Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Pars Today
Selasa

21 Mei 2019

07.11.37
943071

Menteri Penasehat Pemerintah Arab Saudi Urusan Luar Negeri, Adel Al-Jubeir dalam konferensi pers hari Minggu (19/5) kembali melempar tudingan terbaru terhadap Iran yang disebutnya mendukung teroris dan menyulut instabilitas di Timur Tengah.

(ABNA24.com) Menteri Penasehat Pemerintah Arab Saudi Urusan Luar Negeri, Adel Al-Jubeir dalam konferensi pers hari Minggu (19/5) kembali melempar tudingan terbaru terhadap Iran yang disebutnya mendukung teroris dan menyulut instabilitas di Timur Tengah.

Mantan menteri luar negeri Arab Saudi ini dalam statemen terbarunya juga menuding Republik Islam Iran mencampuri urusan internal negara-negara Arab, dan mengklaim Riyadh tidak mencari "perang regional".

Al-Jubeir menyebut "Arab Saudi selalu mencari perdamaian", dengan mengatakan, "Arab Saudi mengikuti perkembangan regional dan internasional dengan kekhawatiran yang mendalam menyikapi ketegangan yang dipicu oleh tindakan pemerintah Iran dan elemen-elemen agresifnya di kawasan...Pemerintah Iran tidak menghendaki terwujudnya kemanan dan stabilitas di kawasan".

Sejalan dengan klaim klise Riyadh ini, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) juga mengklaim bahwa empat kapal tanker negaranya, Arab Saud dan Norwegia yang berada dekat pelabuhan Fujairah menjadi sasaran serangan destruktif kelompok yang berafiliasi dengan Iran.

Media Saudi dan Barat berusaha menyuarakan dengan gegap gempita propaganda anti-Iran dengan menjadikan insiden serangan terhadap tanker di bandara Fujairah dan operasi drone Yaman terhadap instalasi minyak Aramco di Arab Saudi sebagai buktinya.

UEA, bersama dengan Arab Saudi dan Norwegia telah mengirim surat gugatan terhadap Iran kepada Dewan Keamanan PBB mengenai insiden Fujairah. Langkah tersebut mendukung upaya segitiga AS, Israel, dan Arab Saudi untuk merancang skenario baru melawan Iran.

Dalam skenario ini, tampaknya, ada dua tujuan ingin dicapai. Pertama langkah provokatif terhadap Iran dengan menyeret Dewan Keamanan PBB di dalamnya.

Skenario ini sebelumnya juga dilakukan dengan menuding Iran memasok rudal Iran ke Yaman. Langkah mereka dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB gagal, karena klaim Saudi didasarkan pada kebohongan. Klaim Riyadh tersebut tidak didukung dokumen yang memadai.

Tujuan kedua dari skenario ini untuk menutupi dukungan  Arab Saudi terhadap kelompok-kelompok teroris dan kejahatan yang dilakukannya dalam serangan udara terhadap perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah di Yaman.

"Bukan hal baru dari langkah psikopat penguasa Riyadh yang menghubungkan semuanya dengan Iran," kata Patrick Cockburn, analis senior Barat tentang masalah kawasan Asia Barat dalam statemennya mengkritik posisi pemerintah Donald Trump dan Arab Saudi terhadap Iran.

"Masalah semacam ini dapat dilakukan salah satu negara yang menginginkan Amerika Serikat berperang dengan Iran, sekaligus melakukan tindakan provokatif terhadap Iran dengan menyalahkannya. Negara-negara ini dalam benak saya adalah Arab Saudi, UEA dan Israel, " tegasnya.

Kementerian luar negeri Arab Saudi hari Minggu mengatakan bahwa raja telah meminta para kepala negara di kawasan Teluk Persia untuk berkumpul tanggal 30 Mei di kota Mekah guna membahas masalah serangan terhadap fasilitas minyaknya dan insiden pelabuhan Fujairah.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, bersama dengan Putra Mahkota UEA, Mohammed Bin Zayed, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu, dan John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih berusaha menggiring Amerika dalam konflik militer dengan Iran.

Tuduhan dukungan Iran terhadap terorisme terus diulang, karena menteri luar negeri Saudi tidak pernah mau menyebutkan bahwa sebanyak 15 orang dari 19 orang yang terlibat dalam serangan teroris 11 September 2001 adalah warga Saudi, tetapi tidak ada satupun orang Iran di dalamnya.




/129