Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Rabu

12 Juni 2019

07.14.01
950045

Kata Kunci Kebijakan Regional Arab Saudi

Menteri Luar Negeri Qatar, Syeikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani dalam konferensi pers di London pada 9 Juni lalu, menyebut Arab Saudi sebagai kekuatan perusak Timur Tengah dan Afrika serta sering melakukan pemerasan dan tekanan ekonomi untuk menegakkan model kekuasaan otoriternya.

(ABNA24.com) Menteri Luar Negeri Qatar, Syeikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani dalam konferensi pers di London pada 9 Juni lalu, menyebut Arab Saudi sebagai kekuatan perusak Timur Tengah dan Afrika serta sering melakukan pemerasan dan tekanan ekonomi untuk menegakkan model kekuasaan otoriternya.

Ketegangan antara Saudi dan Qatar yang dimulai pada Juni 2017, masih terus meningkat. Terlepas dari ketegangan dalam hubungan kedua negara, pernyataan menlu Qatar memuat beberapa kata kunci tentang kebijakan regional Riyadh.

"Pemerasan" adalah salah satu kata kunci yang digunakan oleh menlu Qatar untuk menggambarkan kebijakan regional Arab Saudi. Pemerasan ini dilakukan terhadap negara yang secara finansial bergantung pada Saudi. Salah satu taktik kebijakan luar negeri Al Saud adalah melindungi negara-negara kecil Arab secara finansial dan menekan mereka agar mematuhi kebijakan Riyadh.

Cara-cara seperti ini sudah sering diterapkan terhadap Republik Islam Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, Saudi – dengan menggelar sejumlah konferensi dengan partisipasi negara-negara kecil Arab dan sekutunya – berusaha mengesankan bahwa publik di kawasan menentang Iran, namun taktik ini tidak membawa hasil apapun bagi Riyadh dan gagal. Contoh kegagalan terbaru dapat disaksikan dalam KTT Mekkah yang digelar pada 30-31 Mei 2019.

Saudi juga menggunakan taktik "pemerasan" untuk menekan negara-negara kecil agar memusuhi Qatar, tetapi taktik ini juga tidak berhasil, karena negara-negara seperti Chad yang bergabung dengan Saudi untuk melawan Qatar, telah memulihkan kembali hubungannya dengan Doha.

Syeikh Mohammed al-Thani mengatakan, “Beberapa negara terutama yang membutuhkan dukungan Saudi dan Uni Emirat Arab, bahkan telah diperas untuk mengikuti kebijakan yang sama terhadap Qatar."

Tekanan ekonomi adalah kata kunci lain yang dipakai menlu Qatar untuk mendeskripsikan kebijakan regional Arab Saudi. Ini adalah taktik andalan Riyadh dalam melawan Doha.

Dari Juni 2017, Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar dan mengembargo negara itu secara ekonomi. Menurut menlu Qatar, kebijakan embargo ekonomi bertujuan untuk menekan dan menghukum pihak lain.

Namun, kebijakan Saudi ini juga tidak memberikan hasil yang diharapkan karena ekonomi Qatar – menurut laporan Dana Moneter Internasional (IMF) – mencatat pertumbuhan selama satu tahun terakhir.

Mencap rivalnya sebagai teroris adalah kata kunci ketiga yang digunakan menlu Qatar untuk menggambarkan kebijakan regional Arab Saudi.

Riyadh berulang kali menuduh Tehran mendukung terorisme dan karenanya telah mengadakan banyak pertemuan anti-Iran. Di KTT Mekkah, Presiden Irak Barham Saleh menolak klaim Saudi terhadap Iran dan menyebut Republik Islam sebagai sebuah negara penting di kawasan yang menginginkan perdamaian dan stabilitas regional.

Setelah berseteru dengan Doha, Saudi menuduh Qatar mendukung terorisme, tetapi tidak memberikan bukti apapun dalam hal ini. Syeikh Mohammed al-Thani menuturkan, "Setiap negara yang tidak dipimpin oleh seorang otoriter akan dipandang sebagai teroris. Seorang teroris bisa termasuk siapa saja yang tidak setuju dengan mereka."

Kebijakan regional Arab Saudi telah meningkatkan kekerasan, ketidakstabilan, dan ketidakamanan di negara-negara lain dan di wilayah Asia Barat. Kekerasan di Libya, Sudan, Yaman, Suriah dan bahkan di Bahrain merupakan hasil dari pola perilaku Arab Saudi.


/129