Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Senin

29 Januari 2024

14.15.38
1433485

Menlu Mesir: Agresi Israel di Gaza Jadi Pemicu Insiden Laut Merah

Menteri Luar Negeri Mesir menilai perkembangan keamanan di Laut Merah berbahaya dan memandang kejadian tersebut sebagai akibat langsung dari agresi militer rezim Zionis di Jalur Gaza.​

Militer Yaman menargetkan beberapa kapal atau kapal Zionis yang menuju wilayah pendudukan di Laut Merah dan selat Bab El-Mandeb demi mendukung perlawanan bangsa Palestina di jalur Gaza.

Tentara Yaman juga berjanji tidak akan menghentikan aksinya di Laut Merah selama rezim Zionis tidak menghentikan agresi militernya di Jalur Gaza.

Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal Bin Farhan di Kairo hari Minggu (28/1/2024) menyatakan bahwa bahaya yang tercipta di Laut Merah akibat dari agresi rezim Zionis di Jalur Gaza.

"Apa yang terjadi di Laut Merah merupakan ancaman terhadap keamanan dan mempunyai konsekuensi yang mengerikan bagi kawasan, dan gencatan senjata harus dilakukan di Jalur Gaza sesegera mungkin," ujar Menlu Mesir. 

Sameh Shoukry juga menyinggung konspirasi beberapa negara pendukung rezim Zionis terhadap Badan Ketenagakerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), dan menegaskan bahwa kemampuan UNRWA dalam memberikan layanan di Jalur Gaza tidak boleh dibatasi atau ditangguhkan.

"Penangguhan bantuan keuangan kepada Palestina melalui UNRWA akan menjadi hukuman kolektif bagi warga Palestina," ujar Menlu Mesir menentang rencana sejumlah negara Barat untuk mendukung Israel dengan memboikot UNRWA.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa prioritas saat ini adalah gencatan senjata dan datangnya bantuan ke Jalur Gaza.

Ia juga mengumumkan bahwa rezim Zionis harus mematuhi hukum internasional dan penolakan Israel terhadap hukum internasional telah menyebabkan kematian sekitar 30.000 warga Palestina di Jalur Gaza.

Sementara 113 hari telah berlalu sejak serangan Israel di Jalur Gaza, dan para pengungsi Palestina berada dalam kondisi yang sangat sulit dan kritis. 

Beberapa negara yang mendukung rezim Zionis dalam konspirasi baru melawan Palestina di Gaza, menolak memberikan bantuan keuangan kepada UNRWA.

Padahal, kelanjutan pekerjaan Badan Ketenagakerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) kini semakin diperlukan di tengah perang.

Setelah Amerika Serikat, tujuh negara lainnya, termasuk Inggris, Jerman, Italia, Kanada, Australia, Finlandia, dan Belanda, telah menangguhkan bantuan keuangan kepada UNRWA yang memicu protes Palestina.

Di bawah tekanan rezim Zionis, UNRWA memutuskan kontrak dan kerja sama sejumlah pegawainya di Jalur Gaza.(PH)​

342/