Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Kamis

18 Mei 2023

10.39.57
1366800

Hujjatul Islam Anshari Qummi:

Imam Shadiq as Menunjukkan Hidayah pada Umat Manusia

Mazhab kami disebut Jaafari karena fakta bahwa fondasi dan struktur Syiah dibentuk pada masa Imam Shadiq as dan ia mampu mewujudkan upaya lima Imam sebelumnya.

Menurut Kantor Berita ABNA, pada malam peringatan kesyahidan Imam Shadiq as,  Hujjatul Islam wa Muslimin Nasseruddin Ansari Qummi, seorang cendekiawan muslim Iran, ahli dan peneliti berbagai bidang keilmuan Islam, dalam percakapan dengan Kantor Berita ABNA, membahas posisi, kepribadian, dan bagian dari pelayanan Imam Shadiq as untuk dunia Islam khususnya untuk komunitas Syiah. 

Pakar masalah agama ini mengawali pembicaraannya dengan menyampaikan belasungkawa pada peringatan syahidnya Imam Shadiq as. Ia berkata, “Mengapa mazhab yang kita anut ini dinamai Ja’fari, itu karena fondasi dan struktur Syiah terbentuk pada masa Imam Shadiq as dan mampu membuahkan hasil dari rintisan lima Imam sebelumnya”.

“Saat itu, memanfaatkan periode transisi dari kekuasaan Bani Umayyah ke Bani Abbasiyah, Imam Shadiq as meninggalkan taqiyyah dan mengajarkan secara terbuka semua ajaran Ahlulbait as yang selama disampaikan diam-diam dan di balik layar. Dia mampu membangun struktur agama dengan menanamkan banyak prinsip dan hadits di berbagai bidang dan dengan melatih banyak murid dan mendirikan mazhab Ahlulbait as di depan mazhab lain, yang akan berdiri kokoh hingga akhir zaman.” Tambahnya. 

Hujjatul Islam Anshari menyatakan, “Imam Shadiq as dengan melatih murid-murid seperti Zararah, Abu Basir, Muhammad bin Muslim, Safwan dan Burid bin Muawiya, mampu mengungkapkan banyak hadits yang dikumpulkan dalam kitab Ushul Arba’ahmi’ah’. Para fakih dan ahli hukum serta ulama hadis Syiah selanjutnya mengumpul dan mengklasifikasikannya dengan lebih rapi dan termuat dalam kitab-kitab induk rujukan Syiah seperti, Al-Kafi, Man Laa Yahdhuruh al-Faqih, Tahdzibul Ahkam dan al-Ibstibshar yang kemudian dikenal dengan nama Ushul Arba’ah. Juga, kitab-kitab hadis seperti al-Nawadir, Mahasin Barqi, Qurb al-Isnad dan kitab-kitab lainnya yang kemudian bermunculan. Dan hari ini kita dihadapkan pada banyak sekali hadits Imam Shadiq as di bidang fikih, tafsir, akhlak, khutbah dan hikmah.”

Peneliti agama terkemuka asal Iran ini kemudian menambahkan, “Imam Shadiq as berhasil mendidik banyak murid di Madinah dengan memanfaatkan perseteruan antara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Saat Hasan bin Ali Washa mengajar di masjid Kufah, Ahmad bin Muhammad bin Isa yang melakukan perjalanan dari Qom ke Kufah tiba dan berguru pada Hasan bin Ali Washa. Dia meminta kitab hadis dan meminta izin untuk mengajarkannya, Hasan bin Ali berkata, “Jika saya tahu bahwa orang-orang begitu antusias mempelajari hadis, saya akan mempelajari lebih banyak hadis dari Imam Shadiq as. Saya menemukan bahwa mereka mengutip hadits dari Imam Sadiq as, yaitu di Kufah saja, 900 hadits di antara murid-muridnya. dan mereka terlibat dalam pengajaran dan pembacaan hadis.”

Ansari Qomi menyatakan, “Tidak hanya mengajarkan akidah yang benar, Imam Shadiq juga menentang dan mengutuk para pengikut sekte sesat dan kelompok ateis, seperti Ibnu Abi al-Awja, Abu Shakir Disani, dan Ibnu Muqaffa. Melalui majelis-majelisnya, Imam Shadiq as membongkar kedustaan dan kepalsuan sekte-sekte yang sesat dan menunjukkan kepada umat manusia jalan bimbingan.”

“Hal yang harus diperhatikan oleh kami kaum Syiah dalam kehidupan Imam Shadiq as adalah ilmu dan akhlaknya. Kita harus banyak mempelajari akhlak Imam Shadiq as. Misalnya ia memiliki seorang pelayan bernama Mu’tab untuk urusan keuangan. Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as selalu membeli gandum untuk persiapan satu tahun. Suatu waktu, karena musim kemarau berkepanjangan, sehiggga gandum menjadi langka di Madinah. Imam Shadiq as berkata kepada Mu’tab, “Pergilah menjual gandum di pasar!”. Mu’tab berkata, “Ya Imam, sekarang musimnya bukan menjual gandum, tapi menyimpan gandum untuk persiapan menghadapi musim panas yang panjang. Semua orang saat ini menyimpan gandum dan tidak ada yang menjual. Mengapa kita harus membawa gandum yang disimpan ke pasar?!” Imam Shadiq as menjawab, “Tidak, sekarang bukan waktunya untuk menyimpan gandum. Banyak orang yang membutuhkannya.” Cerita Hujjatul Islam Anshari.

Lebih lanjut, ia juga berkata, “Di tempat lain, seseorang bernama Musadif meriwayatkan, “Imam Shadiq as pernah memberi saya uang seribu dinar dan berkata, “Lakukan bisnis untuk saya dengan uang ini.” Musadif menceritakan bahwa dia pergi ke Mesir dan mendengar bahwa gandum langka dan mahal di sana, jadi saya memutuskan untuk menjual gandum dengan harga beberapa kali lipat. Ketika saya kembali ke Imam, saya mengembalikan dua kantong uang logam kepadanya dan berkata, “Satu kantong adalah uang modal dan yang lainnya adalah keuntungan dari bisnis.” Imam bertanya, “Mengapa Anda menjual dengan harga tinggi, melakukan ketidakadilan terhadap umat Islam dan mengambil keuntungan yang tidak adil dari mereka?”. Akhirnya Imam Shadiq as mengambil modalnya dan tidak menerima keuntungan dari perdagangan tersebut.

Pada akhirnya, Ansari Qomi mengatakan, “Hari ini, biografi Imam Shadiq as menjadi pelajaran bagi kita; Hari ini, ketika orang dalam kesulitan; Pengusaha dan pebisnis harus toleran dengan orang, belajar dari kehidupan Imam Shadiq as dan tidak menerima lebih dari keuntungan yang adil.”