Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Sabtu

15 Juni 2019

05.30.33
950935

Ketika Putin Memperingatkan Semakin Memburuknya Hubungan Rusia-AS

Hubungan Rusia dan Amerika Serikat pasca Perang Dingin selalu berfluktuasi. Namun, selama lima tahun terakhir, proses hubungan bilateral jelas berada di jalur yang memperburuk ketegangan. Sementara Rusia telah berkali-kali memperingatkan tentang konsekuensi dari situasi ini.

(ABNA24.com) Hubungan Rusia dan Amerika Serikat pasca Perang Dingin selalu berfluktuasi. Namun, selama lima tahun terakhir, proses hubungan bilateral jelas berada di jalur yang memperburuk ketegangan. Sementara Rusia telah berkali-kali memperingatkan tentang konsekuensi dari situasi ini.

Vladimir Putin, Presiden Rusia dalam wawancara televisi pada hari Kamis 13 Juni mengatajab bahwa hubungan dengan Amerika Serikat tengah memburuk dan dari buruk menjadi lebih buruk. Penekanan Putin ini terkait dengan pendekatan Washington terhadap Moskow, terutama dalam bentuk menjatuhkan berbagai sanksi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut presiden Rusia, pemerintah AS telah mengeluarkan puluhan sanksi dalam beberapa tahun terakhir.

Terjadinya krisis Ukraina pada tahun 2014, dan kemudian selama lima tahun terakhir, telah membuat hubungan Moskow-Washington menurun dan proses perselisihan antara kedua pihak dan pengenaan sanksi terhadap Moskow telah dipercepat. Pendekatan Washington ke Moskow dalam beberapa tahun terakhir hanya didasarkan pada meningkatnya permusuhan dan tekanan besar.

Kepentingan yang saling bertentangan dari kedua kekuatan internasional ini pada isu-isu seperti kemampuan nuklir, masalah energi, dan zona pengaruh di Eropa Timur, Asia Barat dan Amerika Latin telah mendorong Washington untuk memasukkan dokumen penting seperti Strategi Keamanan Nasional, Strategi Pertahanan Nasional, dan Doktrin Nuklir Baru Amerika Serikat selalu menyebut Rusia sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat dan ancaman nuklir nomor satu. Tindakan bermusuhan Rusia terhadap Moskow tidak dibiarkan begitu saja tanpa jawaban Rusia.

Pada saat yang sama, masalah keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 dijadikan alasan untuk memaksakan pengenaan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dalam bentuk hukum Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) dari Agustus 2017, dan pemerintah Trump sekarang telah mencegah perluasan hubungan ekonomi antara Rusia dan Eropa, termasuk sangat menentang pengoperasian pipa gas Nord Stream yang menyebabkan peningkatan ekspor gas Rusia ke Eropa.

Tujuan Washington adalah mengusir Rusia dari pasar gas Eropa dan mendominasi pasar yang menguntungkan ini. Pejabat Moskow telah berulang kali membantah klaim Washington tentang peran Rusia dalam pemilihan AS. Putin, dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada pertengahan Mei 2019, menunjuk pada alasan sanksi CAATSA terhadap Rusia seraya mengatakan, "Laporan Robert Muller (Penyelidik Khusus Amerika terkait dugaan intervensi Rusia dalam pemilu presiden AS 2016) menolak adanya setiap bentuk konspirasi dan kolusi antara pemerintah Trump dan Rusia."

Terlepas dari banyak perbedaan, Moskow selalu mendukung peningkatan hubungan bilateral. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, "Sudah waktunya membangun struktur baru untuk hubungan bilateral antara Rusia dan Amerika Serikat, dan kami siap." Dalam pernyataannya baru-baru ini, Putin menyampaikan harapannya bahwa di sela-sela pertemuan mendatang para pemimpin Kelompok G-20 di Jepang, Rusia dan Amerika Serikat akan dapat mencapai kesepakatan untuk membuka jalan bagi kerjasama ekonomi.

Terlepas dari pernyataan yang seperti ini, para pejabat senior Rusia sangat menyadari fakta bahwa pendekatan Washington terhadap Moskow pada dasarnya didasarkan pada upaya pelemahan Rusia dalam banyak hal. Pemerintahan Trump telah mengangkat masalah ini dengan memberlakukan berbagai sanksi, penarikan diri dari perjanjian senjata dengan tujuan memaksa Rusia untuk memasuki perlombaan senjata dengan Amerika Serikat, berusaha mengurangi atau memutuskan hubungan negara-negara lain, terutama negara-negara Eropa dengan Rusia, dan penerapan kebijakan mengontrol Rusia melalui peningkatan kehadiran militer di perbatasan barat negara itu.

Sekaitan dengah hal ini, Turmp dalam pertemuan dengan Presiden Polandia mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mendirikan pangkalan militer di negara itu, dan bahwa seribu tentara AS akan ditempatkan di sana. Mengingat sensitivitas Rusia terhadap kehadiran pasukan militer Barat di dekat perbatasannya, langkah Washington hanya cenderung meningkatkan ketegangan dengan Rusia.



/129