Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Jumat

9 Juni 2023

09.31.20
1371865

Guru Besar UIN Bandung:

Normalisasi Saudi-Iran Momentum Terbaik buat Persatuan Umat Islam

“Normalisasi Arab Saudi dan Iran adalah momentum terbaik bagi umat Islam agar segera melupakan konflik internal. Selanjutnya umat Islam dunia membangun sebuah kekuatan guna menghalang berbagai macam hambatan dan provokasi dari Barat.”

Menurut Kantor Berita ABNA, Bekerjasama dengan Islamic Culture and Relations Organization (ICRO) dan Iranian Corner, Prodi Tasawuf Psikoterapi Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Seminar Hybrid dengan tema “Spirit Haul Imam Khomeini ke-34 serta Normalisasi Hubungan Iran-Arab Saudi; Prospeknya bagi Persatuan Umat” pada Kamis (8/6) di Aula Utama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sebagaimana diberitakan Purna Warta. 

Hadir sebagai salah satu pembicara, Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si., CPCE., MCE yang mengatakan, “Pemutusan hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran, yang terjadi tahun 2016 akibat krisis diplomatik pasca eksekusi ulama Syi’ah, telah diakhiri pada bulan Maret 2023 yang dijembatani China. Normalisasi hubungan diplomatik ini memberikan harapan bagi banyak pihak bisa mengurangi ketegangan dan meningkatkan stabilitas di kawasan Timur Tengah.”

Guru Besar Psikologi yang menjabat sebagai Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini lebih lanjut mengatakan, “Teheran dan Riyadh mengetahui bahwa selama tujuh tahun, semangat konfrontasi ini telah menyebabkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki bagi dunia Muslim, kawasan tersebut serta kedua negara mereka. Pemulihan hubungan Saudi-Iran perlu disambut positif. Kerja sama kedua negara diharapkan bisa memberikan manfaat untuk kawasan, terutama di bidang keamanan dan kesejahteraan. Kesepakatan itu dapat berdampak pada pasar energi global karena kedua negara adalah produsen minyak dan gas utama.”

“Normalisasi Arab Saudi dan Iran adalah momentum terbaik bagi umat Islam agar segera melupakan konflik internal. Selanjutnya umat Islam dunia membangun sebuah kekuatan guna menghalang berbagai macam hambatan dan provokasi dari Barat.” Tambah Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Barat periode 2021-2025 ini. 



Pada bagian akhir penyampaiannya, penulis produktif di bidang psikologi dan konseling ini memesankan, “Dalam rangka memperingati haul Imam Khomeini, penting kiranya bagi setiap kita untuk menghidupkan dan mengimplementasikan spirit nilai Imam Khomaini, seperti berserah diri pada kebenaran, mengendalikan amarah, jangan putus asa, berdoa secara terus menerus, mensyukuri nikmat Allah dan berupaya menjadi pribadi yang lembut dan menebarkan kasih sayang.”

“Yang terpenting juga adalah mari kita menonjolkan prinsip kebersamaan dan bukannya menonjolkan perbedaan; Dalam level global, negara-negara Islam harus meningkatkan ukhuwah Islamiyah untuk kemajuan dan peradaban Islam. Diantaranya dengan melalui meningkatkan hubungan bilateral dan optimalissi peran dalam Organisasi negara-negara Arab dan Organisasi Konferensi Islam.” Tutupnya. 

Selain Prof. Dr. Hj. Ulfiah, juga hadir dua pembicara lainnya, Dr. Mohammad Reza Ebrohimi (Konselor Kebudayaan Kedubes Republik Islam Iran) dan Dr. Dina Y Sulaeman (Pengamat Timur Tengah, dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran) serta Dodo Widarda, S.Ag., M.Hum (Direktur Iranian Corner UIN SGD Bandung) sebagai moderator. Acara yang dibuka oleh Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag tersebut digelar untuk memperingati haul Imam Khomeini.

Disebutkan, Ayatullah Sayid Ruhullah Musavi Khomeini atau Imam Khomeini yang lahir pada 17 Mei 1900 adalah Pemimpin Agung Iran dan salah satu ulama Marja Syiah yang memimpin revolusi Iran dan setelah itu mendirikan Republik Islam melalui referendum dan memimpinnya sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 3 Juni 1989. Setiap tanggal wafatnya, oleh rakyat Iran maupun pengagum dan pecintanya di seluruh dunia menggelar majelis haul untuk memperingatinya. Prosesi pemakamannya yang melibatkan sepuluh juta lebih rakyat Iran tercatat sebagai pemakaman terbesar sepanjang sejarah. Hari kematiannya sendiri di Iran dijadikan sebagai salah satu hari libur nasional.