Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Kamis

2 November 2023

14.38.01
1407749

Standar Ganda Gedung Putih dan Biden terkait Gencatan Senjata di Gaza

Operasi Badai Al Aqsa dan serangan brutal serta keji Israel ke Jalur Gaza yang menewaskan dan melukai ribuan warga Palestina khususnya anak-anak dan perempuan hampir memasuki pekan keempat, namun AS sebagai pendukung utama dan sekutu strategis Israel masih tetap menghendaki berlanjutnya perang berdarah ini.

Sementara itu, Gedung Putih dan Presiden AS Joe Biden mengambil sikap kontradiktif terkait gencatan senjata di Jalur Gaza. Juru bicara Gedung Putih Rabu (1/11/2023) sore dalam pidatonya mengatakan, saat ini gencatan senjata umum dan luas di Gaza bukan solusi yang benar. Ia menambahkan, "Kami tidak bisa kembali ke masa sebelum 7 Oktober dan kami yakin setelah perang berakhir, Hamas tidak bisa lagi memerintah Gaza."

Sedangkan Joe Biden Kamis (2/11/2023) dini hari mengatakan bahwa ia membutuhkan gencatan senjata di Jalur Gaza, karena akan memberikan waktu yang cukup untuk membebaskan tawanan Israel. Biden seraya mengklaim bahwa sejak awal dirinya mendukung pembentukan dua negara untuk mengakhiri krisis Palestina, menambahkan, "Saya pikir, kita membutuhkan gencatan senjata di Jalur Gaza."

Bersamaan dengan itu, Kantor Berita Associated Press (AP) juga melaporkan bahwa dalam perdebatan internal pemerintah Amerika, Biden menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza untuk pembebasan tawanan Zionis.Tampaknya meskipun ada penekanan resmi dari pemerintah Amerika pada tidak adanya gencatan senjata dalam perang Gaza, presiden Amerika sangat menyadari fakta bahwa jika situasi saat ini terus berlanjut dan serangan udara dan invasi darat rezim Zionis, peluang kelangsungan hidup para tawanan di tangan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya sangat berkurang. Hal ini dianggap sebagai isu negatif bagi Biden mengingat tahun diselenggarakannya pemilihan presiden Amerika pada November 2024, dan akan dianggap sebagai tanda lemah dan gagalnya pengelolaan isu kebijakan luar negeri di mata pemilih Amerika.

Masalah lain yang telah disebutkan dalam konteks ini adalah bahwa babak baru serangan rezim Zionis di Jalur Gaza setelah operasi Badai Al-Aqsa sejauh ini telah menyebabkan kematian lebih dari 8.800 warga Palestina dan melukai lebih 22.000 orang dan pada saat yang sama membawa kehancuran besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan ini, yang bahkan menimbulkan kritik dari PBB dan sekutu Eropa serta penyesalan yang nyata dari Biden.

Philippe Lazzarini, direktur Badan Ketenagakerjaan dan Bantuan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), yang baru saja kembali dari kunjungan ke Jalur Gaza, menyebut parahnya situasi di wilayah ini belum pernah terjadi sebelumnya. Pejabat kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell juga mengumumkan dalam pernyataan tegas bahwa ia "ngeri" dengan tingginya jumlah korban akibat serangan rezim Zionis terhadap kamp pengungsi Jabalia.

Selain itu, berlanjutnya dukungan finansial, senjata, operasional dan intelijen yang tidak terbatas dari Amerika Serikat kepada rezim Zionis telah menyebabkan perluasan intensitas pemboman terhadap warga sipil, perempuan dan anak-anak Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Dalam pernyataan demagogisnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan,"Bagi kami, hilangnya nyawa tak berdosa di Gaza adalah peristiwa tragis, dan kami sedih atas kematian tersebut." Ironisnya adalah meskipun sikapnya demonstratif, Biden masih tetap menekankan istilah hak Israel untuk membela diri.

Melanjutkan klaim bahwa Tel Aviv mempunyai hak untuk merespons dan tanggung jawab untuk membela penduduk Palestina pendudukan dari serangan terhadap mereka, Biden mengingatkan, Israel harus melakukan ini dengan cara yang sesuai dengan hukum kemanusiaan dan memprioritaskan perlindungan warga sipil. Biden juga pernah menyatakan bahwa kami akan terus menekan Israel untuk mematuhi hukum internasional terkait perlindungan warga sipil dalam perang. Pertanyaannya, apa yang dimaksud Biden dengan tekanan terhadap rezim Zionis? Amerika Serikat kini memainkan peran utama dalam menyediakan segala jenis amunisi dan bom yang dilemparkan Tel Aviv kepada masyarakat Gaza yang tidak bersalah, dan pesawat-pesawat Angkatan Udara Zionis buatan Amerika Serikat juga melakukan pemboman tersebut.Poin terakhir adalah bahwa meskipun pada masa kepresidenan Biden, hubungannya dengan Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, dingin, namun perang yang terjadi saat ini di Palestina pendudukan dan serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel menyebabkan bantuan keuangan dan senjata yang besar dari Washington ke Tel Aviv dan tawaran bantuan sebesar 14,3 miliar dolar telah dikirim ke Tel Aviv oleh Biden. Selain itu, perjalanan Joe Biden ke Palestina yang diduduki dan perjalanan berturut-turut Antony Blinken dan Lloyd Austin, menteri luar negeri dan pertahanan AS, ke Palestina pendudukan (Israel) dan negara-negara Arab lainnya menunjukkan tekad Washington untuk mempertahankan superioritas rezim Zionis dan memperkuat posisi Israel di kawasan Asia Barat. (MF)



342/