12 Juni 2025 - 20:58
Hadis Ghadir dalam Riwayat Para Imam Maksum as; Yang Hadir Sampaikan kepada yang Tidak Hadir!

Para Imam Maksum (as) dalam sesi debat, percakapan bersahabat, dan pertemuan dengan sebagian musuh Ahlulbait (as), telah merujuk kepada hadis Ghadir.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Para Imam Maksum (as) dalam sesi debat, percakapan bersahabat, dan pertemuan dengan sebagian musuh Ahlulbait (as), telah merujuk kepada hadis Ghadir. Dalam semua argumentasi ini, para Imam Maksum (as) menggunakan hadis tersebut untuk membuktikan wilayah (kepemimpinan spiritual), imamah (kepemimpinan agama), dan pengganti Rasulullah (saw). Dalam banyak kasus, hal ini diterima oleh pihak lawan, dan pengakuan atas pandangan ini dapat menjadi bukti lain dari penerimaan riwayat ini dalam hal imamah dan kekuasaan atas umat.

Di antara sumber-sumber riwayat, terdapat perkataan dari semua Imam Maksum (as) yang di dalamnya mereka merujuk kepada riwayat terkenal Ghadir Khum. Pentingnya penyampaian riwayat ini di masa dan tempat yang penuh represi dan permusuhan besar terhadap Ahlulbait (as) selama masa hidup para Imam Maksum (as), menunjukkan perhatian khusus mereka dalam menekankan riwayat ini di seluruh masa yang berbeda-beda.

Hal lain yang perlu dicatat adalah bahwa dalam semua kasus di mana para Imam Maksum (as) merujuk kepada riwayat ini, topiknya selalu berkaitan dengan imamah dan wilayah. Dan meskipun banyak riwayat menekankan pada mawaddah (kasih sayang) dan mahabbah (cinta) antara manusia dan Ahlulbait (as), tidak pernah riwayat ini digunakan untuk menyampaikan tema tersebut. Hal ini sendiri merupakan alasan lain untuk menunjukkan bahwa hadis ini menekankan pada pengganti dan imamah.

Dalam berbagai sumber, telah disebutkan rujukan Imam Ali (as) kepada hadis terkenal Ghadir serta “munasyadah” (menyumpah dan meminta pengakuan) kepada yang lain untuk menyampaikan kebenaran berdasarkan riwayat Yaum Ghadir oleh Imam Ali (as), beberapa sahabat Nabi (saw), dan para pengikut beliau. Sebagai contoh, dapat disebutkan riwayat ini, bahwa beliau setelah selesai memakamkan Rasulullah (saw) dan dalam perdebatan verbal dengan para perampas kekhalifahan, bersabda:
"Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, aku bersumpah atas nama Allah, apakah kalian mendengar Rasulullah (saw) bersabda pada hari Ghadir Khum ini dan itu?"
(Yaitu menyebutkan ucapan Rasulullah). "Wahai Muhajirin dan Anshar, aku bersumpah atas nama Allah, apakah kalian tidak mendengar apa yang dikatakan Rasulullah (saw) pada hari Ghadir Khum?" (1)

Sayidah Zahra (sa) juga, dalam masa hidup singkatnya setelah wafat Rasulullah (saw), beberapa kali merujuk kepada hadis Ghadir. Sebagai contoh, dalam khutbah yang disampaikannya di masjid Madinah, beliau bersabda: "Apakah kalian melupakan sabda Rasulullah (saw) pada hari Ghadir Khum: Siapa yang aku adalah maulanya, maka Ali adalah maulanya?" (2)

Imam Hasan (as) juga dalam berbagai ucapan telah merujuk pada hadis Ghadir. Sebagai contoh, setelah menerima perjanjian damai, dalam sebuah khutbah beliau bersabda: "Umat ini telah melihat dan mendengar bahwa Rasulullah (saw) pada hari Ghadir Khum menggenggam tangan ayahku Ali (as) dan bersabda: Barang siapa yang aku adalah maulanya, maka Ali adalah maulanya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya! Lalu beliau bersabda kepada mereka: Yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir." (3)

Imam Husain (as) juga dalam khutbah terkenal di Mina, dua tahun sebelum wafatnya Muawiyah, di sisi Ka’bah, sambil menekankan munasyadah dan menyumpah para pendengar mengenai keutamaan Amirul Mukminin (as), bersabda: "Apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah (saw) mengangkatnya pada hari Ghadir Khum, lalu menyerukan wilayahnya dan bersabda: Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir?"
Mereka menjawab: "Ya Allah, benar."
Beliau bersabda: "Aku bersumpah atas nama Allah."
"Apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah (saw) menetapkannya sebagai Imam pada hari Ghadir dan menyerukan wilayahnya serta mengatakan bahwa yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir? Kalian aku sumpah atas nama Allah." (4)

Salah satu poin menarik dari dua riwayat yang disampaikan dari Imam Hasan (as) dan Imam Husain (as), yang disampaikan dalam dua waktu dan tempat berbeda, adalah bahwa keduanya menekankan sabda Rasulullah (saw) agar khutbah Ghadir Khum disampaikan oleh yang hadir kepada yang tidak hadir. Hal ini harus dianggap sebagai kebutuhan yang abadi dan terus-menerus sepanjang sejarah, tidak hanya untuk kalangan Syiah, melainkan untuk semua umat Islam.

Pada bagian lain tulisan ini, akan disampaikan riwayat-riwayat lainnya dari para Imam Maksum (as) mengenai rujukan terhadap riwayat Ghadir Khum.


Sumber:

  1. Riwayat ini disebutkan dalam kitab Sulaim bin Qais. Juga oleh Sayid Hasyim Bahrani dalam kitab Ghayah al-Maram, dan oleh Allamah Majlisi dalam Bihar al-Anwar, jilid 28.

  2. Kitab: Ghayah al-Maram wa Hujjat al-Khisam fi Ta’yin al-Imam, Allamah Sayid Hasyim Bahrani, jilid 1, halaman 326.

  3. Kitab: Syarh Nahj al-Balaghah, Ibn Abi al-Hadid, jilid 4, halaman 16.

  4. Riwayat ini disebutkan dalam Kitab Sulaim bin Qais, Tuhaf al-Uqul karya Harrani, dan Bihar al-Anwar oleh Allamah Majlisi.

Your Comment

You are replying to: .
captcha