Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : Parstoday
Jumat

28 April 2023

20.05.46
1361136

Permintaan Perluasan BRICS dan Upaya Akhiri Dominasi Dolar

19 negara dunia tengah menunjukkan minatnya untuk bergabung dengan kelompok BRICS.

Alasanny adalah karena kelompok ini, sebagai lembaga internasional baru, berupaya memperluas kerja sama keuangan dan ekonomi antar anggota dan perubahan dalam struktur internasional, terutama pertukaran global, dan melawan dominasi berkelanjutan dari dolar di perdagangan internasional.

Anil Sooklal, wakil Afrika Selatan di BRICS seraya mengisyaratkan permintaan keanggotaan negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Argentina, Uni Emirat Arab (UEA), Aljazair, Mesir dan Indonesia mengatakan, mekanisme pengembangan BRICS dan implementasinya akan dibahas di sidang mendatang kelompok ini.

Saat ini lima negara Rusia, Cina, Afrika Selatan, Brazil dan India adalah anggota BRICS. Kelompok ini yang dibentuk tahun 2009, dari sisi populasi memiliki lebih dari 41 persen populasi dunia dan lebih dari 28 persen PDB global. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi negara-negara anggota serta menciptakan lembaga pararel internasional seperti bank pembangunan dan sistem perdagangan baru. Salah satu tujuan penting kelompok ini adalah melawan dominasi dolar di sistem perdagangan global.

Anggota kelompok ini yang sebagian besar adalah negara-negara ekonomi berkembang memiliki kinerja yang sukses di bidang perdagangan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga menurut laporan Bank Dunia, pangsa negara-negara anggota BRICS dalam pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 telah mencapai 32,1 persen dan melampaui anggota G7 yang meliputi Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Inggris Raya, Kanada, dan Amerika Serikat.

Salah satu perhatian utama anggota BRICS adalah penggunaan sistem keuangan baru untuk menggantikan dolar. Dalam konteks ini, Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Rusia (RDIF), mengatakan, penciptaan sistem keuangan tunggal antar negara telah menciptakan insentif untuk pertukaran mata uang nasional antar negara anggota dan telah menghasilkan kemitraan ekonomi yang stabil dan menjamin investasi asing.

Masalah penggantian mata uang lain selain dolar dalam pertukaran menjadi serius, terutama dalam beberapa tahun terakhir, dengan pengenaan sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya terhadap negara-negara yang tidak mengikuti kebijakan dan keinginan Washington. Terutama dalam satu tahun terakhir, setelah perang di Ukraina dan pengenaan sanksi ekstensif terhadap Rusia oleh Washington, tekad negara-negara anggota untuk menghadapi dominasi dolar dalam perdagangan meningkat.

Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat, sejalan dengan kebijakan unilateralisnya, telah menggunakan dolar sebagai alasan untuk menekan negara-negara yang menentang Washington, sebuah masalah yang telah merusak nilai dolar lebih dari sebelumnya. Seperti yang dikatakan Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, dalam konteks ini, ketika AS menggunakan sanksi keuangan terkait dengan peran dolar, ada risiko bahwa seiring waktu, hal ini akan melemahkan hegemoni global dolar.

Saat ini, sejumlah transaksi anggota BRICS termasuk Rusia dan Cina dilakukan menggunakan Yuan, dan juga anggota kelompok ini memiliki program untuk menggunakan mata uang digital baru.

Peter St Onge, seorang peneliti dari think tank sayap kanan "Heritage Foundation" dalam konteks ini, merujuk pada "bahaya" kemungkinan saingan mata uang dari kelompok ekonomi BRICS (terhadap dolar), dan mengatakan, jika rencana ini terlaksana, dominasi dolar selama lebih dari 80 tahun akan hilang, inflasi akan meningkat dan bank akan merugi, dan kekuatan nasional serta pengaruh Amerika akan menurun dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sekaitan dengan ini, kini Argentina juga mengumumkan akan menggunakan Yuan dalam perdagangan dengan Cina. Menteri Ekonomi Argentina, Sergio Massa mengatakan, penggunaan Yuan di perdagangan dengan Cina akan membuat Argentina lebih bebas bergerak.

Dengan meluasnya BRICS dan meningkatnya kerja sama keuangan antar negara anggotanya, nampaknya posisi dolar di bursa global semakin melemah, dan di sisi lain kecenderungan penggunaan mata uang baru dalam bursa perdagangan akan semakin meningkat, dan ini akan sangat mengkhawatirkan bagi Amerika Serikat. (MF)

342/