oleh: Ismail Amin Pasannai
Kemunculan seorang juru selamat (penyelamat) yang akan membawa keadilan, perdamaian, dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran adalah konsep yang tidak hanya ditemukan dalam Islam, tetapi juga menjadi bagian dari keyakinan banyak agama dan tradisi spiritual di dunia. Dalam konteks Islam, sosok ini dikenal sebagai Imam Mahdi, sementara dalam agama lain ia memiliki nama dan deskripsi berbeda, seperti Mesias dalam Kristen, Kalki Avatar dalam Hindu, Maitreya dalam Buddhisme, Zoroaster kedua dalam Zoroastrianisme ataupun Ratu Adil dalam mitologi masyarakat Jawa. Berikut adalah argumen akal yang mendukung kemunculan Imam Mahdi sebagai sesuatu yang logis dan universal:
1. Pola Sejarah: Siklus Ketidakadilan dan Keadilan
Sejarah umat manusia menunjukkan pola siklus antara ketidakadilan (zalim) dan keadilan (‘adl). Setiap kali dunia dilanda oleh ketidakadilan, penindasan, perang, dan kerusakan moral, muncul tokoh-tokoh besar yang membawa reformasi dan perubahan. Contohnya:
- Nabi Musa yang membebaskan Bani Israil dari penindasan Fir’aun.
- Nabi Muhammad saw. yang mengakhiri jahiliyah Arab dengan membawa ajaran Islam.
- Pemimpin-pemimpin besar seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr, Nelson Mandela dan Imam Khomeini yang melawan ketidakadilan di era modern.
Namun, meskipun ada tokoh-tokoh besar ini, ketidakadilan dan kerusakan terus berulang. Ini menunjukkan bahwa solusi parsial tidak cukup untuk mengatasi masalah global yang semakin kompleks. Oleh karena itu, logis jika ada harapan bagi seorang pemimpin global—yang melampaui batas-batas geografis, budaya, dan agama—untuk datang dan membawa perubahan mendasar. Imam Mahdi, dalam pandangan Islam, adalah jawaban universal atas kebutuhan ini.
2. Krisis Global Memerlukan Solusi Global
Dunia saat ini menghadapi krisis multidimensi yang belum pernah terjadi sebelumnya:
- Krisis Moral: Korupsi, keserakahan, dan dekadensi moral merajalela di banyak negara.
- Krisis Ekologi: Perubahan iklim, pemanasan global, dan kerusakan lingkungan mengancam kelangsungan hidup manusia.
- Krisis Politik: Konflik internasional, perang, dan ketidakadilan sistemik menciptakan ketidakstabilan global.
- Krisis Spiritual: Banyak orang kehilangan arah hidup dan merasa hampa meskipun hidup di era teknologi canggih.
Semua krisis ini bersifat global dan saling terkait. Tidak ada satu negara atau pemimpin tunggal yang mampu menyelesaikan semua masalah ini secara parsial. Oleh karena itu, kehadiran seorang pemimpin global seperti Imam Mahdi—yang dipercaya akan membawa keadilan, perdamaian, dan harmoni—adalah solusi yang logis dan rasional.
3. Kepercayaan Universal pada Juru Selamat
Keyakinan akan munculnya juru selamat bukanlah monopoli satu agama saja. Hampir semua agama besar memiliki narasi tentang kedatangan seorang penyelamat di akhir zaman:
- Kristen: Yesus Kristus diyakini akan kembali sebagai Mesias untuk membawa keadilan dan perdamaian.
- Hindu: Kalki Avatar, avatar terakhir Dewa Wisnu, akan datang untuk menghancurkan kejahatan dan memulihkan Dharma (kebenaran).
- Buddhisme: Maitreya Buddha akan muncul untuk mengajarkan Dhamma dan membawa kebahagiaan bagi semua makhluk.
- Zoroastrianisme: Saoshyant, seorang penyelamat ilahi, akan datang untuk mengakhiri kejahatan dan membangkitkan orang-orang baik.
-Ratu Adil: Konsep Ratu Adil berasal dari tradisi Jawa Kuno, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual, filsafat, dan kepercayaan lokal. Dalam mitologi Jawa, Ratu Adil sering disebutkan dalam ramalan-ramalan kuno, seperti yang terdapat dalam kitab-kitab primbon atau naskah-naskah sastra Jawa, seperti Serat Musarar dan Serat Centhini. Ia diprediksi akan muncul pada akhir zaman (jaman edan) ketika dunia diliputi kekacauan, ketidakadilan, dan moralitas yang merosot.
Fakta bahwa begitu banyak agama memiliki keyakinan serupa menunjukkan bahwa gagasan ini berasal dari naluri manusia yang mendalam akan harapan dan keadilan. Jika begitu banyak tradisi spiritual independen sepakat tentang hal ini, maka kemunculan seorang juru selamat adalah sesuatu yang masuk akal dan universal.
