Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam pidato pelantikannya, mengatakan pesan suara rakyat dalam pemilu adalah tuntutan untuk perubahan dan keadilan.
Menurut Kantor Berita ABNA, “Saya akan menjadi pembela sejati hak asasi manusia dan hak-hak manusia,” ujarnya setelah membacakan sumpah jabatan di gedung Parlemen Iran pada Kamis (5/8/2021) sore.
“Kebangkitan Revolusi Islam di Iran menandai sebuah babak baru dalam kebebasan, partisipasi politik dan demokrasi dalam sejarah negara kita,” kata Raisi.
Dia mencatat bahwa Konstitusi Republik Islam Iran, sebagai pakta nasional, menganggap semua lembaga negara sebagai produk dari kehendak dan suara rakyat.
Berbicara di hadapan para tamu undangan dari dalam dan luar negeri, Presiden baru Iran menegaskan, “Kami tidak menerima sikap diam dalam menghadapi kezaliman, kejahatan dan pelanggaran hak-hak manusia yang tidak bersalah dan tidak berdaya.”
“Penindasan dan kejahatan, baik di jantung Eropa dan Amerika, atau di Afrika, atau di Yaman, Suriah, dan Palestina, kami akan berdiri membela mereka yang tertindas,” ujarnya.
Raisi lebih lanjut mengatakan sanksi terhadap bangsa Iran harus dicabut, dan kami akan mendukung inisiatif diplomatik untuk mengakhirinya. “Senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam doktrin pertahanan kami dan dilarang oleh agama,” tandasnya.
Ia bersumpah akan melakukan upaya tak kenal lelah untuk mewujudkan seruan rakyat untuk pembangunan dan keadilan, menstabilkan nilai mata uang dan menghidupkan kembali ekonomi. (RM)
342/