Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Minggu

21 April 2024

13.23.50
1452942

Ayatullah Ramezani:

Memisahkan Generasi Muda dari Agama adalah Target Musuh

Merujuk pada rencana musuh, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as mengatakan: “Rencana musuh adalah memisahkan generasi muda dari agama dan kebenarannya, musuh berusaha menutup Syariah.”

Menurut Kantor Berita Internasional ABNA, Ayatullah Reza Ramezani dalam acara haul almarhum Hujjatul Islam Haji Syekh Hadi Quds di Masjid Al-Mahdi di Qom, mengacu pada awal perkenalannya dengan guru besar akhlak di Hauzah Ilmiah Qom  tersebut, mengatakan, “Perkenalan saya dengan mendiang Hujjatul Islam Syekh Hadi Quds dimulai pada tahun 1990, ketika saya kuliah di Universitas Gilan untuk semester musim panas sejarah, etika dan pendidikan di universitas. Mahasiswa yang diajarinya merasa puas dengan sesi pembelajarannya, khususnya pada bidang etika.”

“Komunikasi saya dengan almarhum Quds berlanjut sampai ia datang ke Qom dan bertugas mengajar di Haram Sayidah Fatimah Maksumah sa selama sekitar dua dekade, dan saya kadang-kadang melihatnya. Pada kunjungan terakhir saya dengan almarhum Qods, kerendahan hati dan kesopanannya memberi saya pelajaran. Almarhum Quds mengabdikan dirinya pada sistem Islam, dan wilayah, dan anak-anak yang dibesarkannya adalah pelayan Ahlulbait as. Yang menonjol dari karakter almarhum Quds adalah akhlak dan kerendahan hatinya.” Paparnya.

Keutamaan akhlak mendiang Syekh Hadi Quds

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as ini menambahkan: “Kami memiliki riwayat bahwa kita harus duduk di depan seorang ulama yang akan terlebih dahulu membawa kita dari keraguan menuju kepastian. Kehadiran ulama itu harus menghilangkan keraguan itu. Harus membawa seseorang menjadi paham, yang kedua, harus membawa seseorang dari kesombongan menuju kerendahan hati, bagaimana pun seseorang mendefinisikan dirinya, tidak ada tempat tersisa untuk kesombongan. Kerendahan hati membawa seseorang ke puncak. Ketiga, membawa seseorang dari keinginan akan dunia menjadi enggan dan lebih berkonsentrasi mencapai kebahagiaan di akhirat. Keempat, Ia mengajakl manusia dari ketidakadilan menuju kesucian. Seseorang harus merindukan orang-orang yang, jika ada ketidakadilan dalam keberadaan seseorang, mereka akan membereskannya. Kelima, membawa manusia dari kemunafikan menuju keikhlasan. Hendaknya seseorang duduk di hadapan orang-orang yang menuntunnya kepada keikhlasan.”

Menyinggung pentingnya keikhlasan, Ayatullah Ramezani mengatakan: “Perilaku banyak umat Islam dalam praktiknya adalah musyrik, dan sangat sulit bagi seseorang untuk mencapai tempat di mana segala sesuatunya hanya untuk Allah. Ikhlas merupakan salah satu rahasia Allah dan menggapainya merupakan pahala dan keselamatan yang tertinggi. Saya bersaksi bahwa Hujjatul Islam wa al-Muslimin Quds mempunyai ciri-ciri tersebut. Dia begitu santun dan sopan kepada orang lain. Meski sulit baginya untuk bangun diusianya yang lanjut, tetapi ia berusaha berdiri semaksimal mungkin untuk menghormati orang lain.”

“Guru Agung kita, Ayatullah Jawadi Amuli, pernah mengatakan bahwa kesantunan itu ada tiga, yang pertama adalah kesantunan terhadap diri sendiri, yang kedua adalah kesantunan terhadap orang lain, dan yang ketiga adalah kesantunan terhadap Allah. Seseorang yang mencapai derajat tersebut, Allah memberinya kemampuan untuk mengajarkan agama dan mengajarkannya kepada orang lain. Allah Swt tidak mempercayakan agamanya kepada siapa saja. Menurut hadis, ketika Nabi Muhammad saw beradab kepada Allah, maka urusan agama dan hamba dipercayakan kepadanya.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menambahkan: “Salah satu harapan masyarakat terhadap seorang pelajar dan ulama adalah ia memahami agama secara komprehensif, akurat dan mendalam. Ada yang hanya mengambil satu aspek agama, sedangkan agama bersifat menyeluruh dan diperuntukkan bagi seluruh bidang manusia. Agama memberi manusia kemampuan berpikir dan hasilnya abadi. Agama mengakui kepribadian manusia baik dalam bidang etika maupun dalam bidang perbuatan. Orang yang beriman dan beramal saleh menjadi populer dan tidak mengalami kerugian serta tidak kehilangan modal, sedangkan orang biasanya kehilangan modal dan tidak memperoleh keuntungan. Yang membuat seseorang menjaga modal adalah keimanan dan amal saleh.”

