Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Jumat

14 Oktober 2022

17.17.14
1313616

Dr. Hamid Shahriari:

Perpecahan dalam Tubuh Umat Islam adalah Proyek Terbesar Musuh

Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Pendekat Mazhab-Mazhab Islam Hujjatul Islam wa Muslimin, Dr. Hamid Shahriari, menyebutkan dalam sambutannya dalam acara pembukaan Konferensi Interansional Persatuan Islam ke-36 di Tehran bahwa proyek pertama musuh adalah memecah dunia Islam.

Menurut Kantor Berita ABNA, Sekretaris Jenderal Lembaga Internasional Pendekat Mazhab-Mazhab Islam Hujjatul Islam wa Muslimin, Dr. Hamid Shahriari, pada upacara pembukaan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36, yang diselenggarakan pada Rabu pagi (12/10) di Aula KTT Tehran, ibukota Republik Islam Iran saat menyambut para tamu konferensi. , menyatakan, “Selama dua abad terakhir, kita telah menyaksikan perang, pertumpahan darah dan konflik di dunia Islam, oleh karena itu, tema ke-36 Konferensi Persatuan Islam ini adalah "Persatuan Islam, Perdamaian dan Menghindari Perpecahan dan Konflik di Dunia Islam: Solusi Praktis dan Tindakan Operasional." Pada sambutan ini kami akan menyebutkan secara singkat akar penyebab masalah dunia Islam dan proyek-proyek arogan yang bekerja di baliknya.”

Dr, Shahriari melanjutkan, “Proyek pertama musuh adalah memecah dunia Islam. Mereka memisahkan anak benua India dan pemerintah Ottoman dan bagian dari Iran dan membagi negara kita menjadi tiga bagian dalam Perang Dunia Kedua; mereka berusaha untuk membagi Suriah dan menjalankan proyek pembakaran dan pertumpahan darah dengan cara melibatkan negara ini dalam perang saudara. Dan dari Suriah, yang pernah menjadi tempat lahir Timur Tengah, tidak ada yang tersisa selain tanah yang terbakar, lebih dari setengah juta orang terbunuh di negara ini dan dua pertiga penduduknya mengungsi.”

Dr. Shahriari menambahkan, “Proyek musuh lainnya adalah mempromosikan budaya sekuler dan liberal di antara negara-negara Islam. Mereka tahu bahwa Islam adalah pencipta peradaban dan masalah ini telah mencuri tidur dari mata mereka, dan sementara Islam adalah agama rahmat, mereka memperkenalkannya sebagai agama kekerasan untuk mengobarkan perbedaan dan konflik di negara-negara Islam.”

Lebih lanjut beliau menyebutkan beberapa penyebab lain konflik di negara-negara Islam sebagai berikut:

- Adanya beberapa perbedaan tekstual antar kelompok dalam umat Islam

- Adanya beberapa pemerintahan yang dominan di antara negara-negara Islam

- Ketidaktahuan beberapa pengikut fanatik mazhab Syiah dan Sunni

- Kurangnya demokrasi agama di beberapa negara Islam

Adanya blok dan partai oposisi di beberapa negara

Saat menjelaskan alasan konflik antara negara-negara Islam, Sekretaris Jenderal Lembaga Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam ini mengatakan, “Kita harus turun ke lapangan dan menggunakan solusi berikut untuk menangani proyek musuh:

- Mewajibkan ijtihad di semua mazhab dan menghormati etika perbedaan pendapat

- Mengklarifikasi ketidaktahuan adalah salah satu tugas para ulama dan mengekspos proyek musuh adalah salah satu tugas media, dan kita harus memiliki Jihad penjelasan dalam agenda kita dengan menggunakan alat-alat canggih dalam tekhnologi komunikasi

-Negara-negara Islam harus mengejar tuntutan mereka yang sah dalam pemerintahan otokratis

- Sektarianisme adalah bertentangan dengan Islam dan umat Muslim karenanya harus dihindari dan mereka semua harus berpegang pada tali ilahi dan mengetahui bahwa kriteria keunggulan dalam agama kita adalah ketakwaan dan bimbingan ilahi.

- Mengejar metode rasional untuk menyelesaikan perselisihan

- Persaingan yang konstruktif dan sehat antar negara Islam

Dr Shahriari menyebutkan bahwa pada hari terakhir konferensi, akan dijelaskan secara rinci rencana dan solusi praktis dari upaya mewujudkan persatuan Islam, perdamaian dan menghindari perpecahan dan konflik di dunia Islam.

Disebutkan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 tengah berlangsung di Tehran Iran. Konferensi persatuan Islam dengan tema “Persatuan Islam, Perdamaian dan Menghindari Perpecahan dan Konflik di Dunia Islam: Solusi Praktis dan Tindakan operasional” ini dihadiri sebanyak 200 pemikir dari 60 negara dan 100 tokoh politik dan budaya Iran. Adapun di bagian webinar yang dimulai pada Minggu, digelar 12 sesi webinar dengan 144 presentasi dalam bahasa Inggris, Arab, dan Farsi. Acara ini dibuka secara resmi oleh Presiden Iran Sayid Ibrahim Raisi pada Rabu (12/10) di Aula Gedung KTT Tehran.