4. Hukum Sebab-Akibat: Ketidakadilan Pasti Berakhir
Dalam filsafat Islam, terutama dalam pemikiran para ulama seperti Sadr al-Din Shirazi (Mulla Sadra) dan Allama Thabathabai, konsep Mahdawiyah dijelaskan melalui pendekatan akal. Argumen utama adalah bahwa Allah, sebagai sumber keadilan mutlak, tidak mungkin membiarkan dunia dalam keadaan penuh kezaliman tanpa adanya penyempurna sistem Ilahi. Ini berhubungan dengan prinsip lutf (kasih sayang Tuhan), yang menunjukkan bahwa Allah selalu menyediakan sarana untuk membimbing manusia menuju kebenaran. Maka, keberadaan seorang pemimpin akhir zaman yang membimbing manusia ke arah keadilan adalah konsekuensi logis dari sifat Ilahi.
Secara sederhana dapat dikatakan, dalam filsafat ada prinsip dasar bahwa segala sesuatu yang tidak adil pasti akan berakhir. Ketidakadilan, penindasan, dan kerusakan tidak bisa berlangsung selamanya karena alam semesta beroperasi berdasarkan keseimbangan. Jika dunia saat ini dipenuhi dengan ketidakadilan, maka logis jika suatu saat nanti akan muncul kekuatan yang mengembalikan keseimbangan tersebut.
Imam Mahdi, dalam pandangan Islam, adalah manifestasi dari kekuatan keseimbangan ini. Ia akan membersihkan dunia dari ketidakadilan dan menegakkan keadilan mutlak. Ini sejalan dengan hukum alam bahwa setiap kegelapan pasti diakhiri oleh cahaya.
5. Teknologi dan Globalisasi Memungkinkan Kepemimpinan Global
Di era modern ini, teknologi dan globalisasi telah membuat dunia semakin terhubung. Informasi dapat menyebar dalam hitungan detik, dan tindakan satu individu atau kelompok dapat memengaruhi seluruh dunia. Dalam konteks ini, sangat masuk akal jika seorang pemimpin global seperti Imam Mahdi muncul untuk menyatukan umat manusia.
Selain itu, teknologi juga memungkinkan visi universal tentang keadilan dan perdamaian untuk diwujudkan. Misalnya, sistem ekonomi global dapat direformasi untuk menghapus kemiskinan, teknologi hijau dapat digunakan untuk menyelamatkan planet, dan pendidikan universal dapat menumbuhkan kesadaran moral. Imam Mahdi, sebagai pemimpin spiritual dan politik, dipercaya akan memanfaatkan semua ini untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
6. Harapan sebagai Faktor Psikologis dan Sosial
Manusia secara alami memiliki naluri untuk berharap. Harapan adalah salah satu faktor psikologis yang memungkinkan manusia bertahan dalam situasi sulit. Keyakinan akan kemunculan Imam Mahdi memberikan harapan kepada umat manusia bahwa kegelapan yang mereka hadapi saat ini bukanlah akhir dari cerita.
Harapan ini juga memiliki dampak sosial yang positif. Orang-orang yang percaya bahwa seorang juru selamat akan datang cenderung lebih termotivasi untuk berbuat baik, menjaga moralitas, dan bekerja keras untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dengan kata lain, keyakinan ini bukan hanya soal pasrah menunggu, tetapi juga dorongan untuk terlibat aktif melakukan rekayasa sosial. Dalam konsep Mahdiisme yang diyakini muslim Syiah, penantian Imam Mahdi adalah penantian aktif, bukan penantian pasif, yaitu aktif mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Imam Mahdi dan menjadi bagian dari pengikutnya.
7. Bukti Historis dan Fenomena Spiritual
Selain argumen akal, ada juga fenomena spiritual yang mendukung gagasan ini. Dalam sejarah Islam, banyak ulama dan ahli spiritual yang mengklaim telah melihat tanda-tanda mendekati kemunculan Imam Mahdi, seperti meningkatnya ketidakadilan, perang besar, dan bencana alam. Fenomena-fenomena ini sering kali disebutkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw. sebagai tanda-tanda akhir zaman.
Meskipun ini lebih bersifat spiritual daripada rasional, fenomena ini menunjukkan bahwa gagasan tentang Imam Mahdi telah ada sejak lama dan memiliki basis yang kuat dalam tradisi Islam. Hal ini menambah kredibilitas keyakinan ini.
Kemunculan Imam Mahdi sebagai juru selamat umat manusia adalah sesuatu yang logis dan masuk akal jika dilihat dari sudut pandang sejarah, krisis global, kepercayaan universal, hukum alam, dan psikologi manusia. Ia bukan hanya figur yang dijanjikan dalam Islam, tetapi juga merupakan harapan bersama bagi seluruh umat manusia untuk masa depan yang lebih baik. Dalam dunia yang semakin terhubung dan penuh tantangan, gagasan tentang seorang pemimpin global yang membawa keadilan dan perdamaian adalah sesuatu yang sangat relevan dan dibutuhkan.
Oleh karena itu, keyakinan akan kemunculan Imam Mahdi bukanlah sekadar dogma agama, tetapi juga refleksi dari naluri manusia yang mendalam akan keadilan, harapan, dan keseimbangan.
