Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Selasa

28 November 2023

12.56.04
1415587

Indonesia:

Universitas Internasional Almustafa Iran Jalin Kerjasama dengan 3 Universitas dari Indonesia

Bertempat di ruang pertemuan gedung rektorat Universitas Internasional Almustafa Iran (MIU) di Qom Iran, Rektor MIU menyambut kedatangan tiga perwakilan dari Perguruan Tinggi di Indonesia, Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Universitas Paramadina Jakarta, Minggu (26/11).

Menurut Kantor Berita Internasional ABNA, bertempat di ruang pertemuan gedung rektorat Universitas Internasional Almustafa Iran (MIU) di Qom Iran, Rektor MIU menyambut kedatangan tiga perwakilan dari Perguruan Tinggi di Indonesia, Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Universitas Paramadina Jakarta, Minggu (26/11).

 

Rektor MIU Prof. Dr. Ali Abbasi dalam sambutannya menyampaikan rasa terimakasih atas kunjungan rombongan perwakilan dari tiga universitas asal Indonesia. Dengan terlebih dahulu memperkenalkan profil singkat MIU termasuk aktivitas keilmuan, penelitian dan pelatihan lembaga yang dipimpinnya, Prof. Abbasi mengatakan, “ Mahasiswa MIU berasal dari 130 negara. Jumlahnya, 50.000 mahasiswa. Berasal dari ragam mazhab dan agama. Ada universitas khusus untuk mahasiswa dan studi Islam Sunni di MIU Gorghan. MIU sendiri telah membuka kampus-kampus di berbagai negara sebagai bentuk pelayanan terhadap umat Islam, seperti di di kabul, Afganistan, Kongo, Uganda, Ghana termasuk di Indonesia. MIU juga membuka model universitas terbuka yang berbasis online.”

 

“Selain itu, MIU pun menyelenggarakan short course bagi mereka yang ingin studi secara singkat yang pesertanya telah mencapai 1500 sampai 2000 per tahun. MIU telah mendandatangani MoU dengan berbagai universitas dan lembaga-lembaga riset. Ada 350 MoU yang telah ditandatangani. Semoga makin meningkat, terutama dengan lembaga-lembaga di Indonesia.” Tambahnya.

 

Pada bagian lain pembicaraannya, Prof. Abbasi mengingatkan mengenai kondisi umat Islam hari ini. Menurutnya, Indonesia adalah negara penting, salahsatu yang terbesar dalam jumlah populasi Rektor MIU tersebut menekankan pentingnya persatuan di antara negara-negara Musim.

 

“Musuh-musuh Islam secara serius menghalangi upaya persatuan umat Islam dunia. Catatan sejarah, kolonialisasi selama hampir 200 tahun, negeri-negeri Muslim dipecah menjadi negara-negara kecil dan diadu domba dengan isu-isu sekterian. Para imprealis itu sadar bahayanya persatuan Umat Islam. Contoh di India. Inggris secara sewenang-wenang membagi India. Ada India, Pakistan dan Banglades. Satu per satu dipecah, untuk kemudian lebih mudah dikuasai.” Jelasnya.

 

Prof. Abbasi menambahkan, “Kolonial Inggris mewariskan konflik berkepanjangan di India. Begitu juga kita ingat, lebih dari 10 tahun lalu pertumpahan darah dimulai di di Irak dan Suria. AS dengan bangga menyebut ISIS, buatan AS sendiri, sebagai penyebabnya. ISIS adalah kelompok takfiri radikal, yang meyakini hanya keompoknya saja yang muslim dan selainnya kafir dan halal darahnya. Perlawanan dilakukan. Salah seorang yang melakukan perlawanan terhadap ISIS adalah Jenderal Qasim Sulaimani.”

 

“Berkat perlawanan tersebut ISIS hanya bertahan selama 10 tahun. bayangkan bila tidak ada perlawanan. Dan AS mencoba mencitrakan diri sebagai pahlawan melawan ISIS. Rezim AS mengadu domba, membunuhi anak-anak, wanita terutama dalam kolaborasinya dengan Israel. Mereka membuat Israel di tengah-tengah negara-negara Muslim supaya mereka terus bertikai. Israel adalah kanker dan tumor berbahaya di jantung Timur Tengah.” Tambahnya.

