Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Minggu

10 Desember 2023

16.06.28
1418948

Veto Gencatan Senjata di Gaza oleh AS dan Kecaman Global

Langkah tak berkerimanusiaan dan keji Amerika Serikat dalam menveto resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza di Dewan Keamanan PBB menuai kecaman di tingkat dunia.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menyatakan penyesalan mendalam dan mengecam pendekatan Amerika yang sampai saat ini membela pembantaian luas anak-anak di Jalur Gaza. Perdana menteri Malaysia menekankan, seluruh dunia mengutuk aksi keji Israel, dan memprotes Tel Aviv, dan Saya pribadi memprotes dan sedih atas pendekatan Amerika yang mengabaikan hak asasi manusia (HAM).

Malaysia adalah salah satu negara Islam terpenting yang selalu mendukung rakyat Palestina beserta tujuan dan aspirasi mereka. Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang diprakarsai oleh negara-negara Arab dan Islam, menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, namun diveto oleh Amerika Serikat pada hari Jumat. Resolusi yang dirancang oleh UEA dan didukung oleh lebih dari 100 negara ini, dan juga didukung oleh 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan. Namun AS memvetonya untuk mendukung kejahatan Zionis agar serangan Israel ke Gaza terus berlanjut.Oleh karena itu, Anwar Ibrahim menanggapi tindakan AS tersebut dengan menyatakan: Saya atas nama pemerintah Malaysia mengutuk keras dan memprotes keputusan AS di Dewan Keamanan PBB yang menentang gencatan senjata di Gaza.

Pada saat yang sama, pemerintah Pakistan mengumumkan dengan menerbitkan pernyataan bahwa mereka sangat kecewa karena Dewan Keamanan PBB tidak menyerukan gencatan senjata lagi di Gaza karena veto AS, dan mengutuk tindakan ini. Pada saat yang sama, partai-partai keagamaan Pakistan mengadakan pertemuan sambil mendukung rakyat Palestina dan mengutuk veto Amerika terhadap resolusi gencatan senjata di Dewan Keamanan.

Morteza Haider, pakar isu politik, mengatakan, "Dukungan Amerika terhadap kelanjutan kejahatan Zionis di Gaza bukanlah isu baru, dan faktanya, selama lebih dari tujuh dekade, Zionis terus melanjutkan kejahatannya dengan dukungan Amerika, dan yang penting dalam situasi saat ini adalah Amerika melawan dunia yang menuntut diakhirinya kejahatan Israel di Gaza."

Akibat serangan Zionis di Gaza yang terus berlanjut, lebih dari 17.700 orang syahid, dan serangan ini terus berlanjut di bawah dukungan Amerika Serikat. Oleh karena itu, Perdana Menteri Turki, Rajab Tayyip Erdogan, saat mengkritik veto resolusi gencatan senjata Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB, mengumumkan bahwa dewan ini berada di pihak Israel. Pada saat yang sama, Pemerintah Otorita Palestina menganggap Amerika sebagai mitra dalam kejahatan Zionis di Gaza. Kelompok Taliban di Afghanistan juga mengecam berlanjutnya dukungan AS kepada Zionis dalam membunuh masyarakat Gaza yang tidak berdaya.

Presiden AS Joe Biden, yang melakukan perjalanan ke Palestina pendudukan setelah operasi Badai al-Aqsa, menunjukkan bahwa ia siap mendukung penuh keberadaan rezim pendudukan dan vampir ini, dan dengan mengirimkan segala jenis senjata dan amunisi serta mengambil alih komando perang, ia menunjukkan bahwa dirinya bersama Israel di medan tempur, dan secara politik, telah beberapa kali memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberikan kesempatan yang diperlukan bagi rezim Zionis untuk mencapai keberhasilan terkecil, di mana rezim ini telah gagal mencapai keberhasilan apa pun di Gaza.

Sorosh Amiri, pakar politik terkait hal ini mengatakan, "Veto Amerika di Dewan Keamanan merupakan penghinaan terhadap opini publik dunia, yang dengan tegas menginginkan gencatan senjata dan diakhirinya kejahatan Zionis di Gaza. Upaya Amerika untuk menciptakan peluang bagi Zionis untuk menang melawan keinginan kuat rakyat Gaza tidak bisa membantu rezim, dan oleh karena itu, Amerika secara terbuka menjadikan dirinya mitra dalam kejahatan Zionis di Gaza."

Menteri Luar Negeri India, yang mengambil sikap diam terhadap kejahatan yang dilakukan oleh Zionis di Gaza, mendukung rakyat Palestina dalam percakapan dengan Perdana Menteri Otoritas Palestina, dan posisi New Delhi ini dipandang sebagai upaya untuk menyelamatkan diri dari tuduhan yang meluas yang ditujukan kepada India dalam mendukung kejahatan Zionis di Gaza, karena pemerintah India biasa mengutuk kejahatan Zionis terhadap rakyat Palestina dalam rangka mendukung perjuangan Palestina, namun dengan tetap diam dalam menghadapi kejahatan Zionis di Gaza, maka secara praktis berdiri bersama rezim ini, yang menghadapi kritik internal dan regional.

Sebab, yang diharapkan dari India jauh lebih tinggi dari sekedar diam atau dukungan verbal terhadap rakyat Palestina. Apalagi Amerika dengan dukungan penuhnya terhadap rezim Zionis telah menyebabkan rezim ini terus melanjutkan kejahatannya di Gaza, oleh karena itu negara-negara penting dan berpengaruh terhadap perkembangan dunia, termasuk Cina dan India, mempunyai tanggung jawab internasional yang besar untuk menghentikan kejahatan Zionis di Gaza. (MF)