumerang bagi AS.



/129