 

“Para musuh Islam itu melakukan dua hal: pertama, menghalangi persatuan umat Islam dengan mengadu domba dan memecah belah. Kedua, menghalangi kemajuan umat Islam, khususnya dalam pengembangan sains dan teknologi seperti pengayaan uranium, satelit dan lain-lain. Mereka khawatir negeri-negeri Muslim lain terinspirasi kemajuan teknologi tersebut.” Tambahnya lagi..

 

Menjelaskan tugas kaum terpelajar dan intelektual dalam menghadapi konspirasi musuh-musuh Islam tersebut, Prof. Abbasi mengatakan, “Membangun kolaborasi, kerjasama untuk membangun peradaban baru umat manusia. Menghindari egoisme seolah-olah bisa melakukan sendiri sehingga lalai bersatu. Saat Reza Pahlevi berkuasa, mengklaim sebagai negara maju, negara modern. Namun, sebenarnya, kemajuan semu buatan AS. Pasca Revolusi Islam Iran, Iran membangun kemandirian. Kini, Iran menepati urutan 15 dalam kemajuan teknologi yang beberapa tahun sebelumnya di urutan 40. Pencapaian Iran ini dilalui melalui banyak kesulitan. Namun, sesuai janji Allah. Masa depan adalah bagi mereka yang megang teguh kebenaran. Syaratnya, sabar, itiqamah, mandiri dan kerjasama. Kerjasama harus terus dilakukan demi membangun peradaban Islam.”

 

Sementara itu, Rektor Universitas Al-Ihya Kuningan Nurul Iman Hima Amrullah, S.Ag, M.Si dalam penyampaiannya mengatakan. “Kami sangat berterimakasih atas sambutan dan pelayanan luar biasa dari MIU. Ada perubahan persepsi tentang Iran setelah kami selama hampir 10 hari di Iran. Yang sebelumnya melihat Iran, melalui kaca mata yang buram, kami melihat masyarakat Iran sebagai saudara Muslim yang ramah dan toleran terhadap perbedaan.”

 

“Yang  paling mengesankan adalah adanya tradisi keilmuan yang luar biasa. Kunjungan ke kampus dan pusat riset menunjukan, meski dalam kondisi sulit, kena embargo, tapi Iran mampu mengembangan tradisi ilmiah yang kuat, tangguh dan mandiri. Ini patut dicontoh Indonesia.” Tekannya.

 

Kemudian Dr. Muhammad Subhi Ibrahim, dosen filsafat dari Universitas Paramadina Jakarta mewakili rector Paramadina menyebutkan kerjasama penyelenggaraan S3 Pemikiran Islam Kontemporer MIU dalam proses. Ia menyebut masih sementara diurus legalitasnya di Indonesia. “Semoga kerjasama ini berjalan lancar dan sukses.” Ungkapnya.

 

Sebagai penyampai terakhir, Dr. Anwar Sanusi, Dekan Fakultas Ushuludin dan Adab IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyampaikan pengenalan kampus IAIN Syekh Nurjati. Lalu, menyampaikan juga berbagai potensi kerjasama, misalnya pertukaran mahasiswa dan dosen, kerjasam riset dan lain-lain. Penyelenggaraan acara bersama, seperti webinar internasional yang melibatkan MIU, Universitas Paramadina, IAIN Syekh Nurjati dan Universitas Islam al-Ihya secara berkala.

 

Prof. Abbasi menyambut baik rencana kerjasama MIU dengan 3 universitas Indonesia tersebut.  Ia berharap bisa terealisasi dalam bentuk program-program kerjasama dalam pengembangan keilmuan.

 

Disebutkan tujuh dosen dari tiga universitas asal Indonesia berada di Iran selama dua pekan 14-28 November 2023 dalam rangka mengikuti program Short Course atas undangan MIU Iran. Short Course tersebut berlangsung di dua kota, yaitu Masyhad dan Qom. Selain mengikuti program pembelajaran singkat, rombongan dosen Indonesia tersebut juga melakukan pertemuan dengan Gubernur Provinsi Qom, dengan ulama, pimpinan universitas dan sejumlah lembaga pendidikan dan riset di Masyhad dan Qom, termasuk mengunjungi sejumlah tempat dan bangunan ikonik di kedua kota tersebut.