Amerika dan sekutu Baratnya telah menjatuhkan sanksi komprehensif terhadap Rusia dengan dalih perang Ukraina.
Meskipun menghadapi sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan upaya Barat untuk mengisolasi Rusia, Kremlin berhasil menjaga perekonomiannya tetap stabil.
Surat kabar New York Times dalam sebuah laporan hari Selasa (10/10/2023) menulis, "Moskow telah mampu menunjukkan fleksibilitas yang baik, meskipun menghadapi sanksi besar dalam 19 bulan terakhir,".
Menurut New York Times, Rusia mampu menemukan pembeli lain untuk minyaknya dan mengatur perekonomian serta kondisi kehidupan para pekerjanya di pusaran sanksi.
Media ini mengutip Bank Sentral Rusia yang memperkirakan produk domestik bruto (PDB) negaranya bisa meningkat sebesar 2,5 persen tahun ini.
Jumlah PDB ini bisa melampaui PDB Uni Eropa, bahkan mungkin Amerika Serikat.
Menurut New York Times, Cina termasuk di antara negara yang telah mengambil langkah-langkah untuk membeli energi dari Rusia, dan menjual barang ke Rusia yang sebelumnya dilakukan dengan negara-negara Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengumumkan bahwa perekonomian Rusia telah membaik setelah dijatuhi sanksi Barat.(PH)
342/