Kantor Berita Ahlulbait

Sumber : ابنا
Kamis

8 September 2022

06.31.04
1304532

Cendekiawan Lebanon, Dr. Khalil Hamdan:

Fragmentasi Umat Islam Akibat Minimnya Dialog

“Fragmentasi umat Islam adalah akibat dari kurangnya dialog, oleh karena itu pandangan harus didekatkan satu sama lain sehingga umat dapat mengenali musuh dan teman dan setiap orang dapat memenuhi kewajibannya.”

Menurut Kantor Berita ABNA, Dr. Khalil Hamdan, anggota Dewan Gerakan Amal Lebanon, dalam sesi pembukaan Sidang Ketujuh Majekis Umum Lembaga Internasional Ahlulbait as pada Kamis (1/9) menyatakan, “Sidang kali ini dengan tema “Ahlulbait: Poros Rasionalitas, Keadilan dan Kemuliaan” yang ertujuan sebagai media untuk bertukar pikiran di bidang penguatan agama Islam global dan menekankan persatuan Islam akan diadakan untuk mensinergikan upaya menghadapi tantangan.”

"Rasionalitas berarti bahwa faktor kemajuan dan kegagalan diidentifikasi, karena musuh tidak dapat dikalahkan dengan mudah, mengingat fasilitas yang mereka miliki, kecuali semua kekuatan dikumpulkan untuk dapat memenangkan musuh.” Lanjutnya.

Dr. Hamdan kemudian menambahkan, “Fragmentasi umat Islam adalah akibat dari kurangnya dialog, oleh karena itu pandangan harus didekatkan satu sama lain sehingga umat dapat mengenali musuh dan teman dan setiap orang dapat memenuhi kewajibannya.”

Merujuk pada karakteristik mazhab Ahlulbait as, Hamdan mengatakan. “Di era rasionalitas, kembalinya mazhab Ahlulbait as adalah realisasi makna akal dan rasionalitas.

Dia melanjutkan, “Kami menyaksikan standar ganda, yang berarti bahwa keadilan telah dilucuti dari kebenarannya dan para musuh mempromosikan slogan-slogan mereka selama kita berpikir seperti mereka, dan selama kita seperti itu, kita bebas dari embargo mereka, tentu saja, mereka menginginkan kita berada dalam barisan dan mengikuti jalan mereka. Selama kita membangun kemandirian maka mereka menetapkan kita sebagai musuh yang harus diperangi dan dihancurkan.”

“Mereka mengklaim memerangi terorisme, tetapi pada saat yang sama mereka mendukung terorisme dan mempersenjatai kelompok-kelompok teroris dan mengizinkan ribuan teroris dengan lebih dari 80 negara melintasi perbatasan dengan aman dan mengancam stabilitas Irak dan Suriah, dan mereka memiliki rencana ini untuk Libanon, Iran dan Yaman untuk melemahkan front kaum tertindas. Kepentingan utama mereka adalah untuk melayani rezim Zionis.” Tambahnya. 

Merujuk pada bahaya perpecahan, Hamdan mengatakan, “Masih ada bahaya perpecahan dalam masyarakat kita, yang menghancurkan semua kemajuan yang telah dicapai, kami meminta rakyat Irak untuk berhenti meningkatkan krisis, yang bukan untuk kepentingan bangsa Irak.”

“Jalan yang ditempuh Republik Islam Iran di bawah kepemimpinan Imam Ali Khamenei adalah model bahwa sebuah negara telah mampu mencapai keamanan meskipun menghadapi tantangan internasional dan regional, pada penindas dan membagi dunia menjadi penindas dan tertindas.” Ungkapnya. 

Dr. Hamdan lebih lanjut mengatakan, “Tema rasionalitas, keadilan dan martabat jelas menunjukkan garis dan pendekatan Ahlulbait as dan agama Islam telah menekankan mengandalkan akal untuk memahami agama. Keadilan adalah dasar pemerintahan, dan tidak ada perpecahan. Martabat juga membuat manusia bersih dan menjamin martabat, kebebasan dan hak asasi manusia lainnya. Tuhan telah menciptakan semua manusia secara setara dalam bidang martabat, kehormatan dan kemuliaan.”

Merujuk pada Imam Musa Sadr, Hamdan mengatakan, “Hari-hari ini, peringatan 44 tahun wafatnya Imam Musa Sadr sedang diperingati di Libanon, yang diculik oleh Muammar Gaddafi. Imam Musa Sadr menciptakan perlawanan pertama di Libanon dan menciptakan kekuatan yang kuat dari kelemahan, sementara pemerintah Libanon meninggalkan tugasnya dalam hal ini dan bahkan merampas hak-hak rakyat perbatasan.”

Di bagian akhir pernyataannya, aktivis Lebanon ini mengatakan, ”Di Lebanon, kami memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan tanah kami melawan rezim Zionis dan mengambil manfaat dari semua kekayaan minyak kami, dan kami tidak akan membiarkan mereka mengambil secangkir air atau area kecil sekalipun dari darat dan laut kita, dan itu adalah perlawanan kami.”

Disebutkan Sidang Ketujuh Majelis Umum Lembaga Internasional Ahlulbait as berlangsung selama tiga hari dari 1 sampai 3 September 2022.  Penyelenggaraan Komisi Lembaga Ahlulbait dan para mubaligh, pertemuan membahas transformasi kawasan dengan pidato menteri luar negeri Iran, komisi ekonomi pengikut Ahlulbait, komisi komunikasi dan komisi media serta dunia maya, penyelenggaraan pertemuan keluarga dan perempuan serta pertemuan para mahasiswa, termasuk agenda pada hari pertama dan kedua dari sidang ketujuh Lembaga Internasional Ahlulbait as ini. 

Pada hari ketiga Sabtu pagi (3/9), diagendakan para peserta Sidang Majelis Umum bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Uzhma Sayid Ali Khamanei dan pada acara penutupan akan dihadiri oleh Ketua Parlemen Iran Dr. Qalibaf.  Pada Minggu (4/9) para peserta akan menziarahi Haram Imam Ridha as di kota Masyhad sebelum kembali ke daerah asal masing-masing. Sidang Ketujuh ini dilaporkan melibatkan 300 lebih peserta dari 115 lebih negara.