Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Kamis

8 Agustus 2024

15.03.51
1477373

Arus Mana yang Mendorong Rasisme anti-Muslim di Inggris ?

Parstoday- Mengandalkan Islamofobia dan xenofobia, arus rasis di Inggris berupaya mengeksploitasi ketidakpuasan sosial dan mendorong perpecahan dan kekerasan. Sementara itu, dukungan Israel dan kelompok Zionis juga berperan penting dalam memicu kerusuhan tersebut.

Kelompok sayap kanan menyerang imigran dan Muslim setelah kerusuhan baru-baru ini di Inggris. Menurut laporan Parstoday, kerusuhan meningkat setelah tiga gadis muda ditikam hingga tewas di Southport, Inggris.

 

Aksi tersebut dilakukan seorang tersangka berusia 17 tahun dan jejaring sosial secara keliru menyebutnya esbagai seorang muslim imigran, padahal ia dilahirkan dari orang tua Kristen Rwanda.

 

Perang Kelompok Sayap Kanan Ekstrim Inggris

 

Dalam cerita ini, kerusuhan dan penyerangan terhadap hotel-hotel imigran terjadi dan dilakukan dilakukan oleh provokator sayap kanan ekstrim. Salah satu provokator tersebut, Tommy Robinson, pendiri Liga Pertahanan Inggris (EDL), mengobarkan ketegangan melalui video provokatifnya di media sosial. Robinson saat ini beroperasi dari Siprus. Dia pergi ke sana untuk melarikan diri dari vonis pengadilan Inggris.

 

Pengaruh Tokoh Terkenal

 

Arus ekstrem ini tidak hanya terjadi pada Robinson. Orang terkenal seperti "Andrew Tate" dan "Nigel Farage" juga dituduh menghasut gangguan ini. Nigel Farage, pemimpin gerakan anti-imigrasi dari Reformasi Inggris (Reform UK) dan Anggota Parlemen, menargetkan imigran dan Muslim dengan pernyataan yang memecah belah. Dia baru-baru ini mengklaim bahwa umat Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai Inggris. Dalam sambutannya, Farage membenarkan kerusuhan jalanan sebagai "respons terhadap ketakutan dan ketidakpuasan publik" dan seraya mengancam akan masa depan mengatakan: "Apa yang Anda lihat di jalan-jalan Hartlepool, London atau Southport tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang mungkin terjadi dalam beberapa pekan ke depan."

 

Pemerintah dan Aparat Keamanan

 

Pemerintah Inggris, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Keir Starmer, mengutuk keras kerusuhan ini dan menggambarkannya sebagai "preman tanpa hukum". Dalam pidatonya di televisi, ia menegaskan: "Saya jamin Anda akan menyesal ikut serta dalam kerusuhan ini, baik secara langsung maupun sebagai pihak yang memicu kerusuhan ini di dunia maya."

 

Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Sky News: "Orang-orang yang mengira mereka sedang berlibur musim panas sekarang akan menghadapi polisi di rumah mereka."

 

Selain itu, Neil Basu, mantan kepala polisi anti-terorisme Inggris, menuduh Farage tidak mengutuk kekerasan tersebut dan menyatakan: "Apakah Nigel Farage mengutuk kekerasan tersebut? Apakah dia mengutuk Liga Pertahanan Inggris?"

 

Dimensi Israel dan Zionis

 

Aliran sayap kanan di Inggris tidak hanya memicu kerusuhan dalam negeri, namun dalam beberapa kasus juga mendukung kebijakan Israel. Pada bulan Mei lalu, misalnya, ratusan nasionalis sayap kanan dan pendukung Israel berkumpul di luar sebuah bioskop kecil di London utara untuk memprotes aktivis pro-Palestina. Konsentrasi tersebut diadakan sebagai bagian dari festival film yang disponsori oleh pemerintah Israel.

 

Salah satu penyelenggara unjuk rasa mengatakan kepada Middle East Eye: "Mereka berteriak dan mendekati wajah kami, mencoba mengambil plakat dan spanduk kami serta menggunakan penghinaan rasis."

 

Kelompok-kelompok yang tampaknya memiliki hubungan dengan Israel, seperti "Enough is Enough" dan "7/10 Human Chain Project", yang muncul setelah tanggal 7 Oktober, merupakan salah satu pemicu utama aksi unjuk rasa ini. Selain itu, aktivis sayap kanan seperti "Sam Westlake" dan "Brian Stovell" juga berpartisipasi dalam demonstrasi ini.

 

Dampaknya pada Masyarakat

 

Kerusuhan dan instabilitas ini tidak hanya merugikan komunitas imigran dan Muslim, namun juga menambah ketakutan dan rasa tidak aman di kalangan komunitas tersebut. Polisi dan pejabat pemerintah telah menekankan bahwa mereka akan menangani pelaku kekerasan dan kerusuhan. Mantan anggota parlemen Partai Buruh Diane Abbott di Twitter menulis: "Kerusuhan anti-imigran di seluruh negeri dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ancaman terhadap kehidupan kita, harta benda dan kepolisian. Kita perlu memanggil kembali parlemen."

 

Akibat dari kerusuhan dan serangan baru-baru ini di Inggris menunjukkan bahwa aliran sayap kanan yang dipimpin oleh orang-orang seperti "Tommy Robinson", "Andrew Tate" dan "Nigel Farage" mencoba memperkuat kebencian dan kekerasan terhadap imigran dan Muslim dengan menyalahgunakan informasi palsu dan ketegangan sosial.

 

 

Mengandalkan Islamofobia dan xenofobia, arus ini berupaya mengeksploitasi ketidakpuasan sosial dan mendorong perpecahan dan kekerasan. Sementara itu, dukungan Israel dan kelompok Zionis juga berperan penting dalam memicu kerusuhan; Namun demikian, masyarakat dan pemerintah Inggris harus menghadapi arus tersebut dengan persatuan dan kerja sama demi menjaga keamanan dan solidaritas sosial di negara ini. (MF)