Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Selasa

25 Juni 2019

07.51.33
954856

Nasib Bin Salman di Bawah Tekanan Publik Dunia

Baru-baru ini Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman kembali berada di bawah tekanan publik dalam dan luar negeri.

(ABNA24.com) Baru-baru ini Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman kembali berada di bawah tekanan publik dalam dan luar negeri.

Pemberitaan seputar sepak terjang Putra Mahkota Saudi sejak April 2018 hingga kini terus menghiasi halaman-halaman utama media dunia. Beberapa media bahkan mengabarkan kasus penembakan di istana kerajaan Saudi pada akhir April 2018 yang menyebabkan Mohammed bin Salman terluka.

Meski belum terbukti benar, karena kerajaan Saudi memang tertutup dan media dilarang meliput, tapi ketidakhadiran Bin Salman di hadapan media selama beberapa minggu, bahkan tidak terlihat saat kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo ke Riyadh, membuat beberapa media meyakini kebenarannya.

Spekulasi adanya insiden penembakan itu diduga disebabkan oleh tindakan keras Bin Salman terhadap para penentang dan pangeran Saudi, juga terhadap Perdana Menteri Lebanon, Saad Al Hariri, sehingga memicu konflik serius di antara para pangeran dengan Putra Mahkota Saudi.

Perseteruan itu muncul pasca pembunuhan keji terhadap wartawan pengkritik Riyadh, Jamal Khashoggi di dalam kantor konsulat Saudi di Istanbul, Turki, bahkan mengalami peningkatan, karena memicu terbentuknya blok bersama internasional melawan pemerintahan Saudi.

Seiring berlalunya waktu, tekanan dalam dan luar negeri terhadap Putra Mahkota Saudi bukan saja tidak berkurang bahkan kembali membuat Bin Salman terjepit.

Pelapor khusus ekstra yudisial, Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Agnes Callamard terkait pembunuhan Khashoggi mengatakan, pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi adalah sebuah pembunuhan ekstra yudisial, dan pemerintah Saudi harus bertanggung jawab atas pembunuhan ini.

Callamard mendesak langkah hukum atas apa yang disebutnya sebagai kejahatan internasional ini dan menuntut agar para pelakunya ditangkap jika terbukti.

Ia menambahkan, tidak mungkin pejabat tinggi pemerintah Saudi termasuk Putra Mahkota, Mohammed bin Salman tidak mengetahui pembunuhan tersebut.

Salah seorang analis situs berita Al Mayadeen menulis, laporan pelapor khusus PBB bahkan bisa menjadi dasar penangkapan Bin Salman di luar Saudi. Tapi karena dukungan Amerika, kecil kemungkinan Dewan Keamanan PBB berani melimpahkan laporan pelapor khusus terkait kasus Bin Salman ke Mahkamah Pidana Internasional.

Namun demikian, meski laporan yang disusun oleh komite pencari fakta PBB ini sulit untuk direalisasikan, tapi itu tetap membangkitkan tekanan publik dunia terhadap Putra Mahkota Saudi secara khusus, dan pemerintah Saudi secara umum.

Lebih dari itu, Mohammed bin Salman di dalam negeri juga terus menjadi sasaran protes warga Saudi. Surat rahasia dari salah seorang pemuka suku Ajman yang juga teman dekat Raja Saudi, Nayef bin Hathleen mengadukan kondisi negara dan perilaku Mohammed bin Salman serta memberikan sejumlah nasihat kepada Raja Salman.

Setelah tahu keberadaan surat tersebut, Mohammed bin Salman mengeluarkan perintah penangkapan Nayef bin Hathleen, dan kembali menunjukkan upaya pemberangusan yang dilakukan Putra Mahkota Saudi terhadap kelompok penentang termasuk ulama dan tetua suku.

Secara umum setelah Mohammed bin Salman menggantikan Mohammed bin Nayef, situasi Saudi semakin sulit bagi para ulama dan ketua suku, sejak September 2017 hingga September 2018 total 104 orang ditangkap aparat keamanan Saudi.

Beberapa waktu lalu 80 ulama Islam dari sejumlah negara Barat melayangkan surat protes kepada Raja Saudi dan tuntutan untuk menghentikan kekerasan terhadap ulama di negara itu.

Di sisi lain, berlanjutnya tekanan dalam dan luar negeri diduga akan menyulitkan langkah Bin Salman merebut kursi kekuasaan di Saudi, pasalnya dukungan Amerika semata-mata dinilai tidak akan mampu membawanya ke tampuk kekuasaan.



/129