Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Rabu

13 Maret 2024

20.19.33
1444226

Gadis-Gadis Kurdi Korban Penipuan Separatis Anti-Iran, Kemana HAM Barat?

Mengapa kelompok-kelompok separatis anti-Iran, seperti Partai Hidup Bebas Kurdistan, PJAK, atau Partai Buruh Kurdistan, PKK, memperlakukan gadis-gadis Kurdi, layaknya komoditas dan alat propaganda untuk merekrut anggota?

Kondisi kehidupan sulit dialami perempuan dan gadis-gadis Kurdi, yang termakan tipuan kelompok-kelompok separatis anti-Iran, dan terbujuk oleh janji-janji palsu mereka.

Hal ini menjadi bukti bahwa para pemimpin kelompok-kelompok separatis anti-Iran, dan pendukungnya, menganggap gadis-gadis Kurdi, hanya sebagai alat.

Dengan melihat sepintas, secara umum gambaran perempuan dan gadis-gadis anggota PKK, dan berbagai sayapnya, kita akan menyadari bahwa mereka hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.Gadis-gadis itu harus melakukan pekerjaan-pekerjaan keras, menjalani latihan-latihan yang melampaui batas kemampuan perempuan, mengabaikan nurani dan kodrat mereka sebagai wanita, membunuh belas kasih dan perasaan iba, serta mengesampingkan sifat keibuan.

Semua itu hanyalah salah satu sudut dari perilaku-perilaku tidak manusiawi yang dipraktikkan kelompok-kelompok separatis anti-Iran, dan merupakan bukti pelanggaran hak-hak perempuan.

Lalu bagaimana para pemimpin PKK, mengaku mendukung perempuan dan nilai-nilai luhur perempuan, sementara di sisi lain memaksa perempuan dan gadis-gadis Kurdi, melakukan pekerjaan-pekerjaan berat setiap hari?Pertanyaan-pertanyaan lain kemudian bermunculan, salah satunya adalah bagaimana para pemimpin PKK, mencegah munculnya perasaan dan kasih sayang manusiawi para perempuan dan gadis-gadis anggotanya, dan tidak menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang sesuai dengan organisasi dan perjuangan mereka, tapi menganggap perempuan halal baginya, dan bisa memperlakukan mereka sesuka hati?

Mengapa para pemimpin PKK atau PJAK, memandang perempuan sebagai alat untuk merekrut anggota? Apakah perempuan dengan semua hak yang dimilikinya, di mata para pemimpin kelompok-kelompok ini hanyalah sebatas komoditas?

Mengapa kelompok-kelompok ini menganggap perempuan dan gadis-gadis harus memikul senjata bukannya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan kondisi fisik serta jiwanya, dan menganggap mereka sebagai tentara untuk perang?


342/