Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Sabtu

18 Mei 2024

21.01.35
1459366

Akankah Italia Membayar Kompensasi Kolonialisme Silam di Ethiopia?

Selama perang kolonial Italia di Ethiopia, perwakilan Amerika mengirim telegram ke Washington bahwa orang-orang Italia tanpa ampun menembaki orang dan membakar rumah mereka.

Pada tanggal 19 Februari 1937, pasukan Italia melancarkan pembantaian selama tiga hari di Addis Ababa, yang mengakibatkan kematian hingga 20.000 orang Ethiopia. Peristiwa ini jarang terlihat dalam sejarah Italia, dimana perdebatan publik masih dipenuhi dengan pandangan simpatik terhadap kolonialisme.

Italia yang merupakan salah satu penjajah Eropa di Afrika melakukan kejahatan dan kekerasan yang mengerikan di Ethiopia demi menancapkan pengaruh Kekaisaran Italia oleh Benito Mussolini. Kejahatan tersebut termasuk pembantaian, pembakaran desa dan perusakan produk pertanian dilakukan untuk menekan gerakan perlawanan Ethiopia. Pasukan Italia secara sistematis menangkap dan mengasingkan para pemimpin perlawanan ke kamp-kamp mengerikan seperti Danane di Somalia.

Salah satu peristiwa paling keji dalam sejarah kolonialisme Italia adalah upaya pembunuhan Rodolfo Graziani, raja muda Ethiopia dan gubernur jenderal Afrika Timur Italia di Addis Ababa. Dalam upaya ini, dua patriot Eritrea melemparkan beberapa granat ke arah Graziani yang menewaskan tujuh orang dan melukai banyak lainnya, termasuk Graziani. Insiden ini menyebabkan pasukan Italia menyerang warga secara brutal dan membakar rumah mereka.

Kejahatan Italia di Ethiopia termasuk pembunuhan massal dan penyiksaan yang mengerikan, juga didokumentasikan oleh saksi asing. Diplomat Amerika Serikat dan Perancis memberikan laporan yang mengejutkan mengenai kejahatan ini. Misalnya, perwakilan Amerika mengirim telegram ke Washington bahwa orang-orang Italia tanpa ampun menembaki orang dan membakar rumah. Diplomat Prancis tersebut menggambarkan insiden mengerikan ini dilancarkan secara sistematis di mana mayat-mayat ditumpuk satu sama lain tanpa penguburan yang layak dan dibakar dengan bensin.

Kejahatan-kejahatan ini sebagian besar dilupakan tidak hanya pada masanya, tetapi juga pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II. Ethiopia berusaha untuk membawa penjahat perang Italia ke pengadilan, namun upaya tersebut gagal, karena kondisi Perang Dingin dan dukungan Sekutu terhadap Italia. Banyak penjahat perang Italia tidak pernah diadili atas tindakan mereka di Ethiopia, bahkan ironisny dikenang sebagai pahlawan nasional.

Melupakan jejek kelam ini dilakukan secara sengaja di Italia yang tercermin dalam budaya populer mereka, di mana kenangan akan kolonialisme digambarkan dengan cara yang positif dan simpatik. Narasi yang hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan perbaikan lahan oleh imigran miskin Italia menggantikan kenyataan pahit kekerasan dan kejahatan kolonial.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, akibat gerakan sosial dan politik seperti "Black Lives Matter" dan "Rhodes Must Fall", perdebatan tentang warisan kolonial dan tanggung jawab selanjutnya di negara-negara Eropa seperti Perancis dan Belgia telah dimulai. Gerakan-gerakan ini sampai batas tertentu mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sejarah kolonial dan menyerukan peninjauan ulang dan kritik terhadap masa lalu kolonial dan kompensasinya.

Perubahan juga telah dimulai di Italia. Pada Oktober 2022, Dewan Kota Roma memutuskan untuk merevisi nama-nama tempat kolonial. Keputusan ini mengikuti upaya Jaringan 12–19 Februari Yekatit, yang bertujuan untuk mempromosikan pengetahuan dan mendorong perdebatan kritis tentang kolonialisme Italia dan warisannya.

Dengan cara ini, mungkin masyarakat Italia secara bertahap akan mulai mengingat sejarah pahit mereka pada 19 Februari dan dampaknya terhadap masa kini. Pengingat ini dapat menjadi langkah penting menuju pembayaran kompensasi oleh penjajah kepada negara-negara yang terkena dampak kolonialisme.(PH)