Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Jumat

9 Juni 2023

09.39.14
1371867

Pengamat Timur Tengah:

Dampak Revolusi Islam Imam Khomeini Tidak Hanya di Level Domestik Iran saja

“Imam Khomeini berhasil menggerakkan dan memimpin Revolusi Islam Iran yang dampaknya tidak hanya terbatas di level domestik Iran saja.”

Menurut Kantor Berita ABNA, bekerjasama dengan Islamic Culture and Relations Organization (ICRO) dan Iranian Corner, Prodi Tasawuf Psikoterapi Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Seminar Hybrid dengan tema “Spirit Haul Imam Khomeini ke-34 serta Normalisasi Hubungan Iran-Arab Saudi; Prospeknya bagi Persatuan Umat” pada Kamis (8/6) di Aula Utama Rektorat UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

Hadir sebagai salah satu pembicara, Pengamat Timur Tengah, dosen Hubungan Internasional Universitas Pajajaran Dr. Dina Y. Sulaeman mengatakan, “Imam Khomeini berhasil menggerakkan dan memimpin Revolusi Islam Iran yang dampaknya tidak hanya terbatas di level domestik Iran saja.”

Penulis beberapa buku isu Timur Tengah ini menambahkan, “Ada tiga perubahan yang dihasilkan Imam Khomieni melalui Revolusi Islam Iran. Pertama, di level domestik Iran sendiri. Negara Iran berubah dari sebuah negara yg semula tunduk pada kekuatan asing, menjadi negara yang independent dan mandiri. Meski Iran diembargo AS sejak tahun 1980-an sampai sekarang, Iran tetap mampu mencapai kemajuan di berbagai bidang, sains, teknologi, sosial, budaya.”

“Kedua, di level  Dunia Islam. Imam Khomeini memunculkan perubahan dinamika dalam perjuangan membela Palestina. Saat itu, Dunia Islam seolah jenuh dengan situasi di Palestina, kalah dalam menghadapi Zionis, namun Imam Khomeini menggerakkan lagi semangat dan perhatian Dunia Islam kepada Palestina. Kebijakan Luar negeri Iran juga sejak awal menjadikan isu Palestina sebagai poros perjuangan dalam melawan kezaliman. Ketiga di level internasional, Imam Khomeini melalui Revolusi Islam Iran, mengenalkan aspek spiritualisme dalam hubungan antarnegara, antithesis dari materialism Barat.” Tambahnya. 

Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES) ini lebih lanjut mengatakan, “Pada masa itu dan bahkan sampai kini, ada pemahaman materialistik yang didoktrinkan dalam kajian hubungan internasioal, bahwa negara-negara cenderung untuk mengejar kepentingannya masing-masing dan seolah menjustifikasi aksi-aksi neoimperialisme AS/Barat yang terus ingin mengeruk kekayaan alam negara-negara Dunia Ketiga. Imam Khomeini membangkitkan spirit perlawanan terhadap neoimperialisme dan kezaliman. Spirit ini diterima oleh berbagai negara Dunia Ketiga, meski bukan negara Islam, misalnya negara-negara Amerika Latin dan Afrika; karena pada hakikatnya kita menghadapi musuh yang sama, yaitu Barat yang terus berusaha melanggengkan penguasaannya atas sumber daya alam di negara-negara Dunia Ketiga.”




“Nomor dua dan tiga itulah yang kemudian menggerakkan dinamika geopolitik dunia hari ini, yang disebut sebagai "belokan sejarah" menuju multipolarisme. Negara-negara Dunia Ketiga, di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, semakin berani melawan Amerika Serikat. Di Suriah, kekuatan resistensi berhasil mngalahkan proyek penggulingan rezim di Suriah, dan kita melihat negara-negara Arab mulai berani melawan Barat, antara lain ditunjukkan dari normalisasi Iran-Saudi, Saudi-Suriah, dan Liga Arab-Suriah. Bahkan Rusia dan China juga bangkit mengambil peran mereka dalam pergeseran geopolitik ini, seiring dengan semakin melemahnya AS.” Pungkas Dina Sulaeman. 

Selain Dr. Dina Y Sulaeman, juga hadir dua pembicara lainnya, Dr. Mohammad Reza Ebrohimi (Konselor Kebudayaan Kedubes Republik Islam Iran) dan Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si., CPCE., MCE  (Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga UIN Sunan Gunung Djati Bandung) serta Dodo Widarda, S.Ag., M.Hum (Direktur Iranian Corner UIN SGD Bdg) sebagai moderator. Acara yang dibuka oleh Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag tersebut digelar untuk memperingati haul Imam Khomeini. 

Disebutkan, Ayatullah Sayid Ruhullah Musavi Khomeini atau Imam Khomeini yang lahir pada 17 Mei 1900 adalah Pemimpin Agung Iran dan salah satu ulama Marja Syiah yang memimpin revolusi Iran dan setelah itu mendirikan Republik Islam melalui referendum dan memimpinnya sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 3 Juni 1989. Setiap tanggal wafatnya, oleh rakyat Iran maupun pengagum dan pecintanya di seluruh dunia menggelar majelis haul untuk memperingatinya. Prosesi pemakamannya yang melibatkan sepuluh juta lebih rakyat Iran tercatat sebagai pemakaman terbesar sepanjang sejarah. Hari kematiannya sendiri di Iran dijadikan sebagai salah satu hari libur nasional.