Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Kamis

7 Desember 2023

14.54.08
1418217

Menjelang Kunjungan Kedua Presiden Raisi ke Rusia

Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi atas undangan resmi sejawatnya dari Rusia, Vladimir Putin, akan bertolak ke Moskow Kamis (7/12/2023) bersama delegasi tinggi politik dan ekonomi.

Di antara agenda kunjungan kedua Presiden Raisi ke Rusia adalah pembicaraan mengenai isu-isu bilateral termasuk interaksi ekonomi, dan juga dialog mengenai isu regional dan internasional, khususnya isu Palestina dan transformasi Jalur Gaza.

Ini merupakan kunjungan presiden Raisi kedua ke Rusia sejak awal pemerintahan ke-13; Dalam pertemuannya dengan Putin di Moskow pada 19 Januari 2022, Raisi mengacu pada peran berpengaruh kedua negara di kawasan dan dunia, menyebut kesamaan persepsi kedua negara dalam isu regional dan internasional sebagai dasar kerja sama bersama dan menambahkan: Hubungan Iran-Rusia berada pada jalur hubungan strategis.

Kini, kunjungan presiden kedua ke Rusia dilakukan bersamaan dengan pertemuan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdullahian dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (5/12/2023) di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri negara-negara tetangga Laut Kaspia di Moskow. Dan kedua belah pihak menandatangani dokumen untuk menangani sanksi sepihak dan menyesuaikan serta kompensasinya.Baik Iran maupun Rusia berada di bawah sanksi dari Barat, khususnya Amerika Serikat; Permasalahan ini semakin meningkatkan tekad Tehran dan Moskow untuk mengembangkan kerja sama yang komprehensif dan berjangka panjang, termasuk dalam hubungan komersial dan ekonomi, contoh nyatanya adalah upaya otoritas Iran dan Rusia untuk menyelesaikan proyek Koridor Utara-Selatan dan mengembangkan infrastrukturnya.

Dalam hal ini, Sergei Lavrov menekankan pentingnya koridor Utara-Selatan dan mengatakan bahwa Rusia ingin meningkatkan kapasitas koridor ini dan juga tertarik untuk memperluas interaksi dengan Iran di bidang energi. Dari tahun 2020 hingga 2022, pertukaran perdagangan antara Iran dan Rusia meningkat lebih dari dua kali lipat dan mencapai 4,6 miliar dolar pada tahun 2022, dari 2,22 miliar dolar pada tahun 2020; Dalam 9 bulan pertama tahun 2023, pertukaran perdagangan antara Rusia dan Iran mengalami peningkatan sebesar 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan menurut Kazem Jalali, Duta Besar Republik Islam Iran di Rusia, saat ini 60 persen perdagangan kedua negara dilakukan dengan mata uang nasional rubel dan rial.

Jelas sekali, kesamaan posisi Iran dan Rusia dalam banyak perkembangan regional dan internasional, termasuk penentangan terhadap unilateralisme Amerika, isu-isu Asia Tengah, Kaukasus, Afghanistan, Yaman, Irak, dan Suriah, serta penanganan terorisme, menunjukkan bahwa Iran dan Rusia dalam hubungan politik, ekonomi dan keamanan memiliki kepentingan strategis yang sama.

Perkembangan di Palestina dan perang di Gaza adalah salah satu topik lain yang meski otoritas Iran dan Rusia memiliksi perbedaan pandangan mengenai Israel, membuat mereka tetap melanjutkan interaksi dekat mereka terkait topik ini. Dalam beberapa minggu terakhir, setelah serangan militer besar-besaran rezim Zionis di Jalur Gaza, para presiden serta menteri luar negeri Iran dan Rusia telah mengadakan konsultasi telepon dan menekankan perlunya menghentikan kejahatan Zionis dan memberikan bantuan kepada warga Palestina yang tinggal di Gaza.

Oleh karena itu, isu transformasi Jalur Gaza termasuk isu yang menjadi agenda kerja Presiden Republik Islam Iran dalam kunjungannya ke Rusia, dan selama pertemuannya dengan Presiden Rusia.

Presiden Iran dalam kontak telepon dengan Presiden Putin pada 16 Oktober, menilai positif sikap Moskow dalam mengecam kejahatan perang Israel di Gaza, dan mengatakan, "Mengingat apa yang terjadi di Gaza, ada kemungkinan cakupan perang dan konflik akan menyebar ke front lain, dan jika ini terjadi, maka akan lebih sulit untuk mengendalikan situasi, sehingga kami berharap semua negara dan organisasi internasional, termasuk Rusia sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB harus memainkan peran yang lebih efektif dalam menghentikan kejahatan perang rezim Zionis." (MF)