National Interest, Rabu (5/4/2023) memuat artikel Ali Demirdas, profesor ilmu politik di Universitas South Carolina, yang menjelaskan alasan-alasan mengapa AS harus meninggalkan Suriah.
"Mengkaji konsekuensi dari sepak terjang AS selama 30 tahun terakhir, orang dapat berargumen bahwa Washington, telah menghancurkan musuh-musuh Iran, di Timur Tengah, mulai dari Saddam Hussein, hingga ISIS, sehingga AS telah melawan perang-perang Iran di Timteng," tulisnya.
Ditambahkannya, "Publik Amerika yang lelah sekarang bertanya-tanya mengapa Iran, Cina dan Rusia semakin berpengaruh di Timteng, sementara AS meski telah menghabiskan dana hingga 8 triliun dolar, dan mengorbankan lebih dari 5.000 tentara, malah kehilangan pengaruh."
Menurut National Interest, saat perang di Ukraina berkecamuk, dan isu perang melawan Cina semakin santer, tentunya AS tidak ingin terjebak di Timteng dengan memulai perang abadi melawan Iran.
"AS harus merevisi strateginya di Timteng. Bertahan di wilayah ini demi melindungi YPG, dan melawan Iran adalah kontraproduktif," tambahnya.
National Interest menjelaskan, tujuan pasukan AS di Timteng yang katanya untuk memerangi ISIS, dan menurut pembuat kebijakan Washington untuk membendung pengaruh Iran, serta melindungi Israel, adalah bermasalah, dan justru akan menimbulkan lebih banyak masalah bukan hanya bagi AS tapi bagi Timteng sendiri. (HS)
342/