Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Sabtu

1 Juli 2023

19.48.37
1376389

Dunia Islam Serentak Kecam Pelecehan al-Quran di Swedia

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara Eropa, khususnya Swedia, menjadi ajang pelanggaran, pelecahan dan penodaan terhadap kesucian-kesucian umat Islam.


Pelecehan dan penghinaan terhadap al-Quran terulang kembali di Swedia. Aksi tercela ini menuai tanggapan luas dari pemerintah, masyarakat, analis, dan otoritas di negara-negara Islam dan Muslim.

Polisi Swedia pada hari Rabu (28/6/2023) memberikan izin untuk sebuah protes yang pelakunya berencana untuk membakar al-Quran di luar masjid utama Stockholm, bertepatan dengan hari raya Idul Adha.

Salwan Momika (37) menginjak, merobek dan menyeka sepatutnya dengan lembaran al-Quran di depan Medborgarplasten, masjid terbesar di Stockholm ibukota Swedia pada Rabu siang.

Aksi ini memicu protes dan kecaman global yang semakin meluas. Banyak negara dunia telah mengecam pelecehan terhadap Kitab Suci umat Islam ini.

Menurut Walid al-Miqdadi, seorang jurnalis investigasi yang tinggal di Swedia, dalam pernyataannya di program RT berjudul "Pembicaraan Terbaik", Salwan Momika berasal dari provinsi Nineveh di Irak utara dan seorang liberal, ateis, dan ekstremis.

Dia menambahkan, Momika adalah pendiri Partai Demokratik Suryani dan komandan kelompok bersenjata bernama Suqour al-Suriyan yang dibentuk untuk membebaskan provinsi Nineveh dari pendudukan kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS).

Menurut Walid, Salwan Momika ditangkap pada tahun 2017 atas tuduhan kejahatan perang, kemudian dibebaskan dengan campur tangan negara-negara Barat. Dia kemudian pergi ke Swedia dan kini bergabung dengan salah satu partai ekstrem di negara ini.

Pelecehan al-Quran adalah contoh nyata dari pelanggaran hak beragama Muslim Swedia dan Muslim di seluruh dunia, yang mengakibatkan bersatunya posisi umat Islam dari pemerintah dan rakyat hingga marja'.

Ratusan warga Irak menggelar unjuk rasa di depan Keduataan Besar Swedia di Baghdad dan menuntut pengusiran Duta Besar negara ini. Beberapa pemerintah negara Arab, Islam dan Muslim juga bereaksi atas penghinaan al-Quran di Swedia.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Uni Emirat Arab (UEA) memanggil Duta Besar Swedia untuk menyampaikan protesnya. Kemlu UEA menegaskan bahwa izin pemerintah Swedia terhadap unsur-unsur ekstremis untuk melecehkan dan membakar al-Quran menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai sosial.

Kemlu Yordania juga memanggil Duta Besar Swedia dan menyampaikan protesnya. Kemlu Yordania menegaskan, tindakan ini adalah kejahatan dan memprovokasi perasaan lebih dari dua miliar Muslim di seluruh dunia. Oleh karena itu, tindakan menjijikkan ini, yang merupakan salah satu manifestasi terburuk dari budaya kebencian, harus dilawan dan budaya perdamaian dan penerimaan orang lain harus dipromosikan.

Faleh Al-Fayaz, komandan Hashd al-Shaabi, menggambarkan tindakan tercela ini sebagai tindakan teroris yang memalukan. Abu Bakr al-Dib, seorang peneliti hubungan internasional dan seorang analis ekonomi politik dunia Arab, juga menyerukan penggunaan sanksi sebagai alat hukuman terhadap Swedia.

Dia mengatakan, Stockholm akan menanggung biaya mendekati 20 miliar dolar akibat aktivasi sanksi ekonomi terhadap Swedia oleh negara-negara Arab, Islam dan Muslim setelah pelecehan terhadap al-Quran di negara ini.

Sekretariat Organisasi Kerja Sama Islam juga mengumumkan bahwa pertemuan luar biasa organisasi ini akan diadakan minggu depan di kota Jeddah, Arab Saudi, dengan tujuan menindaklanjuti penghinaan terhadap al-Quran di Swedia.

Kantor Ayatullah Sayid Ali Sistani, Marja' tertinggi Syiah di Irak, mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengirimkan pesan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang pelecahan al-Quran di Swedia yang dilakukan dengan izin dari polisi negara ini.

Dalam pesan ini disebutkan bahwa penghormatan terhadap kebebasan berbicara tidak berarti memberikan izin untuk perilaku yang memalukan ini, yang merupakan serangan terbuka terhadap kesucian lebih dari dua miliar Muslim di dunia dan mengarah pada penciptaan suasana yang cocok untuk penyebaran pemikiran ekstremis dan perilaku-perilaku keliru.


Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Islam Iran memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Besar Swedia di Tehran sebagai protes terhadap pelecehan al-Qur'an.

Direktur Jenderal Kemlu Republik Islam Iran untuk Eropa Barat mengutuk keras pelecehan al-Quran di Swedia, yang menghina kesucian Islam yang paling penting.

Menurut Dirjen Kemlu RII untuk Eropa Barat, sikap diam dan pasif pemerintah Swedia adalah faktor yang mendorong para pelanggar salah satu prinsip mendasar dan nyata Hak Asasi Manusia, yakni prinsip penghoramatan terhadap nilai-nilai agama Samawi, untuk lebih berani melakukannya kembali.

Selama pemanggilan Kuasa Usaha Kedubes Swedia di Tehran, disebutkan bahwa penghinaan terhadap kesucian-kesucian Islam hanya akan menyebarkan kebencian dan kekerasan dengan menyalahgunakan prinsip kebebasan berpendapat.

Direktur Jenderal Kemlu RII untuk Eropa Barat menyinggung bahwa tindakan kurang hati-hati serupa telah diambil di Swedia sebelumnya dan bahwa ketidakpuasan Republik Islam Iran telah disampaikan kepada pihak Swedia.

"Seandainya Swedia menghentikan tindakan seperti itu pada waktunya, maka penghinaan serupa terhadap kesucian-kesucian Islam tidak akan terulang kembali," tegas Dirjen Kemlu RII untuk Eropa Barat.

Forum Kebangkitan Islam Sedunia mengutuk keras pelecahan al-Quran di Swedia dan mengecam polisi negara ini karena memberikan izin kepada pelaku untuk melaksanakan aksi tercela tersebut.

Forum Kebangkitan Islam Sedunia meminta seluruh umat Islam di seluruh dunia, terutama pemerintah-pemerintah dan bangsa-bangsa Muslim dan pecinta kebebasan dunia, komunitas internasional, kelompok-kelompok, para elit dan tokoh Muslim dan non-Muslim yang berpengaruh di seluruh dunia, khususnya di negara-negara Barat, agar mereaksi tindakan tercela pemerintah Swedia ini.

"Penghinaan terhadap kesucian agama dan melakukan perilaku dan peraturan yang menghina adalah tercela dan tidak dapat ditolerir dalam semua agama Samawi. Nilai-nilai agama yang muncul dari sifat Ketuhanan dan penyelamat manusia, harus selalu aman dari serangan, hinaan, dan gangguan," tegas Forum Kebangkitan Islam Sedunia dalam pernyataannya, seperti dilansir IRIB, Jumat (30/6/2023).

Sayangnya, lanjut pernyataan itu, terlepas dari penekanan berulang yang ada di berbagai agama, mazhab dan aliran serta konvensi dan perjanjian internasional, termasuk Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia serta dokumen Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beberapa resolusi PBB, setiap penghinaan, diskriminasi dan penghinaan terhadap agama dan setiap perilaku ilegal terhadap individu dan kelompok karena agama adalah dilarang, namun perilaku menentang ajaran agama dan kesucian-kesucian lebih dari satu miliar umat Islamini berlanjut di negara-negara Barat dengan klaim mengungkapkan kebebasan berekspresi dan berpendapat

Khatib Salat Jumat Kota Tehran Hujjatul Islam Mohammad Javad Haj Ali Akbari mengatakan, pelecehan al-Quran dilakukan atas hasutan rezim Zionis Israel dan lobi-lobi Zionis, dan tindakan ini telah melukai perasaan seluruh umat Islam.

"Tindakan anti-budaya dan anti-kemanusiaan dari pemerintah Swedia dalam memberikan izin tanpa malu-malu untuk melakukan pelecehan terhadap Kitab Suci hampir 2 miliar umat Islam di seluruh dunia selama hari-hari ibadah haji dan Idul Adha, telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia," kata Haj Ali Akbari dalam khutbah kedua di Universitas Tehran, Jumat (30/6/2023).

Dia menambahkan, ironi pahit saat ini adalah bahwa negara-negara Barat menyebut perbuatan buruk mereka atas nama kebebasan dan dengan dalih kebebasan berpendapat. Mereka telah menghina martabat 2 miliar orang di muka bumi ini.

"Pemerintah Swedia bukanlah pembuat keputusan, dan bahkan lebih buruk dari kata-kata ini, tindakan buruk itu dilakukan atas hasutan Zionis dan lobi-lobi Zionis," pungkasnya. (RA)