Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Rabu

24 April 2024

19.38.05
1453829

India, adalah negara yang sejak dahulu kala dikenal karena keragaman, dan toleransinya, di sisi lain India, di abad terkini punya kredilitas tinggi sebagai sebuah masyarakat, dan negara anti-penjajahan.

Dalam dekade terakhir terutama dalam dua tahun kebelakang, kredibilitas dan citra India, mengalami penurunan tajam di mata penduduk dunia. Hal yang lebih mengejutkan adalah India, menjadi negara yang tidak disukai di antara negara-negara belahan utara dunia, dan negara-negara Barat, juga di antara negara-negara non-Barat. Penyebab masalah ini ada tiga, 
Kebencian Barat dan Media-Medianya pada Orang India
 Shashi Shekhar Vempati, Direktur Eksekutif Prasar Bharati, salah satu media massa India, mengatakan bahwa India, selalu harus menjawab tuduhan-tuduhan keliru media-media Barat, terkait negara ini, "Media-media Barat, menggambarkan India, sebagai negara gajah-gajah, pawang ular, dan orang-orang miskin telanjang." Alasan perusakan citra India, oleh media-media Barat, menurut Vempati, adalah kejenuhan pasar-pasar utama media-media ini di Barat, "Orang-orang Barat, dengan maksud menarik pemirsa terutama di pasar-pasar besar seperti Cina, melakukan perusakan citra India." Shravan Bhat, jurnalis keturunan India, di Amerika Serikat, dan jebolan Universitas Yale mengatakan, "Dalam bisnis perdaganan surat kabar dan berita, kita harus menjual cerita, dan untuk menjual cerita kita harus menjual narasi." Padahal orang-orang India, selalu menganggap negara-negara Barat, sebagai wilayah yang bersahabat, dan diisi oleh orang-orang beradab.
  Shravan Bhat, meminta pemirsa Barat terutama warga AS, untuk membayangkan bagaimana perasaan mereka telah merusak citra rakyat India, jika narasi arus utama terkait masyarakat Barat, bagi masyarakat India, mengungkap realitas negara-negara Barat, sebagai negara yang kerap terjadi serangan bersenjata, rasis, fanatisme sayap kanan, dan krisis narkotika. Sementara rakyat India, sekarang dikarenakan rekayasa berita oleh media-media Barat, tidak punya keindahan dan berkhayal tentang Barat. 
Berkuasanya Gerakan Ekstrem di India
 Alasan-alasan lain dan serius terkait perusakan citra India, dan berubahnya citra dari tanah para Ghandi, menjadi tanah kekerasan dan kemarahan, menjadi gambaran perubahan politik beberapa dekade terakhir di India. Salah satu faktor efektif yang mempromisikan narasi negatif India, adalah naiknya Perdana Menteri Naranda Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP) di kancah politik India saat ini. BJP adalah sebuah partai yang, secara sadar atau tidak, mendukung Israel, dan melayani kepentingan Barat, dengan melakukan tindakan-tindakan anti-Islam, dan bermain sebagai kolonialis di bidang media Barat. Sebuah survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Pusat Studi Masyarakat Berkembang (CSDS) di New Delhi menunjukkan bahwa kebijakan Perdana Menteri India Narendra Modi telah memperdalam kesenjangan agama di negara tersebut. Kesenjangan agama ini lebih kentara di antara umat Hindu dan Muslim India. Faktanya, Partai Bharatiya Janata mengambil alih kekuasaan dengan jargon-jargon Hindu, dan berusaha merebut suara masyarakat dengan menghasut kelompok radikal Hindu seperti RSS dan Shivsena, yang memiliki banyak pengaruh di desa-desa dan kota-kota kecil untuk merebut demi keuntungan sendiri. Sejak BJP berkuasa di India pada tahun 2015, aksi-aksi kekerasan mematikan terhadap umat Islam telah meningkat pesat di berbagai kota di negara tersebut. Perusakan dan pembakaran masjid, pembatasan penyelenggaraan upacara keagamaan, pelarangan pemberian izin tinggal bagi imigran Muslim, pembatalan otonomi khusus wilayah Kashmir, dan berdiam diri menghadapi serangan kekerasan ekstremis Hindu terhadap umat Islam termasuk di antara tindakan-tindakan terorganisir yang metargetkan umat Islam dalam beberapa tahun terakhir. Permasalahan ini telah menyebabkan terbentuknya kebencian terpendam terhadap India, dan mulai tumbuh di tingkat dunia, dan di komunitas agama dan Islam di negara lain.

Meninggalkan Kredibilitas Anti-Kolonial India Menuju Kolonialisme 
Masalah lainnya adalah kurangnya perhatian India terhadap sikap anti-kolonialnya. Dengan menjauh dari Gerakan Non-Blok, India, menjadi lebih condong ke Barat, dan dalam konteks ini, rezim Zionis juga menjadi penting dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Beberapa tindakan aneh diambil India, dan mengejutkan dunia, misalnya kebijakan terkait masalah Palestina yang penuh kontradiksi, dan dukungan New Delhi terhadap orang-orang yang menderita di bawah pendudukan berbah menjadi dukungan terhadap penjajah. Dukungan ini tidak hanya terbatas pada dimensi politik dan ekonomi saja, namun juga mencakup dimensi militer. Hubungan India dengan rezim Israel berkembang sedemikian rupa sehingga Narendra Modi menjadi pemimpin dunia pertama yang mengutuk operasi Badai Al Aqsa. Selain itu, sejalan dengan dukungan tanpa syaratnya kepada rezim Zionis, India menolak memberikan suara mendukung resolusi yang mendesak gencatan senjata kemanusiaan Gaza, di PBB pada tanggal 27 Oktober lalu. Menurut apa yang diungkapkan situs "Diplomat", posisi mendukung ini mempengaruhi umat Hindu nasionalis ekstrem, yang melancarkan kampanye untuk menyebarkan informasi menyesatkan di jejaring sosial tentang apa yang terjadi di Jalur Gaza, demi mendukung narasi rezim Zionis. Sikap tersebut diambil untuk mempropagandakan dan mempromosikan wacana permusuhan terhadap Islam yang menargetkan minoritas Muslim di India. Terakhir, rasisme media Barat dan kolonial, ditambah dengan keputusan yang aneh, dan sangat salah dari para politisi yang memerintah India, menyebabkan India, sebagaimana di Barat, tidak disukai, di negara lain pun citranya mulai memburuk, dan berubah dari seorang pejuang, dan pahlawan anti-imperialisme, menjadi mitra level kedua kubu imperialis global. 

\342