Menurut Kantor Berita ABNA, Semua ini adalah masalah yang terpaksa diakui Gedung Putih.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaky mengakui pada hari Minggu (07/02/2021) bahwa ada tingkat ketidakpercayaan yang signifikan terhadap pemerintah, media dan informasi, dan bahwa tidak ada pemahaman tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang nyata dan apa yang tidak.
Dia mengklaim bahwa Joe Biden sedang berusaha untuk memulihkan kepercayaan publik di Amerika Serikat.
Pengakuan Gedung Putih atas meningkatnya ketidakpercayaan rakyat Amerika terhadap pemerintah dan media mengungkapkan fakta yang tak terbantahkan tentang menurunnya akseptabilitas dan kepercayaan pemerintah Amerika Serikat dalam opini publik.
Salah satu alasan langsung dan nyata untuk ini adalah krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Ia menuduh adanya kecurangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pemilihan umum presiden November 2020 yang memenangkan Joe Biden, saingannya dari Partai Demokrat.
Krisis politik ini meluas. Trump menyebut sistem politik AS korup, mempertanyakan sistem pemungutan suara AS, dan menyerukan kudeta dengan meminta para pendukungnya untuk memberontak dan menyerang Kongres pada 6 Januari 2020, dengan menekankan kecurangan yang meluas dengan mengatur proses hukum pemilihan "Joe Biden".
Sikap presiden petahana ini memberikan pukulan terbesar bagi legitimasi kedaulatan politik negara. Insiden Kongres melambangkan fenomena yang tidak dapat disangkal di Amerika Serikat, keretakan yang tumbuh antara kaum konservatif dan Demokrat di tingkat elit dan keretakan bipolar dalam masyarakat Amerika.
Ini adalah salah satu faktor utama ketidakpercayaan rakyat Amerika terhadap sistem politik Amerika.
Menurut Rahman Ghahramanpour, seorang pakar politik, Ada luka yang dalam di tubuh demokrasi liberal di Amerika Serikat dan masalah ini tidak boleh dianggap remeh. Serangan terhadap Kongres menunjukkan eskalasi terorisme domestik di Amerika Serikat dan akibatnya meningkatnya ketidakamanan sosial di negara ini.
Alasan lain untuk ini adalah kinerja buruk pemerintahan Trump dalam menangani dan mengendalikan epidemi Corona, yang pada gilirannya berdampak luas bagi masyarakat dan ekonomi Amerika.
Alih-alih membuat cara pandangan berprinsip tentang virus Corona dan penyakit Covid-19, Donald Trump bukan hanya meremehkan wabah Corona di Amerika Serikat sejak awal, tetapi juga telah membuat banyak hambatan dari dia dan pemerintahannya untuk mencegah epidemi virus Corona dan memeranginya secara efektif.
Hasilnya adalah Amerika Serikat sekarang menduduki puncak dunia dengan sekitar 28 juta orang terinfeksi dan sekitar 480.000 orang meninggal. Pemerintahan Trump telah gagal untuk mengatasi konsekuensinya, terutama resesi dan pengangguran jutaan orang, serta penyebaran kemiskinan dan kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat.
Sekarang, masalah ini telah menjadi agenda utama pemerintahan Biden. Tapi masalah yang lebih besar adalah bahwa bahkan dalam situasi yang mengerikan saat ini, perdebatan antara Demokrat dan Republik terus berlanjut. Sebagaimana semua senator Republik menentang rencana ekonomi $ 1,9 triliun Biden.
Dengan demikian, rakyat Amerika menyaksikan bahwa para elit politik negeri ini justru terlibat dalam konflik alih-alih mencoba menyelesaikan berbagai krisis internal. Masalah-masalah ini, bersama dengan sikap bias media Amerika yang berpihak pada arus politik saingan, telah menyebabkan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan media.
342/