Merujuk pada bawaannya agama, Ayatullah Ramezani menyatakan: “Perlu diketahui, kurangnya pemahaman agama yang komprehensif akan menyebabkan agama yang diperkenalkan tidak lengkap. Agama dalam segala bidangnya didasarkan pada fitrah. Imam Khomeini ra pernah mengatakan bahwa agama adalah bawaan baik dari segi keyakinan dan akhlak, maupun dalam perbuatan dan syariat. Religiusitas tidak mungkin terjadi tanpa makrifat dan keimanan. Kepercayaan terhadap agama sangatlah penting dan seorang ulama yang mempunyai keyakinan tersebut dapat menyampaikan agama kepada masyarakat. Jika tidak ada keyakinan agama pada keberadaan seorang ulama, maka perkataannya tidak akan mempengaruhi orang lain.”

“Menurut riwayat Amirul Mukminin as, jika dalam suatu masyarakat ada ulama yang beramal sesuai ilmunya, orang bodoh yang tidak enggan belajar, orang dermawan yang tidak pelit dalam bersedekah, dan orang miskin yang tidak menjual akhiratnya kepada dunia, dalam masyarakat tersebut wajah masyarakat tersebut tidak lagi menjadi masalah dan tidak akan ada lagi kemurtadan dan anti agama. Bertarung dengan agama berarti berperang dengan akal dan alam. Sebuah penelitian selama 15 tahun dilakukan di Jerman dengan anggaran beberapa juta euro untuk membuktikan bahwa Al-Quran bukanlah kitab hari ini, melainkan kitab masa lalu, dan bahwa pembaca buku ini hanya orang-orang Arab, dan banyak ayat dari masa lalu. Sehingga rekomendasinya  Al-Quran harus ditinggalkan. Kita melihat bahwa para intelektual di Inggris dan Amerika mengatakan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan jihad dan menghadapi dominasi dunia harus dihilangkan dari Al-Quran dan Al-Quran harus direduksi menjadi serangkaian khotbah.”

Al-Qur'an adalah kitab untuk semua masa

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as menambahkan: “Al-Quran mengajarkan kehidupan kepada seluruh lapisan manusia, namun kita menyaksikan sayangnya ada yang menulis artikel bahwa Al-Quran bukanlah kitab hukum. Apa yang ada dalam Al-Quran sesuai dengan fitrah dan akal manusia. Bahasa pemahaman Al-Qur'an adalah bahasa akal, yang tidak mengenal kemarin dan hari ini. Al-Qur'an adalah kitab post-modern dan kitab surgawi ini harus digunakan. Al-Qur'an adalah kitab penyelamat jika ditaati. Ada 300 ayat tentang berpikir dalam Al-Quran.”

Merujuk pada rencana musuh, Ayatollah Ramezani menyatakan: “Rencana musuh adalah memisahkan generasi muda dari agama dan kebenarannya, musuh berupaya untuk menutup Syariah. Nabi Muhammad saw biasa menyampaikan wahyu kepada umat manusia, dan dengan wafatnya Nabi Muhammad saw wahyu tersebut terhenti. Nabi Muhammad saw adalah perantara antara Sang Pencipta dan ciptaan, dan para ulama adalah perantara antara Nabi dan manusia.”

“Para ulama mengajarkan agama dengan benar dan memperkuat keyakinan di kalangan masyarakat. Ketika orang-orang melihat ziarah Ayatullah al-Uzhma Bahjat di Haram Imam Ridha as, mereka belajar mustahabat darinya. Suatu ketika saya pergi menziarahi Haram Imam Ridha as dan saya melihat seorang Yang Mulia Sayyid sedang berdiri di pintu masuk tempat suci dan menangis. Saya kemudian mengetahui bahwa dia adalah almarhum Ayatullah Kashmir yang berada di sana sedang khusyuk membaca doa izin memasuki Haram. Orang-orang belajar banyak hal melalui pengamatan ini.”

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Ahlulbait as mencatat: “Religiusitas masyarakat ada pada ulama, dan jika religiusitas dipercayakan sepenuhnya kepada para intelektual, maka tidak ada yang tersisa darinya. Bahkan sebagian intelektual meragukan Al-Qur'an. Tugas terpenting Hauzah Ilmiah Qom adalah melestarikan keyakinan agama, selain merenungkan agama dan menyebarkannya kepada masyarakat dan ulama. Almarhum Quds adalah seorang ulama akhlak dan kita membutuhkan ulama seperti itu. Kita tidak ingin seorang ulama hanya hafal kata-katanya saja, tapi hendaknya ia hafal isinya. Hidup sederhana dan berkumpul dengan orang-orang adalah ciri paling penting dari almarhum Quds. Sangat penting untuk memiliki sopan santun dan moral, dan Nabi Muhammad sawmemiliki kualitas seperti itu. Perilaku yang baik membawa pekerjaan seseorang berada dalam kebaikan.”