Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Rabu

24 April 2024

19.31.46
1453825

Momen Kekalahan Pasukan AS di Gurun Iran

Pada 25 April 1980, sekitar 15 bulan setelah kemenangan revolusi rakyat Iran, dan tumbangnya Rezim diktator Shah, boneka Amerika Serikat, operasi militer Eagle Claw, dilancarkan di Gurun Tabas, tapi gagal dan berubah menjadi bencana besar bagi AS.

Realitas ini terjadi setelah Presiden AS, kala itu, Jimmy Carter, memutuskan untuk melancarkan serangan militer ke Iran. Dalih serangan itu adalah pembebasan mata-mata AS, yang disandera oleh para mahasiswa garis Imam Khomeini, pada 4 November 1979. Akan tetapi tujuan sebenarnya dari operasi militer Amerika Serikat, tersebut adalah menyerang pusat-pusat politik, dan militer Iran, serta menggulingkan Republik Islam, yang baru saja berdiri.
  Para pejabat tinggi Gedung Putih, yang dikejutkan dengan gerakan mahasiswa Iran, dan skenario-skenario mereka terbongkar, memutuskan untuk mengerahkan kekuatan militer. Didukung sebagian anasirnya di dalam Iran, dan dibantu propaganda media-media Barat, AS, berusaha menaikkan pemerintahan afiliasinya di Iran kala itu.  
Masuknya Pasukan AS ke Iran 
Sesuai rencana, 21 April 1980, tujuh unit pesawat raksasa C-130, dan delapan helikopter militer AS, memasuki wilayah Iran. Pada saat yang sama pasukan elit operasi AS, yang dilengkapi dengan peralatan canggih termasuk mobil jip, sepeda motor khusus operasi, dan yang lainnya, siap begerak. Pasukan AS, memasuki perbatasan Iran, dari wilayah selatan, dan dengan koordinasi pemerintahan Iran, pro-Amerika, kala itu yang dipimpin Perdana Menteri Bani Sadr, setelah menempuh jarak sekitar 100 kilometer, mendarat tanpa hambatan di sebuah bandara yang sudah tidak dipakai dekat Robat Khan, Tabas, Iran. 
  Berkat sebuah operasi terkoodinasi dengan pasukan infiltrasi, seluruh sistem pertahanan udara Iran, sudah disingkirkan terlebih dahulu, dan pada tengah malam pasukan khusus AS, tiba di Gurun Tabas.  
Kegagalan Operasi dan Hancurnya Peralatan Militer AS
 Pasukan AS, ketika berada di Gurun Tabas, menyaksikan salah satu helikopter tempurnya mengisi bahan bakar dari pesawat C-130, dan ketika terbang, bertabrakan dengan pesawat tersebut, keduanya terbakar. Setelah itu, akibat topan, dua helikopter lain mengalami kerusakan teknis, dan tidak bisa melanjutkan operasi. Pada akhirnya operasi militer yang diperintahkan Carter itu terhenti. Pasukan AS, karena takut semuanya tewas dihantam badai atau menjadi sandera pasukan Iran, memanfaatkan kegelapan malam untuk melarikan diri.
  Struktur komando pasukan AS, hancur total, setelah delapan tentaranya tewas, dan seluruh dokumen rahasia tertinggal di helikopter-helikopter yang tersisa di lokasi.  
Pelajaran dari Peristiwa Tabas 
Kekalahan pasukan AS, di Tabas, adalah pukulan keras bagi imperialisme AS, dan mempermalukan para pejabat tinggi negara itu. AS ingin menghukum rakyat Iran, karena telah menggulingkan rezim monarki Shah Pahlevi bonekanya, dan karena penyanderaan mata-mata AS, tapi malah endapatkan hasil yang sebaliknya.
  Sekarang rakyat Iran, sudah semakin waspada, dan pada saat yang sama permusuhan gerakan arogan Barat, semakin kentara, dan orang-orang bayaran pro-Barat, di dalam negeri terhina. Presiden Carter, yang berusaha terpilih kembali dalam pemilu presiden AS, setelah para tawanan dibebaskan, harus menerima kekalahan karena ternyata atas keputusan Imam Khomeini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, mata-mata AS, harus ditahan sampai pemilu AS, selesai, sehingga rakyat negara itu tidak memilih lagi Carter. Beberapa waktu kemudian Carter dalam sebuah wawancara mengatakan,  "Masa ketika saya menjabat Presiden AS, adalah masa terburuk kepresidenan AS, pasalnya di masa itu, pemerintah AS, disandera oleh Ayatullah Khomeini, di Iran."