Departemen Pertahanan AS
(Pentagon) hari Rabu (6/9/2023) mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan
memberikan amunisi tank yang mengandung uranium ke Ukraina sebagai
bagian dari paket bantuan baru senilai $175 juta.
Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Rabu waktu setempat mengatakan, "Perserikatan Bangsa-Bangsa selalu prihatin dengan penggunaan amunisi yang mengandung uranium di belahan dunia mana pun,".
"Kekhawatiran kami mengenai penggunaan uranium yang diperlemah di belahan dunia mana pun adalah konsisten dan masih tetap seperti sebelumnya," ujar Farhan Haq.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa pemerintahan Joe Biden akan memberikan Ukraina amunisi yang mengandung uranium untuk pertama kalinya.
Penggunaan amunisi yang mengandung uranium yang diperlemah adalah salah satu isu paling kontroversial, yang menyulut penentangan keras publik internasional, termasuk Koalisi Internasional Pelarangan Senjata Uranium. Sebab, senjata tersebut berbahaya dan menyebabkan kanker maupun kelahiran anak-anak cacat.
Dalam perang Teluk Persia pada tahun 1990 dan 2003, Amerika Serikat banyak menggunakan amunisi uranium yang diperlemah.
NATO juga menggunakan senjata ini dalam pemboman Yugoslavia pada tahun 1999.
Pengalaman perang menunjukkan bahwa jenis senjata berbahaya seperti bom curah, amunisi yang mengandung uranium yang rendah membunuh lebih banyak warga sipil daripada tentara.(PH)
342/