Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Sabtu

15 Juni 2019

05.39.19
950941

Ketika Cina Kritik Sanksi Sepihak AS terhadap Iran

Wakil tetap Cina di organisasi internasional di Wina mengkritik penerapan sanksi sapihak Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran.

(ABNA24.com) Wakil tetap Cina di organisasi internasional di Wina mengkritik penerapan sanksi sapihak Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran.

Wang Qun seraya meminta pihak-pihak di JCPOA kemabli ke jalur implementasi penuh kesepakatan internasional ini menekankan, represi maksimum dan saksi sepihak Amerika terhadap Iran membuat JCPOA menghadapi kendala baru dan meningkatkan tensi di kawasan Asia Barat.

Wang Qun di sidang Dewan Gubernur IAEA di Wina seraya menegaskan pentingnya menjaga dan melaksanakan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) menambahkan, JCPOA sebuah kesepakatan multilateralisme yang didukung oleh Dewan Keamanan PBB dan harus dijalankan secara penuh.

Ia juga meminta Amerika memperhatikan kekhawatiran masyarakat internasional terkait implementasi JCPOA dan mengakhiri represi serta sanksi sepihak terhadap Iran. Ia juga meminta Amerika kemabli ke jalur implementasi penuh kesepakatan nuklir ini.

Kritik akan sanksi sepihak dan ilegal Washington terhadap Tehran adalah masalah yang dimulai lebih dari satu tahun lalu dan seiring dengan pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait keluarnya negara ini dari JCPOA serta dimulainya sanksi zalim terhadap bangsa Iran. Bahkan mitra politik Gedung Putih di Barat juga mengecam pendekatan non-konstruktif Trump.

Meski Amerika mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada perusahaan yang melanggar sanksi anti Iran, namun sejumlah perusahaan tanpa mengindahkan ancaman Gedung Putih ini menekankan akan terus melanjutkan kerja samanya dengan Tehran dan merekan menuntut Trump meninjau ulang kebijakannya tersebut.

Kunjungan Perdana Menteri Jepang Abe Shinzo hari Rabu (12/06) ke Tehran di mana negaranya termasuk kekuatan ekonomi ketiga dunia menunjukkan bahwa berbeda dengan kebijakan otoriter Washington, khususnya terhadap sekutunya, mereka tidak lagi seperti sebelumnya yang bersedia mengorbankan kepentingan nasionalnya untuk merealisasikan kebijakan sepihak AS dan menjamin kepentingan Washington.

Idris Jazairi, pelapor khusus Dewan HAM PBB mengatakan, "Saya sangat mengkhawatirkan masalah ini bahwa sebuah negara (AS) begitu mampu memanfaatkan hegemoninya di sistem finansial internasional dan bukan saja melukai Iran yang komitmen terhadap janjinya di kesepakatan nuklir, bahkan juga terhadap pihak-pihak yang berdagang dengan mereka."

Kunjungan Abe ke Tehran digelar ketika pemerintah Amerika menggunakan segenap kemampuan dan kapasitasnya untuk mengucilkan Iran dari sisi politik dan melancarkan perang ekonomi terhadap Tehran. Kunjungan ini membawa pesan bahwa Jepang di kebijakan luar negerinya dan perluasan kerja sama dengan negara lain tidak bersedia mengikuti Amerika secara membabi buta tanpa berpikir atau logika politik. Pemerintah Tokyo menyusun hubungannya dengan negara lain berdasarkan catatan dan kepentingan nasionalnya.

Penekanan terbaru presiden Rusia dan Turki terkait komitmen mereka terhadap JCPA dan pentingnya implementasi komitmen mereka di bidang ini serta sikap negara-negara Eropa seperti Jerman, Inggris dan Perancis yang mengecam langkah AS menjatuhkan sanksi terhadap Iran menunjukkan bahwa Trump justru yang terkucil dalam upayanya membujuk negara besar agar bersedia mengiringi Washington mengucilkan Iran di berbagai sektor baik politik maupun ekonomi.

Paling tidak anggota JCPOA non Barat yakni Rusia dan Cina serta kekuatan berpengaruh seperti Jepang malah menunjukkan langkah praktis dan tidak sekedar puas dengan menunjukkan penentangannya terhadap sanksi Gedung Putih terhadap Tehran. Berbeda dengan keinginan presiden AS, negara-negara ini memilih untuk serius bekerja sama dengan Iran, karena ini yang menjamin kepentingan mereka.



/129