Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Senin

6 Maret 2023

05.34.22
1350826

Pemikir Jepang:

Dalam Budhisme juga Ada Konsep Juru Selamat

Menjelang perayaan Malam Nisfu Sya’ban, reporter ABNA mewancarai pakar Mahdiisme untuk mengulik lebih banyak informasi di bidang Mahdisme.

Menurut Kantor Berita ABNA, menjelang perayaan Malam Nisfu Sya’ban, reporter ABNA mewancarai pakar Mahdiisme untuk mengulik lebih banyak informasi di bidang Mahdisme.

Tuan Atsushi Nakane, seorang pemikir Jepang, berkata tentang kepercayaan orang Iran pada kemunculan Juru Selamat di akhir zaman. Ia berkata, “Saya telah tinggal di Iran selama 7 tahun dan telah mengamati bahwa kategori Mahdisme sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal yang menarik bagi saya adalah ketika orang Iran berbicara tentang Imam Zaman afs, konsep cinta terlihat di dalamnya. Di masa lalu, saya membaca sebuah puisi karya Qaiser Aminpour, yang saya pikir adalah puisi cinta yang ditulis untuk seorang kekasih, tetapi kemudian saya menemukan bahwa itu adalah gambaran tentang Imam Zaman afs, yang sangat menarik bagi saya.”

Ia melanjutkan,”Di Jepang, yang agama kebanyakan penduduknya adalah Budha, konsep cinta tidak disebutkan di dalamnya, bahkan mereka yang sangat tertarik dengan Buddha tidak menggunakan kata cinta dan hanya menganggap cinta untuk manusia sebagai cinta orang tua dan anak-anak. Sebenarnya mereka tidak tahu cinta dalam agama, tapi kecintaan orang Iran kepada Imam Zaman afs sangat indah dan menarik bagi saya.”

Pada akhirnya, pemikir Jepang itu berkata,  “Dalam Buddhisme, ada kepercayaan pada seorang penyelamat; Hampir 1000 tahun yang lalu, situasi di Jepang kacau dan pemerintah pusat melemah, korupsi keuangan dan moral menyebar di masyarakat, dan kekerasan meningkat di antara masyarakat; Dalam situasi ini, orang-orang percaya bahwa ini adalah tanda penyelamat, dan orang-orang berdoa untuk penampakan Buddha dengan tindakan khusus, yang berdampak besar pada reformasi masyarakat. Sayangnya, orang-orang yang percaya kepada Juru Selamat mengalami penurunan di Jepang modern, tetapi masih ada beberapa orang, terutama umat Buddha yang memiliki keyakinan kuat, tetap percaya.”