Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Minggu

6 Agustus 2023

19.51.46
1385252

Upaya Riyadh Hentikan Perang Ukraina

Pertemuan internasional Jeddah untuk mengakhiri perang Ukraina, setelah beberapa jam perundingan, berakhir tanpa perilisan statemen akhir. Pertemuan ini dihadiri perwakilan dari 40 negara dan digelar tanpa kehadiran wakil Rusia.

Arab Saudi dalam rangka pendekatan terbarunya untuk meningkatkan peran aktifnya dalam menyelesaikan berbagai krisis regional dan internasional, kali ini menguji keberuntungannya untuk mengakhiri perang Ukraina.

Perundingan Jeddah merupakan kelanjutan dari pertemuan Kopenhagen bulan Juni lalu yang dihadiri perwakilan dari Brazil, India, Afrika Selatan, Cina dan juga Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Amerika, serta berakhir tanpa perilisan statemen akhir. Kemudian diputuskan untuk menggelar pertmuan lain untuk membahas solusi krisis Ukraina.

Pertemuan ini ditujukan untuk partisipasi sekelompok negara dalam membahas jalan perdamaian dengan Rusia, terutama anggota kelompok "BRICS", yang tidak seperti kekuatan Barat, telah mengadopsi pendekatan yang lebih netral.

Menurut televisi Arab Saudi, pertemuan dua hari di Jeddah merupakan bagian dari dorongan diplomatik Ukraina untuk membangun dukungan di luar pendukung utama Barat dengan menjangkau negara-negara dunia yang tidak mau memihak dalam konflik.

Sebelumnya, Ukraina dan sekutunya telah menyatakan harapan bahwa kesepakatan tentang "prinsip kunci" tentang bagaimana mengakhiri perang akan tercapai pada pertemuan internasional di Jeddah.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengusulkan rencana perdamaian 10 poin pada November 2022. Rencana ini mencakup saling tukar tahanan berdasarkan formula "semua untuk semua", serta memastikan keamanan nuklir, pangan, dan energi. Rencana perdamaian yang diusulkan Zelensky juga mencakup prinsip-prinsip seperti penarikan semua pasukan Rusia dari Ukraina dan pemulihan "keutuhan wilayah penuh" negara ini. Zelensky juga menyerukan jaminan keamanan untuk Ukraina dan pembentukan mekanisme internasional untuk mengkompensasi "kerugian finansial" negara tersebut dengan menggunakan aset Rusia.

Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar di dunia, sedang mencoba menengahi perang yang telah berlangsung selama hampir satu setengah tahun, dengan mengandalkan hubungannya dengan Ukraina dan Rusia. Ini sejalan dengan tindakan diplomatik regional Riyadh yang baru-baru ini mencoba menyelesaikan perselisihan dengan Qatar dan Turki, Iran dan Suriah.

Kantor Berita Arab Saudi (SPA) hari Jumat menyatakan, "Pemerintah menantikan pertemuan ini untuk membantu memperkuat dialog dan kerja sama melalui pertukaran pandangan, koordinasi dan diskusi di tingkat internasional tentang solusi diplomatik dan politik untuk krisis Ukraina, untuk memperkuat perdamaian dan keamanan internasional dan untuk menghindari dampak kemanusiaan, keamanan dan ekonomi lebih besar krisis di dunia."

Arab Saudi menganggap dengan hubungan yang dimilikinya dengan kedua pihak yang bertikai di perang Ukraina, akan mampu dan sukses memediasi konflik ini.

Arab Saudi sejak awal perang Rusia dan Ukraina memiliki hubungan yang baik dengan kedua negara ini, dan berusaha memainkan peran sebagai mediator antara Kiev dan Moskow untuk mengakhiri perang ini.

Terlepas dari beberapa kontradiksi, Arab Saudi masih dianggap sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat dan Barat, tetapi juga memiliki hubungan dekat dengan Rusia, dan selama beberapa tahun terakhir, kedua negara telah berusaha untuk memimpin kelompok OPEC dan mitranya untuk mengurangi produksi minyak global guna menaikkan harga, dan sukses di bidang ini.Amerika telah berulang kali meminta Arab Saudi untuk meninggalkan kebijakan pengurangan produksi minyak; Karena masalah ini menyebabkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, namun Arab Saudi membutuhkan harga minyak di pasar dunia di atas 80 dolar untuk menghindari defisit anggaran.

Arab Saudi mencoba memainkan peran lebih besar dalam diplomasi Ukraina setelah Gedung Putih tahun lalu menuduh Riyadh mendukung Rusia dengan menjaga harga minyak tetap tinggi. Negara ini telah memfasilitasi pertukaran tawanan perang, dan September lalu Riyadh memainkan peran tak terduga dalam negosiasi untuk membebaskan pejuang asing di Ukraina, termasuk dua orang Amerika dan lima orang Inggris.

Arab Saudi menjamu Volodymyr Zelensky, presiden Ukraina, pada pertemuan para kepala negara Arab. Februari lalu, menteri luar negeri Arab Saudi mengunjungi Kiev, hampir bersamaan dengan peringatan pertama dimulainya invasi militer Rusia, dan menandatangani perjanjian bantuan kemanusiaan senilai 400 juta dolar, termasuk sumbangan produk minyak sebesar 300 juta dolar ke negara tersebut.

Akhir tahun lalu, Arab Saudi juga mendukung resolusi PBB yang mengutuk invasi militer Rusia ke Ukraina. Arab Saudi telah mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB melawan pendudukan Ukraina dan aneksasi wilayah dari timur negara ini oleh Rusia.

Bulan lalu Menteri Dalam Negeri Rusia, Vladimir Kolokoltsev yang dicantumkan dalam list sanksi Barat, berkunjung ke Riyadh dan bertemu serta berunding dengan timpalannya, Abdulaziz bin Saud bin Nayef.

Kesimpulannya, meski sampai saat ini tidak ada indikasi keberhasilan pertemuan Jeddah terkait penghentian perang Ukraina, khususnya salah ketika salah satu pihak utama yang terlibat dalam perang ini, yakni Rusia absen, tapi Arab Saudi di banding dengan mediator internasional lainnya, memiliki kondisi yang lebih baik. Sepertinya kali ini minat pihak Barat untuk menghentikan perang lebih besar ketimbang sebelumnya, karena jika tidak, mereka tidak akan memberi lampu hijau kepada Arab Saudi untuk menjadi tuan rumah pertemuan Jeddah. (MF)


342/