Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Senin

8 April 2024

13.01.17
1449997

Ayatullah Reza Ramezani:

Setiap Orang Dapat Memperoleh Manfaat dari Malam Qadr sesuai dengan Kapasitasnya

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menegaskan, syarat memperoleh rahmat di bulan Ramadhan terhitung mudah, karena tidur dan nafas orang yang berpuasa di bulan ini pun merupakan ibadah. Ayatullah Ramezani berkata: “Malam Qadr juga merupakan penghulu dari para malam dan setiap orang dapat mengerjakan sesuai kadarnya, dan mengambil manfaat dari malam Qadr.

Menurut Kantor Berita Internasional ABNA, Ayatullah Reza Ramezani menyampaikan ceramah  pada malam Jumat (28/3), bertepata dengan malam ke-19 bulan suci Ramadhan, yang diadakan di masjid Imam Musa bin Ja’far di kota Rasht. Dalam ceramahnya ia mengatakan, “Setiap orang dapat mengambil manfaat dari bulan Ramadhan sebanyak yang mereka bisa.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menyebutkan tingkatan-tingkatan puasa, antara lain puasa perut, puasa lidah, dan puasa hati, serta menjelaskan derajat dan keutamaan masing-masing puasa tersebut. Ia berkata: “Amirul Mukminin as mengatakan bahwa hati seseorang yang berpuasa, itu lebih baik dari pada lidah seseorang yang berpuasa.”

Lebih lanjut Ayatulah Ramezani mencontohkan pengaruh puasa dengan mengatakan: “Puasa membawa seseorang pada hikmah, hikmah juga membawa seseorang pada ilmu, dan ilmu juga membawa seseorang pada keyakinan.”

Ayatullah Ramezani menyatakan bahwa setiap perbuatan kita di bulan Ramadhan, termasuk bangun sahur, puasa, dan lain-lain, semuanya membawa pengaruh pada spritualitas manusia. Ia menekankan: “Manusia hendaknya mendapat manfaat dari malam Qadr. Jika manusia tidak diampuni pada malam-malam ini, ia telah sangat gagal dan rugi.”

Wakil dari Provinsi Gilan dalam Majelis Ahli Pimpinan melanjutkan: “Syarat memperoleh rahmat di bulan Ramadhan bisa terhitung mudah karena tidur dan nafas orang yang berpuasa di bulan suci ini pun adalah ibadah.”

Menyatakan bahwa pintu masuk setan ditutup pada bulan Ramadhan, ia berkata: “Malam Qadr adalah penghulu para malam dan setiap orang dapat menggunakan Malam Qadr sesuai dengan kadarnya.”

Menunjukkan bahwa seseorang harus memahami agama dengan benar dan menghindari sikap berlebih-lebihan atau sebaliknya sikap menyepelekan, Ayatullah Ramezani mengatakan: “Doa, salat, berduka dan ibadah-ibadah dalam Islam harus pada tempatnya begitupun penggunaan kesenangan halal dan hiburan yang sehat dan dibolehkan juga harus ada pada tempatnya.”

Sekretaris Jendral Lembaga Internasional Ahlulbait as ini lebih lanjut menyatakan bahwa pada Malam Qadr, kondisi dan hambatan yang ada tidak boleh ada, dan menyatakan: “Siapa yang melakukan ghibah di depan umum tetapi bertaubat secara diam-diam, tidak akan dihitung.”

“Untuk mendapatkan keberkahan yang maksimal dari malam Qadr maka ada baiknya meminta izin dan meminta maaf kepada kerabat dan hamba Allah sebelum menghadiri majelis ihya malam Qadr.” Tambahnya. 

Ayatullah Ramezani menekankan: “Manusia terhalangi jalan menuju kebajikan melalui tiga cara: keyakinan yang sesat akhlak yang buruk, dan amalan yang salah.”

Ulama Iran ini juga menekankan tanggung jawab manusia terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat, dan menekankan: “Kita harus memohon kepada Tuhan untuk memberikan kita Syarh al-Shad, kelapangan dada. Ada banyak ayat dan hadis mengenai hal ini.”

Ayatullah Ramezani menilai kelapangan dada sebagai kunci penyelesaian berbagai permasalahan hidup dan mengatakan: “Ayat 125 surah al-An'am adalah salah satu contoh ayat yang menjelaskan mengenai kelapangan dada ini. Dalam surah al-An’am ayat 125, Allah Swt berfirman, “Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit.”

Selain itu, kata Ayatullah Ramezani hendaknya kita juga memohon hidayah kepada Allah Swt di malam Qadr agar dapat melihat jalan dan tujuan. “Seseorang yang memiliki kelapangan dada, yang dapat meraih manfaat dari cahaya hidayah Ilahi.”