Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Senin

25 Desember 2023

12.51.37
1423517

Hujjatul Islam Dr. Gholamreza Parhizgar:

Ahlulbait as Mengutamakan Pelestarian Islam daripada Kesukuan

Seorang Staf Akademik Lembaga Pendidikan dan Penelitian Imam Khomeini menyatakan: Dalam peristiwa Saqifah, kita melihat kembalinya masa lalu dan perpecahan kembali berdasarkan kesukuan dan hubungan ras sedemikian rupa sehingga isu konflik berada di sekitar suku dan kabilah khalifah terpilih. Dalam hal ini, meskipun Imam Ali as berasal dari suku Quraisy dan keluarga Nabi dan memiliki keunggulan tertinggi dalam hal ras di masyarakat tersebut, namun ia tetap menekankan pada pelestarian Islam.

Menurut Kantor Berita Internasional ABNA,  Dr. Gholamreza Parhizgar, salah seorang pengajar di Fakultas Ilmu Syiah Jurusan Sosiologi Lembaga Pendidikan dan Penelitian Imam Khomeini Universitas Pardis Farabi Qom dalam pemaparannya menjelaskan mengenai kedudukan Imamah dalam identitas Syiah.

Ia berkata: “Pengenalan pertama adalah pengertian identitas, yang terkadang diangkat pada tataran personal dan terkadang pada tataran sosial. Identitas pada tingkat sosial merupakan hasil dari kesamaan dalam suatu kelompok dan perbedaannya dengan kelompok lain, sehingga identitas Syiah sebagai suatu kelompok dan komunitas juga ditentukan oleh kriteria tersebut.”

Parhizgar menambahkan: “Pendahuluan yang kedua mengacu pada keterbatasan sosiologi agama untuk pengenalan agama karena pandangan non-religius menghadapi keterbatasan. Pandangan ekstra-religius tidak mungkin bisa dikenali sebelum dilengkapi dengan pandangan intra-religius. Jika pengenalan ini dilakukan dalam suasana positivis seperti Durkheim, maka batasan ini akan berlipat ganda karena dalam pendekatan ini yang bersangkutan adalah memenuhi kebutuhan manusia, bukan memperkenalkan realitas keagamaan.”

Guru besar sosiologi ini lebih lanjut mengemukakan dimensi identitas ekonomi, politik dan sejarah dan menyatakan: “Sebelum Islam, dimensi kesukuan menonjol dalam pengenalan identitas dan struktur suku menciptakan identitas, sehingga Nabi Muhammad saw memodifikasinya secara bertahap. Ia mendorong masyarakat untuk mencintai Ahlulbait as dan ia memprioritaskan hal ini di atas hubungan darah. Selain itu, pembagian suku Aus dan Khazraj menjadi dua kelompok, Muhajir dan Ansar, oleh Nabi Muhammad saw menunjukkan hubungan kesukuan tidak begitu penting.”

“Dalam peristiwa Saqifah, kita melihat kembalinya masa lalu dan perpecahan kembali berdasarkan kesukuan dan hubungan ras sedemikian rupa sehingga isu konflik berada di sekitar suku dan ras khalifah terpilih. Dalam hal ini, meskipun Imam Ali as berasal dari suku Quraisy dan keluarga Nabi dan memiliki keunggulan tertinggi dalam hal ras di masyarakat tersebut, namun ia tetap menekankan pada pelestarian Islam.”

Dr. Parhizgar menyatakan: “Kemaksuman dan ilmu Imam, kekuatannya untuk menempati dunia kemungkinan dan kemungkinan komunikasi dan hubungan seluruh umat manusia dengan Imam Maksum as adalah di antara hal-hal yang mengubah manusia menjadi makhluk suci, yang hanya mungkin terjadi pada keyakinan Syiah, potensi ini tidak terdapat pada mazhab lain.”

Di bagian akhir penyampaiannya, Dr. Parhizgar berkata: “Untuk menganalisis Syiah, seseorang harus memahami dalil-dalil dan doktrin-doktrin ini, dan tanpa pemahaman internal tentang  mazhab Syiah, tidak mungkin mengidentifikasinya dari luar.”